Saat Feng Yan sedang mandi, Wei An meringkuk di sandaran tempat tidur sembari membaca buku, hatinya terasa gatal seolah sedang digaruk dengan cakar kucing. Suara air yang berasal dari kamar mandi sangat menggoda sehingga matanya terus tertuju ke kamar mandi dari waktu ke waktu. Lewat kaca buram kamar mandi, Wei An bisa melihat dengan jelas pergerakan Feng Yan di kamar mandi....
Kecantikan adalah kunci dalam kesuksesan.
Wei An menampar dan memaki dirinya sendiri karena terlalu berani.
Feng Yan melangkah keluar dari kamar mandi dan melihat Wei An yang memegang sebuah buku dengan ekspresi marah dan jengkel.
"Apa kau suka membaca buku mengenai ekonomi dan manajemen?" Tanya Feng Yan dengan santai.
Wei An mendongak dan tidak bisa mengalihkan pandangannya. Feng Yan, yang baru saja keluar dari kamar mandi, dengan santai mengenakan jubah tidur berwarna hitam, dengan tali yang diikat kendur di pinggangnya, mempertunjukkan dada sewarna gandum yang tampak kuat. Melihat ke atas, dia melihat jakun yang menawan dan dagu dari sosok pria dewasa, lalu wajah tiga dimensi yang tampan dengan sepasang mata hitam yang dalam dan menawan. Seluruh tubuhnya memancarkan aura seorang bangsawan yang malas, yang sangat-sangat menggiurkan....
Wei An tanpa sadar menelan ludah, dan sisa rasionalitas yang tertinggal di kepalanya menariknya untuk memalingkan wajah dengan Gerakan kaku.
"Apa aku terlihat tampan?" Suara Feng Yan yang rendah dan lembut menggelitik telinganya.
Seluruh tubuh Wei An gemetar, dan sebelum dia bisa bereaksi, tubuhnya telah bereaksi terlebih dahulu, dengan terus menganggukkan kepala.
Feng Yan terkekeh pelan, dia berjalan memutar, lalu duduk di sisi lain tempat tidur.
Wei An tiba-tiba memiliki dorongan untuk menutup wajahnya. Dia batuk dua kali, dan mencubit pahanya dari balik selimut untuk menenangkan diri.
"Um.... Feng Yan, apa yang orangtuamu suka? Kita akan pergi ke Halaman Wutong besok. Ini kesempatan langka bagi kita untuk kembali, jadi kita tidak bisa pergi dengan tangan kosong, bukan?" Wei An mengalihkan fokusnya dan menenangkan diri, dalam hati merapalkan Mantra Pembasuh Hati untuk mengembalikan pikirannya ke urusan yang penting.
Feng Yan menatap Wei An terkejut dan berkata, "Aku sudah menyiapkan hadiah untuk orangtuaku, kau hanya perlu kembali bersamaku."
"Oh, kalau begitu aku tidak perlu mengkhawatirkannya."
"Ya."
Feng Yan menjawab pelan, lalu terdiam.
Topik yang baru saja diangkat seketika dibunuh seiring dengan percakapan mereka. Wei An memutar matanya tidak berdaya di dalam hati, jadi dia harus menurunkan buku di tangannya, duduk tegak, lalu kembali berkata, "Feng Yan, ada yang ingin aku diskusikan denganmu."
Dibandingkan dengan ekspresi Wei An, Feng Yan sebaliknya tampak sangat santai dan berkata, "Oke, katakan saja."
"Kamu bilang walaupun kita sudah menikah, kita adalah pasangan sah, bukan? Ada banyak hal di dalam hubungan suami istri. Yah, aku mengerti, tapi...." Wei An berjuang keras untuk menemukan kata yang tepat.
Feng Yan menoleh untuk menatap Wei An, dengan wajah yang tenang seolah sedang menunggu kalimat selanjutnya.
Wei An menutup mata, lalu memecahkan keheningan, dengan berkata, "Hanya saja pernikahan kita adalah perintah dari para orang tua, dan belum ada cinta di antara kita. Bisakah kita menunggu dan melihat untuk sampai ke tahap seks...."
Di dalam ingatan pemilik tubuh asli, sepertinya mereka tidak memiliki kesan mengenai bercinta sama sekali.
Udara seolah membeku, dan keheningan sangat kental bahkan dia bisa mendengar jika ada jarum yang jatuh ke tanah. Wei An bisa mendengar dengan jelas napas Feng Yan yang terbakar. Dia perlahan membuka mata, menunggu kemarahan dan keputusan dari Feng Yan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Daily Life of A Wealthy Man
FantasyWei An memiliki tanggal lahir yang unik, dan dia dianggap menahan ayah dan ibunya. Dia telah dibesarkan di rumah pamannya semenjak dia masih kecil. Membuatnya memiliki sifat tertutup dan pengecut. Tiba-tiba suatu hari, sebuah keluarga kaya raya mela...