23. Change

329 44 7
                                    

Beberapa hari kemudian...

Jin POV

Aku pikir Tuhan tidak menyukaiku. Dia benar-benar membenciku. Karena itu aku harus menderita seperti ini.

Aku menatap Ken yang tertawa sambil memegangi perutnya yang terbaring di tempat tidurku. Ya, dia baru saja kembali dari Daegu. Kemungkinan besar Tae atau Joon memintanya untuk datang kesini karena aku sedang kesal. Mereka terus memeriksaku dari waktu ke waktu untuk memastikan aku baik-baik saja. Aku sudah muak dengan para hyungku yang over protektif. Untungnya Appa tidak mengetahui hal ini. Saat dia bertanya tentang perubahan suaraku sewaktu dia meneleponku, aku hanya berbohong bahwa aku merindukan Ken. Mungkin dia juga membebaskan Ken dari sana karena aku.

Awalnya aku merasa lega saat dia meneleponku kemarin dan mengatakan bahwa dia akan berada disini hari ini. Aku pikir dia akan menjadi penghibur bagiku, tapi ....

Aku menceritakan padanya tentang semua yang terjadi, tentang kapal cintaku yang tenggelam di laut segera setelah mulai berlayar. Tapi disini dia malah tertawa seperti orang gila daripada menghiburku. Akan lebih baik jika dia tinggal bersama Appa-ku di Daegu dan tidak kembali.

Aku melempar bantal RJ-ku ke arahnya. Tapi dia kembali tertawa sambil memegang bantal itu.

"Yah ..... aku sedang patah hati di sini. Kau malah senang, ha?" Aku mengejeknya dan membuang muka.

Setelah beberapa saat, dia berhenti tertawa dan pindah ke sampingku. Aku tidak menghiraukannya. Aku masih menunjukkan padanya kalau aku marah padanya.

"Jinnie..."

Aku tidak menanggapinya.

Dia memegang tanganku dan menarikku dari kursi yang aku duduki dan menyeretku ke cermin.

Aku melihat ke bawah dan cemberut.

"Jinnie... Lihatlah ke atas..." Aku menggelengkan kepala.

Tapi dia menyuruhku melihat ke cermin dengan memegang daguku. Aku melihat bayanganku di cermin. Aku masih cemberut.

Ken memelukku dari belakang.

"Lihatlah Jinnie-ku... Lihatlah betapa tampannya dia, yang paling tampan di seluruh dunia. Orang-orang akan berbaris dalam antrian hanya untuk melihat wajahmu. Mungkin pangeranmu masih mencarimu di suatu tempat. Ketika saatnya tiba, dia akan datang kesini dan membawamu. Sampai saat itu tunggulah, Oke?"

Aku menatap Ken melalui cermin dengan tajam. Dia mengolok-olokku.

"Oh astaga... Lihatlah mata yang bersinar itu. Sepertinya aku akan menjadi buta karenanya." Aku terkekeh. Dia benar-benar tahu bagaimana mengubah suasana hatiku. Tentu saja, kami sudah bersama-sama selama bertahun-tahun.

Aku berbalik dan menepuk kepalanya.

"Cukup dengan pujianmu. Aku tersanjung" kataku dengan nada ceria.

"Wow. Sepertinya Jinnie-ku sudah kembali" Aku memutar bola mataku dan menjauh darinya.

"Hei.... Aku sudah menyuruhmu untuk menceritakan detailnya. Jika kau mendengarkanku, aku akan mengumpulkan seluruh detailnya. Tapi kau tidak mempercayaiku, lihat apa yang terjadi sekarang? Tak ada yang bisa lebih baik dariku."

Aku tidak mengatakan apa-apa. Aku juga berpikir akan lebih baik jika aku meminta Kennie untuk menyelidiki tentangnya. Dia pandai memata-matai. Tapi yang sudah berlalu tetaplah berlalu, kita tak bisa mengubahnya.

"Siapa namanya?" Dia bertanya padaku.

Aku menoleh ke belakang.

"Apa itu akan mengubah apa pun sekarang?"

"Katakan saja padaku? Aku benar-benar ingin tahu siapa yang meninggalkanmu demi orang lain" ucap Ken sambil menggoyangkan alisnya.

Aku menghela nafas. Dia benar-benar tidak akan berhenti bertanya dalam waktu dekat.

"Kim Jong Kook" ucapku dan kembali menoleh ke belakang. Masih terasa sakit berbicara tentangnya. Pikiranku masih dipenuhi tentang dia. Itulah kenapa aku tidak masuk kantor setelah kejadian itu.

"Kim Jong Kook. Seperti dari departemen Sandeul Baby. Orang baru itu. Jadi itu sebabnya kau bekerja dengan mereka. Sandeul bilang kau pergi kesana untuk membantu Hobi mendapatkan kehidupan cintanya dengan hyungmu. Aku tidak menyangka. Jadi dia adalah penjahat dalam kisah cinta Jinnie-ku. Sandeul selalu memujinya. Tentang kebugarannya, tentang senyumnya, tentang sikapnya. Sepertinya dia memiliki kekuatan untuk menarik perhatian. Oh.. Aku akan bertemu dengannya besok di kantor, kan? Aku ingin cepat-cepat bertemu dengannya untuk memeriksa apa yang membuatnya begitu spesial bahkan Jin yang tampan di seluruh dunia pun jatuh cinta padanya dalam sekali pandang. Aku ingin bertanya padanya mantra apa yang dia pakai untuk membuatmu masuk ke dalam perangkapnya?" Aku hanya menatapnya dengan bingung sementara dia terus mengoceh.

"Kantor? Besok? Apa kau akan pergi kesana untuk menemui Sandeul? Kau tahu Tae tidak suka kau menggodanya saat jam kerja. Jika dia melihatmu disana, dia akan mengirimmu ke Afrika lain kali." Dia tersenyum sambil menggelengkan kepalanya dan datang ke sampingku. Dia meletakkan tangannya di pundakku.

"Jinnie sayangku, hyungmu tidak akan menyakitiku jika aku pergi kesana sebagai pengawalmu, kan?" katanya.

Apa maksudnya? Aku menatapnya bingung. Lalu aku mengerti apa yang dia maksud.

Aku memindahkan tangannya dari pundakku dan mundur. Aku meletakkan tanganku di dada dan menatapnya dengan tegas.

"Aku tidak akan pergi ke kantor lagi. Bahkan Tae tidak memaksaku sekarang. Jadi tidak... aku tidak akan pergi." Aku mengatakannya dengan suara dingin. Aku tidak bisa menghadapinya. Akan lebih sakit lagi jika aku melihatnya. Tidak, aku tidak akan pergi.

"Yah... Jangan bodoh. Jika kau harus move on darinya, kau harus melakukannya. Tunjukkan padanya, lebih dari sekadar membuktikan pada diri sendiri bahwa dia tidak mempengaruhimu lagi. Dia tidak memiliki relevansi dalam hidupmu, untuk itu kau harus mengambil kesempatan ini. Jadi kita akan pergi ke kantor besok dan menghadapinya. Jangan khawatir, aku mendukungmu." Dia berkata padaku yang membuatku semakin bingung.

"Aku rasa aku tidak bisa melakukan itu Ken. Dia masih-"

"BERHENTI." Ken berteriak dan menatapku.

Dia kemudian berlutut di lantai yang membuatku bingung.

"Yah... Jin... karena kau, aku harus ikut ayahmu ke Daegu. Kau tahu betapa aku merindukan suamiku akhir-akhir ini. Aku bahkan tidak punya cukup waktu untuk berbicara dengannya. Pikirkanlah berapa banyak yang telah aku lakukan untukmu. Berapa kali aku membantumu melarikan diri dari hyungmu. Jadi kumohon.... Ini adalah kesempatan emas bagiku untuk bisa sedekat ini dengan suamiku. Kumohon Jin... Jangan katakan tidak... Tolonglah..." Dia memohon padaku.

Aku mencoba mengendalikan tawaku melihatnya seperti itu. Tapi aku tak bisa menahannya. Aku tertawa terbahak-bahak. Rasanya seperti aku baru saja tertawa setelah sekian lama. Tak lama kemudian Ken juga ikut tertawa dan bangkit dari lantai.

Karena permintaannya, aku setuju untuk masuk kantor mulai besok. Meskipun aku tidak yakin apakah itu keputusan yang tepat.

Aku menghela napas.

"Bersiaplah Jin. Joon Hyung bilang kau benar-benar terkurung di ruangan ini selama beberapa hari. Kau butuh udara segar. Ayo kita keluar. Bahkan hyungmu yang psikopat pun memberiku izin untuk mengajakmu keluar, itu juga untuk pertama kalinya. Jadi jangan lewatkan kesempatan ini. Ayo... Bersiaplah, aku akan turun." Dia kembali memaksaku dan aku setuju. Dia pun keluar dari kamar agar aku bisa berganti pakaian.

Dia benar. Aku butuh perubahan dari suasana sepi ini. Aku benar-benar merasa lebih baik sekarang. Meskipun sebagian hatiku masih sakit. Tapi seperti yang dia katakan, aku ingin menghapus perasaan itu.

Untukku...

Untuk hatiku...

Laws of Love | KookjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang