BAGIAN 24

228 32 20
                                    

***

Saat matahari telah terbenam seutuhnya, Gilbert memasuki rumah tanpa mengetuk pintu membuat papa dan kedua saudaranya terkejut.

"Loh Gil pulang kok nggak kabarin papa?, kan papa bisa jemput." Tanya Alex sembari bangkit dari duduknya, raut wajah khawatirnya berubah menjadi senyum teduh saat melihat putra keduanya telah pulang dari tugas kuliahnya.

Gilbert tak menjawab apapun, ia malah melangkah mendekati Bara dan memberinya sebuah flashdisk, tanpa sepatah katapun Gillbert meninggalkan keluarganya dan berjalan menuju kamarnya, ia membanting pintu cukup keras dan bersandar pada pintu setelah pintu tertutup.

Tubuhnya terasa lemas dan tangannya bergetar, Gilbert jatuh terduduk di balik pintu dengan tangisannya, ia teringat dengan David yang sempat siuman saat ia membawanya ke rumah sakit, teringat setiap kata pada cerita yang David lontarkan terasa seperti di hunjam beribu-ribu pisau pada tubuh Gilbert, adiknya harus menanggung sakit sendirian, saat melihat Bara dan Ansel rasanya Gillbert ingin memukul habis-habisan keduanya namun Gilbert mempunyai cara lain untuk membalas rasa sakit adiknya, Gillbert yakin setelah melihat rekaman pada flashdisk yang di berikannya akan membuat kedua saudara dan papanya menyesal seumur hidup dan dengan itu Gillbert tak akan pernah memberi tahu di mana keberadaan David sekarang.

Hanya Gillbert, Nessa, Gabriel dan Aiden yang tau keberadaan David sekarang, kondisi David yang begitu buruk membuat Gillbert engga untuk sekedar berbicara dengan keluarganya, Gilbert teringat bagaimana adiknya merasa begitu sangat kesakitan hingga tiba-tiba tak sadarkan diri dan dokter menyatakan jika David dalam kondisi koma dan dokter pun tak tahun David akan terbangun atau memilih pergi karena jantung David benar-benar telah rusak, hanya pada keajaiban Gilbert bisa berharap adiknya akan terbangun.

**
Ansel berlari menuju kamar Gillbert setelah video kejahatan Giselle yang sebenarnya telah ia tonton sepenuhnya.

"Kak! Kak buka pintunya! kasih tau Ansel di mana David!!" Ansel mengetuk pintu kamar Gillbert dengan kencang, air matanya lolos begitu saja saat mengingat kelakuan buruknya pada David.

"Kak! Please jawab!!"

Merasa tak ada jawaban dari Gilbert, Ansel beralih menuruni tangga dan mengambil kunci motornya.

"Sel! Mau kemana?" Bara menarik Ansel yang berlari tak tentu arah bahkan hampir terjatuh saat berlari di tangga.

"Bang kita harus cari David bang, kita udah jahat." Jawab Ansel dengan nafas yang tersengal karena menahan tangis.

"Ayo, abang tau di mana David." Bara menggenggam tangan Ansel yang bergetar, sejujurnya ia juga panik namun jika semua panik keadaan akan makin kacau.

"Pa, tolong bujuk Gilbert dan tanya David di mana karena Bara yakin kalo Gilbert tau di mana David." Ujar Bara sebelum meninggalkan Alex yang lemas di tempatnya.

Alex merasa begitu gagal menjadi kepala keluarga, Alex gagal menjaga putra-putranya.

"Maafin papa nak, papa gagal jagain David."

**
Dengan kecepatan tinggi Bara mengendarai mobilnya menuju rumah bunda Nessa, Bara sangat yakin jika David akan ada di sana, namun begitu tiba di sana tak ada siapapun di rumah, Bara maupun Ansel telah mengetuk pintu bahkan melewati pintu belakang namun rumah itu kosong tanpa penghuni.

Bara mencoba bertanya pada tetangga yang berdekatan dengan rumah bunda Nessa, dan salah satupun dari mereka tak ada yang mengetahui di mana keberadaan keluarga itu, Bara begitu frustasi apalagi saat melihat Ansel yang terus mengetuk pintu rumah padahal tau jika rumah itu kosong.

"Sel udah sel, kita cari David di tempat lain ya." Bujuk Bara sembari menarik Ansel agar menghadap ke arahnya.

"Kemana bang? Rumah ini satu-satunya rumah buat David pulang saat David sedang bahagia maupun sedih karena rumah kita ngga pantas untuk David pulang bang, rumah kita cuma buat luka bagi David!" Air mata Ansel kembali terjun begitu saja.

"Bang pukul Ansel bang! Ansel jahat Ansel udah pukul David!" Ansel berujar sembari memukul dirinya sendiri, ia teringat bagaimana dengan entengnya ia melukai David.

"Stop! Stop Sel! dengerin abang! sekarang bukan waktunya untuk itu, kita pulang dan bujuk Gilbert agar kasih tau dimana David." Bara merengkuh Ansel dalam dekapannya, sama seperti Ansel sekarang Bara sangat-sangat menyesal.

Bara merasakan ponselnya bergetar tanda ada panggilan masuk, dan ternyata benar papanya menelfonnya.

"Sel ayo pulang, kakakmu sakit." Ujar Bara setelah menerima telfon dari Alex yang mengabarkan jika Gillbert sakit.

"Tapi bang gimana kalo David bentar lagi pulang?"

"Besok kita ke sini lagi, pagi-pagi banget sebelum matahari terbit kita ke sini lagi oke, sekarang kita pulang dulu." Bujuk Bara hingga Ansel hanya bisa pasrah, mau melawanpun tak ada gunanya karena rumah itu benar-benar kosong tak berpenghuni.

.

.

Sesampainya di rumah benar seperti yang di bicarakan Alex jika Gillbert demam tinggi, bahkan sampai sesekali mengigau mencari David.

"Gimana pa Gilbert?" Tanya Bara sembari membawa baskom berisi air untuk mengompres Gillbert, sedangkan Ansel telah pergi ke kamarnya untuk bersih-bersih sekaligus menenangkan diri.

"Demamnya tinggi banget, papa udah telfon dokter buat ke sini, kayaknya adikmu abis hujan-hujanan, tau sendiri kan Gilbert sama David ngga bisa kehujanan." Sahut Alex sembari mengusap keringat dingin yang membasahi dahi putranya.

"Gimana soal David pa?

"Papa udah kerahkan beberapa pegawai kantor untuk mencari keberadaan David berserta keluarga Nessa, papa yakin David sekarang bersama Nessa dan untuk Giselle.." Alex menjeda ucapannya, sungguh rasanya Alex ingin menghilang sekarang juga.

"Papa putuskan buat bawa ke jalur hukum, biar bagaimanapun Giselle bersalah karena telah menganiaya David." Lanjut Alex dengan menunduk, ia tak kuat melihat tatapan kecewa dari putra sulungnya.

"Tak apa-apa jika itu keputusan papa, Bara dan Ansel akan mengerti, karena memang ma- .. tante Giselle bersalah." Sahut Bara dengan senyumannya, walaupun senyuman palsu namun mampu membuat Alex merasa sedikit lega.

Tanpa mereka sadari Gilbert mendengar semua percakapan mereka, sakit tapi Gilbert masih marah dengan kondisi adiknya, namun apa Gilbert bisa egois? Biar bagaimanapun Giselle pernah merawat mereka dengan baik meskipun hanya dengan kasih sayang palsu.



***
See u next chapter guyss
Jangan lupa vote dan komen
Btw apa harapan kalian buat chapter kedepan???????

감사합니다


AYO VOTE DAN KOMEN





Rumah untuk pulang? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang