19. Mess

286 50 7
                                    

Tiga hari kemudian

Jungkook POV

Wow... Hidupku tidak bisa lebih berantakan dari ini. Hebat.

Tiga hari lalu aku merasa sedih saat melihat Taehyung menyeret Jin keluar dari area ini. Tapi kemudian aku pikir itu akan baik karena jika kami tidak bertemu, aku bisa berkonsentrasi pada misiku. Tapi itu tidak terjadi. Bukan karena aku tak bisa menyingkirkannya dari pikiranku, tapi karena dia sekarang duduk di hadapanku. Di kabin yang berhadapan denganku.

Ya, dia mulai bekerja disini karena dia ingin belajar tentang bagaimana cara kerja di bagian penjualan dan sebagainya. Dia tampaknya sangat berkonsentrasi pada pekerjaannya. Sejak dia datang kesini, dia tidak melepas pandangannya dari komputer di depannya. Dia bahkan tidak menyadari kehadiranku, sedangkan aku hanya diam disini sambil melirik ke arahnya dari waktu ke waktu tanpa melakukan pekerjaanku. Aku rasa aku akan segera dipecat dari sini karenanya.

Dia begitu serius menatap komputer. Cara dia cemberut, cara dia mengerutkan dahi, cara dia tersenyum, semuanya mengagumkan. Aku rasa aku bisa menatapnya terus menerus, mengamati wajahnya selama bertahun-tahun. Itu sangat indah. Sangat cantik.

"Yah... JK" Aku tersadar dari lamunanku saat Sandeul memukul lenganku dengan berkasnya.

"Oh... Maaf, aku tidak mendengarmu" balasku.

"Aku tahu kau tidak mendengarku. Pikiranmu masih berada di tempat lain. Dimana? Tempat tidur pacarmu." Dia bertanya sambil menggerakan alisnya.

"Yah.. Hentikan. Aku sedang memikirkan hal lain. Apa yang kau inginkan?" Tanyaku. Semalam aku dan Jimin pergi ke beberapa tempat sebagai bagian dari investigasi kami. Jadi aku tidak bisa tidur. Aku tahu aku terlihat berantakan sekarang. Aku juga lelah.

"Periksa file-file ini dengan yang aku kirim sebelumnya. Kau harus membuat perhitungannya dan mengirimkannya ke kepala departemen melalui email. Audit akan segera dilakukan. Kita harus membereskan semuanya sebelum itu, jika tidak kita akan dipecat. Jadi berhentilah bermimpi dan kerjakan pekerjaanmu." Dia berkata padaku dan beranjak dari tempatnya. Aku menghela nafas dengan frustasi melihat berkas-berkas itu, lalu aku melihat ke arah depan. Aku melihat Jin tersenyum menatap komputer. Secara otomatis senyum pun tersungging di bibirku.

Aku mengambil berkas yang diberikan Sandeul tadi dan mulai melakukan pekerjaanku, terkadang melirik ke arah seseorang di depanku.

Aku melihat Hobi berjalan menuju kabin Jin. Sebelumnya, dia pergi ke suatu tempat dengan tergesa-gesa setelah dia menerima telepon. Dia benar-benar tegang saat itu. Sekarang pun dia tampak marah dan kesal.

Apa yang terjadi padanya?

Jin POV

Sial. Aku lagi-lagi kalah. Sudah berapa kali aku mencoba untuk naik dari level bodoh ini. Aku sudah sampai level 203 di komputerku. Tapi sekarang disini, aku baru sampai di level 16.

Aku menghela napas. Tidak apa-apa. Dunia tidak akan hilang besok. Aku masih punya waktu. Oh, lagipula tak ada lagi yang bisa kulakukan.

*Coba lagi*

Aku menekan tombol coba lagi, tapi...

Seseorang mematikan monitor dan saat aku memeriksa siapa yang melakukannya...

Aku melihat Hobi yang marah-marah...

Apa yang terjadi?

"Serius Jin, kau sedang bermain candy crush disini, sedangkan aku baru saja tiba dari menemui ajalku." Dia berkata sambil memelototiku.

Apa dia lupa bahwa aku adalah bos disini? Bagaimana dia bisa berteriak padaku? Demi Tuhan, semoga tidak ada yang mendengarkan kami... Oh Sial... JK sedang melihat ke arah kami. Aku memalingkan muka.

Kapan dia datang? Kenapa aku tidak melihatnya? Apa dia tahu aku sedang bermain game? Apa yang harus aku lakukan? Jin bodoh. Kau memiliki misi Jin. Kau harus membuat JK jatuh cinta padamu. Kau harus dewasa. Sial. Aku benci kebodohanku.

Saat Hobi hendak membentakku lagi, aku segera menutup mulutnya dengan tanganku.

"Ayo kita bicara di luar... Kumohon." Dia mengangguk.

Kami pun keluar dari sana. Saat aku memastikan tak ada orang disana, aku bertanya pada Hobi kenapa dia marah.

"Alasan?? Kau ingin alasan? Kau tahu darimana aku tadi? Dari ruangan hyungmu."

Mataku membelalak. Apa? Tae memanggilnya.

Dia kemudian menekan tanganku ke dadanya.

Jantungnya berdetak dengan cepat, seperti yang aku rasakan saat bersama JK.

"Wow, apa ini yang kau rasakan saat bersama Tae. Waaah keren." kataku dan tersenyum padanya.

"Yah... Jantungku berdebar-debar karena aku baru saja lolos dari kematian. Aku masih tidak percaya bahwa aku masih hidup. Tapi kau... Kau malah berpikir ini karena aku dimabuk cinta" Dia mengerang dan menarik rambutnya setelah melepaskan cengkeramannya di tanganku. Aku mengerjap beberapa saat karena kebingungan.

"Kenapa Tae memanggilmu?" Tanyaku padanya.

"Karena kau. Dia ingin tahu kenapa kau berubah dan sangat tertarik untuk bekerja disini? Kenapa kita bertemu di restoran hari itu? Kenapa kita tidak mengajak Sandeul saat itu? Apa yang kau sembunyikan? Apa kita berdua merencanakan sesuatu? Sepertinya begitu. Aku merasa seperti duduk di atas api. Kau tahu aku memang menyukainya. Tapi sekarang aku berada dalam daftar yang mencurigakan. Aku tidak tahu berapa banyak mata-mata yang dia pasang padaku. Berapa banyak senjata yang diarahkan padaku sekarang?" Dia berkata dan menghela napas.

Ya, aku sudah merasakan wajah interogasinya hari itu saat dia menyeretku ke ruangannya.

Kami bertengkar. Dan karena aku adalah Kim Seokjin, aku sudah membuat kekacauan besar disana, melemparkan semuanya ke lantai dan aku berlari keluar dari kantor itu lalu pulang ke rumahku. Tentu saja Charles mengikutiku.

Dan aku membuat drama lain di depan Joon, yang mana aku benar-benar gagal, lalu aku membuka kartu as-ku. Appa-ku.

Aku langsung meneleponnya dan menangis, mengatakan bahwa Tae meneriakiku. Aku mengatakan banyak kebohongan kecil tentang Tae yang memperlakukanku dengan buruk dan meneriakiku di depan karyawan seperti itu. Dan aku memaksa, memohon, dan menangis selama 3 hari agar Appa mengijinkanku bekerja di bagian penjualan perusahaan. Dan aku menang.

Kalian harus melihat bagaimana aku datang di depan para hyungku pagi ini. Seperti seorang raja yang mengalahkan musuh-musuhnya dan memenangkan perang. Aku sangat senang dan bangga. Aku bahkan membuat pertunjukan di depan mereka. Kau hebat, Jinnie.

Mungkin Tae melampiaskan kekesalannya pada Hobi. Aku menghela nafas.

"Hobi, tidak apa-apa oke? Aku sudah membicarakan hal ini dengannya. Dia tidak akan mengganggumu lagi." Aku meyakinkan Hobi meskipun aku tidak yakin dengan iblis itu. Dia menatapku dengan rasa ingin tahu.

"Tapi... Pertemuan ini juga membantumu bukan? Kau bisa bicara dengannya, meskipun tidak dalam keadaan yang baik. Jadi, biarlah seperti ini. Dan cobalah untuk membuat lebih banyak situasi untuk bertemu dengannya. Kemudian perlahan-lahan jinakkan iblis itu. Kau harus berani sepertiku jika ingin menang dalam cinta. Jadi kita akan melakukan ini bersama-sama. Untuk misi Jinkook dan misi Taehope"

Aku mengulurkan tanganku padanya. Dia berpikir sejenak dan tersenyum padaku. Aku benar-benar tidak tahu apa yang dia lihat dalam diri Tae. Dia menerima uluran tanganku. Kami berdua berjabat tangan dengan erat.

"Sekarang ayo kita pergi untuk misi cinta" Dia mengangguk.

Lalu kami berdua pergi kembali ke area kerja kami dimana pujaan hatiku sedang bekerja di depan komputer.

Dia terlihat lelah, mungkin karena beban kerja.

Jangan khawatir bumiku, bulanmu akan segera datang dengan secangkir kopi.

Aku terkikik mendengar pikiranku sendiri.

Ya Tuhan.
Apakah cinta membuat seseorang menjadi puitis?



Astagaaah Jiiin...
Kenapa kamu beginiiii 😅😅😅

Laws of Love | KookjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang