20. Boyfriend

283 43 4
                                    

Dua minggu kemudian

Jin POV

Aaargh....

Aku ingin pergi ke kantor. Aku ingin bertemu JK.
Aku merindukannya.

Aku merengek sambil duduk di sofa ruang tamu. Hari ini hari Minggu, jadi tidak ke kantor. Ini sangat membosankan. Kalau aku berada di kantor, aku bisa berbicara, minum kopi, dan menghabiskan seluruh waktu kerjaku dengannya.

Aku cemberut memikirkan semuanya. Dalam dua minggu ini, aku mencoba yang terbaik untuk mendekatinya tanpa sepengetahuan Tae. Aku menunjukkan dengan berbagai cara bahwa aku tertarik padanya. Tapi dia dengan sengaja menghindariku. Aku tahu seseorang telah mengatakan padanya tentang Tae, mungkin karena itu dia menghindariku. Tapi itu semua bohong, aku bisa merasakan tatapannya saat aku tidak melihatnya. Aku bisa melihat cintanya padaku di matanya. Aku berharap jika aku bukan berasal dari keluarga mafia, mungkin dia akan memberiku kesempatan.

Tapi aku tidak akan mundur. Aku akan membuatmu mencintaiku, lalu kita pergi dari sini. Kemana? Iblis itu pasti akan menemukan kita. Mungkin aku harus menggunakan Appa-ku lagi. Aku harus makan lebih banyak karena sebentar lagi aku akan memulai drama mogok makan.

Aku menghela napas dan mengambil ponselku. Aku membuka galeri, dan ada begitu banyak fotonya. JK. Siapa nama lengkapnya? Ya... Kim Jong Kook. Oh. Jadi setelah kami menikah, aku tidak perlu mengganti nama depanku. Itu keren. Kim Seokjin suami Kim Jong Kook.

Aku terkikik memikirkan hal itu. Aku duduk di sofa sambil melipat kaki dan meletakkan tanganku menopang dagu dan melihat foto-fotonya.

Kelinciku yang imut. Aku mencium fotonya di ponselku. Aku berharap kita bisa melakukan ciuman dari mulut ke mulut segera.

Tak lama kemudian, aku mendengar suara langkah kaki di lantai bawah. Aku mematikan ponselku dan menoleh ke belakang.

Ternyata Joon hyung. Apa dia mau pergi ke suatu tempat? Dia bilang dia bebas hari ini.

"Apa kau mau pergi ke suatu tempat, Joon?"

"Oh, kau ada disini. Kukira kau ada di kamar. Jackson meneleponku. Dia akan datang hari ini, jadi aku akan menjemputnya. Apa kau mau ikut?"

Aku berpikir sejenak. Lagipula disini membosankan, jadi kenapa aku harus melewatkan kesempatan untuk pergi keluar. Dan karena Joon bersamaku, aku tidak harus bersama Charles. Dia benar-benar tegas. Jika aku tidak mematuhinya, dia akan menelpon Tae. Benar-benar anjing peliharaan Tae. Itu sebabnya aku tidak bisa bersama dengan JK lebih lama. Bahkan jika aku merencanakan sesuatu dengan JK, dia akan ada disana untuk menghalanginya. Dia sangat mengatur. Tidak seperti Kennie-ku... Ah, aku juga merindukannya.

"Baiklah, tapi hanya kita berdua. Kau dan aku. Tidak ada penjaga. Dan aku yang akan menyetir" ucapku pada Joon.

"Tidak... Aku tak bisa membiarkanmu mengemudi. Terakhir kali aku mengizinkanmu mengemudi, kau menyebabkan kecelakaan. Dan aku masih ingat bagaimana Appa dan Tae yang tidak mengijinkanmu menyetir. Jadi aku yang akan menyetir. Adikku yang manis ikut saja denganku." Katanya dengan tegas.

"JOOOONIE... KUMOHON..." Aku memohon padanya dengan cemberut.

"Tidak tetap tidak. Jadi pergilah dan ganti bajumu kalau kau mau ikut."

Aku cemberut lagi. Kenapa hal itu tidak mempengaruhinya? Aku memalingkan muka darinya untuk menunjukkan bahwa aku marah padanya.

"Aku tidak perlu ganti baju, aku tidak masalah dengan baju ini" ucapku dengan marah.

Dia tertawa kecil.

"Kalau begitu ayo kita pergi" aku menghela nafas, lagi-lagi gagal.

Dia hendak bergerak, tapi seperti biasa Joon yang ceroboh beraksi. Ia tak sengaja menabrak meja dimana ada gelas jus di atasnya. Kau bisa menebak apa yang terjadi selanjutnya. Jus itu tumpah membasahi celananya.

"Sial" Dia mengumpat.

Aku tak bisa mengendalikan tawaku. Aku tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutku dan jatuh di sofa. Aku melihat Joon memelototiku. Tapi tetap saja aku tak bisa mengendalikan tawaku.

"Tunggu disini, aku akan berganti pakaian. Sial." Dia berkata padaku sambil meletakkan ponsel, dompet, dan kunci mobil di atas meja. Kemudian dia berjalan menuju lantai atas.

Aku melihat ke arah dia pergi dan kemudian ke meja. Sebuah ide muncul di benakku saat aku melihat kunci mobil.

Aku mengambilnya dan berlari keluar menuju mobilnya. Untungnya tidak ada yang melihatku. Aku masuk ke dalam mobil dan menyalakan mesinnya. Kemudian tanpa membuang waktu aku keluar dari rumahku. Karena itu mobil Joon, tak ada penjaga yang memeriksa mobilnya.

"Ya Tuhan. Joon pasti akan membunuhku." Aku terkikik.

Tak lama kemudian, aku melihat Joon meneleponku. Aku tidak menjawab teleponnya tapi membalasnya dengan pesan bahwa aku akan pergi dan menjemput Jackson hyung.

Ya Tuhan, aku merindukan ini. Sudah lebih dari sebulan aku tidak menyetir. Aku benar-benar bahagia sekarang.

Dalam perjalanan ke rumah kakak iparku, aku melihatnya...

Cintaku.

JK.

Hatiku berdebar-debar hanya dengan melihatnya.
Apa yang dia lakukan disini? Dia pasti sedang belanja bahan makanan. Ini kan hari Minggu.

Aku memarkir mobilku ke samping dan turun. Dia ada di seberang jalan.

"JK..."

Aku memanggilnya, tapi dia tidak mendengarnya. Aku melewati pintu dan berlari di belakangnya.

"JK..."

Terima kasih Tuhan, dia mendengarku. Dia berhenti dan berbalik. Aku melihat matanya melebar saat melihatku. Aku berjalan mendekat sambil terengah-engah.

"Hai..." sapaku padanya. Masih menatap matanya dan terengah-engah.

Dia akan menjawabku, tapi suara lain menghentikanku.

"Siapa ini JK?" Aku melihat ke arah suara itu dan melihat seorang pria yang lebih pendek. Wow dia terlihat cantik. Apa dia temannya?

"Ummmm.... Dia adalah Kim Seokjin. Ummm... Rekan kerja... Tidak, dia adalah pemilik grup Kim."

Rekan kerja? Pemilik? Serius? Tidak bisakah dia mengenalkanku setidaknya sebagai temannya? Tidak sopan. Aku cemberut.

Pria yang lebih pendek menyapaku dan menjabat tanganku.

"Ooo. Senang bertemu dengan Anda, Tuan. Aku Min Jimin. Pacar JK."

A-apa?

Aku bisa mendengar hatiku hancur berkeping-keping begitu dia mengucapkan kata-kata itu. Mataku berkaca-kaca. Aku menarik tanganku dari pria bernama Jimin itu dan menatap JK yang tetap diam disana tanpa emosi.

"P-pacar?" Kata-kata itu keluar dari mulutku hampir seperti bisikan. Aku merasa ingin menangis. Tapi aku menahan diri dan tersenyum pada mereka. Tapi sangat sulit untuk menahannya.

Aku tidak bisa tinggal lebih lama lagi disana, jadi aku segera kembali ke mobil. Saat aku menyeberang jalan, aku tidak melihat ada mobil yang datang ke arahku.

TIIIIINNN...

"JINNNNNN..."

Aku memejamkan mataku dengan erat.

Seseorang menarikku agar tidak tertabrak mobil dan aku jatuh ke tanah bersamanya.

Perlahan-lahan aku membuka mataku yang sudah penuh air mata.

Aku melihat mata yang menatapku dengan penuh keprihatinan.

JK

Aku berada di atasnya sekarang. Tangannya memelukku dengan erat. Mata kami bergerak selaras.

Setetes air mata jatuh di pipinya dari mataku.

Kenapa kau melakukan ini padaku?

"Kalian baik-baik saja." Pria Jimin itu bertanya saat dia mendekati kami.

Aku segera berdiri dan menyeka air mataku. Aku tidak bisa menunjukkan emosiku pada mereka. JK juga bangkit dari tanah sambil memegangi lengannya. Apa dia terluka.

"Maafkan aku. Aku... tidak melihat... itu" Sebelum aku mendapatkan balasan, aku berjalan ke mobilku dan segera pergi dari tempat itu. Aku tidak bisa menahannya, air mataku kembali menetes.

Kenapa Tuhan?

Kenapa?

Laws of Love | KookjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang