10. Smile

416 64 4
                                    

Saat ini

Jin POV

"Jinnie, apa kau ada disana? " Ken bertanya padaku dari seberang telepon. Teleponku masih tersambung dengan mode pengeras suara. Ponselku terlepas dari tanganku ke meja saat aku mengetahui kebenaran yang mengerikan. Aku sangat hancur sekarang.

Aku tidak mengatakan apapun. Apa yang harus kukatakan. Oh... Sial.

Aku duduk di kursi Tae dan menutupi wajahku dengan tanganku.

Oh Tuhan. Selama ini jadi Tae tahu segalanya. Tapi kenapa dia tidak bertanya padaku tentang hal itu? Mungkin dia merencanakan sesuatu yang lebih. Aku yakin pekerjaan kantor ini juga merupakan rencananya. Oh Tuhan. Kenapa kau sangat membenciku? Bagaimana aku akan menghadapinya? Apa Appa tahu? Bagaimana dengan Joon?

"JIN... Jawab aku, bodoh." Aku melihat ke arah telepon. Semua ini karenamu.

"KAU BAJINGAN YANG TIDAK TAHU BERTERIMA KASIH. BAGAIMANA KAU BISA MELAKUKAN INI PADAKU? AKU TEMAN TERBAIKMU. APA YANG KAU LAKUKAN. KENAPA KAU MEMBOCORKAN SEMUANYA PADA TAE? KITA SUDAH MERENCANAKAN UNTUK MENGATAKAN PADANYA KALAU ITU ADALAH PESTA ULANG TAHUN TEMAN KITA. LALU KENAPA KAU MENGKHIANATIKU? KAU TAHU, SEKARANG AKU HANYA INGIN DIKUBURKAN HIDUP-HIDUP DARIPADA MENGHADAPI TAE" kataku dalam satu tarikan nafas dan sekarang terengah-engah lebih keras.

"Wow Jin. Setelah semua ini, kau malah menyalahkanku. Hebat. Sudah kubilang ratusan kali untuk tidak pergi ke klub itu. Tapi apa yang kau lakukan? Apa kau dengar kata-kataku? Dan kau bilang aku tidak tahu berterima kasih? Saat kau mengomel tentang hyungmu, aku seperti berdiri di atas api. Kau tahu saat berdiri di depannya, aku bahkan membayangkan kau menangis di atas kuburanku sambil memeluk Sandeulku. Itu mengerikan. Jadi berhentilah menyebutku tidak tahu berterima kasih, sementara itu adalah kesalahanmu."

Aku menghela nafas, ya itu memang salahku, tapi aku tidak tahu kalau si brengsek itu akan pulang secepat ini.

"Aku harap mereka yang menyerangmu di klub setidaknya masih hidup. Klub itu sudah ditutup. Hebat bukan? Karenamu—"

"Bisakah kau berhenti menyalahkanku. Aku sudah merasa kepalaku akan meledak. Jadi sekarang katakan padaku kapan kau akan kembali? Sekarang aku terjebak dengan Tae di kantor. Tae menugaskan beberapa orang berotot untuk menjagaku disini. Jadi aku bahkan tidak bisa bergerak dari sini. Aku terjebak. Jadi—" Sebelum aku menyelesaikannya, aku mendengar tawa yang berat dari sisi lain.

"Kau bergabung di kantornya? Ya Tuhan, kenapa aku tidak ada disana untuk menyaksikannya? Apa ruanganmu ada di dekat bos atau kau malah ada di dalam ruangannya? Aku mendengarnya dari Sam kalau kau bergabung di kantornya. Tuhan menjagamu dengan baik. Dia benar-benar mendengar doaku."

Aku memutar bola mataku dan mematikan speaker dan meletakkannya di dekat telingaku.

"Kau tahu satu hal... Aku membencimu" Ucapku  padanya dan menyelesaikan panggilannya.

Aku frustrasi. Aku mendorong berkas-berkas di atas meja Tae ke samping dan berkas-berkas itu jatuh ke lantai.

Aku bersandar di kursi dan memejamkan mata mencoba mengingat malam itu.

Tapi satu-satunya ingatan yang aku miliki adalah sampai aku mengambil gelasku yang ke-7. Setelah itu semuanya benar-benar kabur. Tapi sekarang aku ingat tentang muntah di baju Joon. Tidak... Itu baju Tae. Kenapa aku bahkan tidak bisa mengenali Tae.

Sial.

Tok Tok

Aku membuka mata saat mendengar ketukan. Apa iblis itu kembali secepat ini? Tidak mungkin...

Aku berdiri dari tempat duduk dan beranjak dari sana. Kemudian aku melihat kekacauan yang aku buat di lantai. Berkas-berkas berserakan disana. Aku segera mengambilnya dan menatanya kembali.

Sial. Tae akan berteriak pada—

Tunggu.

Jika itu Tae, kenapa dia mengetuk pintu? Ini kan ruangannya.

Jin bodoh.

"Masuklah" Ucapku dan menempatkan semua berkas di tempat yang tepat. Namun salah satu berkas menarik perhatianku.

"Tuan, Bos meneleponku dan memintaku untuk membawamu pulang. Charles akan membawamu pulang. Dia ada di lantai bawah menunggumu. Ayo Tuan, aku akan menemanimu."

Aku mengangguk sambil melihat kertas di berkas tersebut.

"Aku akan berada disana dalam... Ummm... 10 menit. Kau bisa pergi. Aku bisa pergi sendiri" ucapku sambil tersenyum padanya. Dia pasti bingung dengan jawabanku. Tapi dia tidak bertanya apa-apa, dia hanya membungkuk dan keluar dari ruangan.

Segera setelah dia pergi, aku mengambil berkas itu dan melihatnya.

"Kim Jong Kook"

"Jadi itu namanya" aku tersenyum melihat foto itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi itu namanya" aku tersenyum melihat foto itu. Dia tampan dan... seksi.

Jadi dia adalah karyawan baru. Tapi kenapa aku merasa seperti pernah melihatnya di suatu tempat sebelumnya.

Aku melihat foto itu lagi...

Untuk sementara aku melupakan Tae, Ken, dan bahkan diriku dan masalahku.

Oh, dia berusia 27 tahun.

5 tahun lebih tua dariku. Umm... Ulang tahunnya tanggal 6 Juni?

Tunggu. Bukankah itu hari ini?

Jika aku tahu sebelumnya, aku akan mengucapkan selamat ulang tahun padanya.

Aku melihat kualifikasi pendidikannya.

"Oh... Administrasi Bisnis. Kita berdua mengambil jurusan yang sama." Senyumku semakin lebar bahkan tanpa alasan.

"Tunggu. Kami berasal dari kampus yang sama. Itu sebabnya dia tampak familiar. Oh... Dia lulus sejak tahun 2019. Sementara aku bergabung di 2018. Jadi dia adalah seniorku. Itu berarti dia mengenalku. Aku sangat populer tahun itu karena Tae." Aku menghela napas memikirkan hal itu.

"Tapi itu sudah lama sekali. Dia pasti tak akan mengingatku." Perhatianku kembali tertuju pada fotonya.

Aku tersenyum lagi.

Aku mengambil ponselku dan mengambil fotonya serta biodatanya. Mungkin bisa digunakan di masa depan.

Nomor kontaknya ada disana. Aku menyimpan nomornya. Mungkin bisa untuk digunakan juga di masa depan.

Aku tersenyum melihat kelakuanku sendiri. Aku mendengar ketukan lagi, jadi aku segera menaruh berkas itu kembali dan keluar dari ruangan.

Dalam perjalanan, aku mencarinya. Tapi aku tidak melihatnya. Aku menghela napas.

Mungkin besok kita bisa bertemu lagi.

Aku masuk ke dalam mobil, Charles menyalakan mobil dan bergerak menjauh dari kantor.

Mataku masih terpaku pada foto dirinya. Aku rasa aku menyukainya. Kurasa tidak seburuk itu bekerja disini, kan?

Mungkin dia akan menjadi alasan bagiku untuk bekerja disini. Aku tersenyum seperti orang gila. Charles menatapku dari cermin. Aku langsung berhenti tersenyum saat mata kami bertemu.

Aku memalingkan muka ke jendela sambil memikirkan seseorang.

Kuharap kita bisa bertemu besok.

Laws of Love | KookjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang