BAB 7. KAMU SELALU MEMBUAT KHAWATIR

399 16 0
                                    

Selamat pagi Kak

Terima kasih untuk 500 view-nya Kak. Terima kasih untuk support-nya 💕💕💕💕

Untuk bab ini, mohon bantu support-nya juga ya ☺️☺️☺️

Tap ⭐ sebelum membaca juga boleh, biar gak lupa 🤭🤭

Selamat membaca :

"Kamu lama sekali kembalinya! Apa karena telepon tadi?" di saat Radit tengah melamun, suara wanita masuk ke pendengarannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kamu lama sekali kembalinya! Apa karena telepon tadi?" di saat Radit tengah melamun, suara wanita masuk ke pendengarannya.

"Viola, tadi eyang meneleponku, maaf ya, membuatmu menungguku." Radit tak sadar Viola sudah berada di tangga atas.

Radit berharap Viola tidak berpikir yang aneh-aneh karena dia terlalu lama berada di kamar Nada. Radit juga tak berharap Viola slah sangka dengan telepon yang diterimanya.

"Aku menunggumu cukup lama, Sayang. Apa yang kamu lakukan di sini? Kenapa eyang meneleponmu?" Viola bicara sambil menghampiri Radit.

Dia lalu mengalungkan tangannya di leher suaminya dengan bibirnya juga memberikan kecupan lembut yang selalu disukai Radit.

"Tak apa, hanya memintaku menjaganya dan tak menyakitinya. Viola, kamu mau tidur sekarang?" Radit tak ingin membahas panjang lebar.

Radit mengecup dahi istrinya dan tanpa menunggu jawabannya, dia menggendong Viola ke kamar mereka

Radit menutup pintu kamar mereka dan merebahkan tubuh Viola di ranjang sebelum menjatuhkan tubuhnya di samping istrinya.

"Sayang, ayo kita hangakan ranjang kita."

Viola merangsangnya. Meski Radit sedang tak berminat setelah bermain dengan Nada, dia tetap menuntaskan kewajibannya pada istri sahnya yang sudah meminta.

Keduanya masih saling berpagutan, bergelut di dalam selimut dengan jari-jari mereka mencoba saling memberi rangsangan saraf. Mereka menyalurkan hasrat satu sama lain.

"Kamu selalu hebat, Sayang!"

Satu sisi, Radit sebetulnya lelah. Dia hanya berusaha memuaskan Viola sebagai permintaan maafnya karena telah membuat Viola menunggu. Jadi dia lega karena istrinya masih bisa menikmati itu meski tenaganya sudah terkuras dan hanya sisa-sisa.

Main dalam waktu berdekatan, jelas ini sungguh sulit. Radit memaksa dirinya untuk ON meski ujungnya dia mengumpat.

'Kenapa tadi harus membayangkan tubuhnya untuk bangun?'

Hatinya berdesir tak terima. Padahal di hadapannya ada istrinya yang molek, wanita blasteran Rusia-Spanyol stang tinggi, lebih menarik dari Nada sang gadis kampung. Tapi kenapa harus bayangan Nada di bathtub yang membangunkan hasratnya?

"Terima kasih Sayang, meski aku tak lagi bisa memberikanmu anak, kamu tetap me-ratu-kan aku."

Mereka berdua memang tak mungkin lagi dikaruniai anak setelah kecelakaan Viola delapan tahun silam yang membuat Viola terpaksa mengangkat rahimnya. Tapi untuk hal 'olahraga' di tempat tidur, Radit tak pernah absen setiap malamnya.

Cuma Istri BayaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang