“Su..sudah! Saya sekarang mau berganti pakaian dulu, Tuan” susah payah Nada menjawabnya. Dia sangat kaget melihat keberadaan Radit.
Menyesal rasanya dia tak mengunci pintu.
Saat ini Nada sibuk dengan tangan kanannya memegangi ujung handuk bagian atas dan tangan kirinya menarik-narik ujung handuk sebelah kiri supaya lebih turun ke bawah. Padahal, sekuat apapun ditarik, toh panjang handuk itu tak akan bertambah, bukan?
Panjang handuk Nada hanya sepuluh sentimeter dari inti yang kemarin berdarah-darah sebab ulah Radit. Makanya Nada sungkan dengan penampilan seperti ini di hadapannya.
“Nanti saja kamu berganti pakaiannya Denada!” Radit memegang tangan kiri Nada, langsung menariknya ke tempat tidur.
Untung saja, telapak kaki Nada yang masih basah tak membuatnya terpleset.
“Kita lakukan sekarang saja supaya cepat selesai! Aku sudah menunggumu hampir setengah jam di sini. Viola akan berpikir macam-macam tentangku kalau aku terlalu lama!” Radit bicara sambil melepaskan kaus dan celana yang dipakainya membuat hati Nada bertalu-talu.
Dia tak sangka Radit akan melakukannya lagi malam ini.
"Ingat, kita hanya melakukan tugas, bukan bersenang-senang! Kamu jangan bermimpi menikmati tubuhku!"
Sambil memperingati Nada, Radit sebetulnya juga memperingatkan hatinya sendiri yang merasakan gelora tak diharapkan.
Kalau boleh jujur, Radit sudah ingin memanggil Nada yang berada di kamar mandi saat masuk ke kamarnya. Tapi niat itu diurungkan karena Radit sempat mengintip dari pintu kamar mandi yang tak ditutup rapat.
Nada sangat menikmati kegiatan berendamnya. Dia menaikkan kakinya ke pinggiran bathtub dan menyabuninya sambil bernyanyi.
Desiran aneh itupun muncul. Kaki Nada sangat menarik Radit. Basah dengan sabun, terlihat licin dan punggung putih Nada dari belakang, sudah membuat Radit menegang sendiri. Ditambah suara Nada yang juga merdu membuat Radit menikmati pemandangan yang dilihatnya. Akhirnya tanpa sadar, Radit sudah menunggu selama setengah jam di depan walk in closet.
Makanya, tanpa perlu menunggu lama lagi, Radit yang sudah terangsang, melumat bibir Nada. Sementara tangannya bergerilya melepaskan handuk yang melilit tubuh istri kecilnya. Kali ini, Nada pun tidak menolak, dia langsung membalas ciuman Radit.
Entah apa yang merasukinya, namun mengingat kekejaman Viola tadi siang, permainan Radit yang semakin ganas betul-betul dinikmati Nada. Ada amarah, dendam, Nada juga tak bisa mengontrol dirinya dengan rasa enak itu. Nada mendesah pelan saat tangan Radit yang liar memporak-porandakan pertahanannya.
Radit sendiri mengumpat dirinya yang sadar, kalau dia seharusnya hanya memenuhi kewajiban. Tapi kenapa dia merasa haus akan tubuh istri kecilnya ini? Bahkan rasa dahaga yang menghinggapinya seakan hanya bisa hilang dengan membiarkan bibirnya melumat bagian manapun di tubuh Nada.
Barulah dia lega. Padahal Radit tak biasa begini. Dia bahkan menikmati jari Nada yang menjambak rambutnya saat pria itu meninggalkan tanda kepemilikan di leher Nada. Hingga bibir Nada mendesah.
Merasa rangsangannya sudah berhasil, Radit pun segera melancarkan aksinya dan membuat Nada menjerit tertahan, merasakan sakit bercampur kenikmatan yang tidak bisa dia ungkapkan nikmatnya. Semua dilakukan Radit dengan sangat cepat, hingga mereka mencapai klimaks masing-masing. Meski terlalu cepat karena Radit sendiri sejujurnya yakin, lebih puas dirinya kalau bisa lebih lama lagi menikmati Nada.
Tapi bagaimana dengan Viola?
Hatinya berdecih geram karena Nada bisa-bisanya hampir mengalihkan dirinya dari istri halalnya. Radit segera mengambil bajunya lalu pergi ke kamar mandi. Dia membersihkan diri dan mengenakan kembali pakaiannya. Radit sangat terburu-buru karena rasa bersalahnya pada Viola.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cuma Istri Bayaran
RomanceTerpaksa merelakan keperawanan dan rahimnya untuk benih sang pewaris sepertinya hanya alasan klasik yang ada di novel-novel drama rumah tangga. Nada tak suka membaca novel penuh intrik seperti itu. Tapi apa jadinya kalau kisah novel yang dibencinya...