Another Way: 10 (21+)

216 12 2
                                    

              Kedua kakinya dilebarkan lalu diikat dengan tali kuat-kuat pada tiang ranjang, membuatnya kesulitan untuk bergerak. Lalu ketika kedua kakinya sudah berhasil terikat, pria itu merangkak naik, dia mengikat masing-masing tangan perempuan itu pada tiang atas ranjang dengan kuat, memastikan bahwa jika perempuan itu bergerak, maka gesekan dari tali itu akan menyakiti kulitnya.

Perempuan yang kini tidak memakai satu helai benang pun di tubuhnya hanya bisa pasrah berbaring di sana. Kedua tangannya terkepal kala pria itu menciumi pahanya, mengendusnya untuk memberikan rangsangan pada tubuhnya, dia melenguh pelan, menahan gejolak gairah di dalam dirinya yang semakin membuncah karena sentuhan pria itu.

"Kamu sepertinya masih menganggap semua kata-kata saya itu tidak serius Nindya!" bentak pria itu. Dia menampar pipi perempuan itu membuatnya menjerit sakit dan meneteskan air matanya

Nindya tahu bahwa syarat yang diberikan Galen setelah persetejuan yang mereka lakukan satu bulan lalu tidak akan seburuk ini. Setidaknya dia berpikir bahwa pria itu tentu masih punya perasaan, dia akan memberi pemakluman untuk beberapa hal. Tetapi sepertinya pria itu benar-benar serius, pria itu tidak akan ragu untuk menyakitinya seperti yang sedang dia lakukan ini.

Nindya ingin berhenti, dia tidak lagi kuat menahan apa yang Galen lakukan kepadanya. Tetapi kontrak yang telah dia tanda tangani setelah menerima segala bantuan Galen membuatnya terikat dengan pria itu dan tidak bisa pergi begitu saja. Karena dia tidak mampu mengembalikan apa yang sudah Galen berikan padanya, dia tidak mampu maka dia harus tetap menjalani ini.

Sembari berharap bahwa seiring berjalannya waktu pria itu akan melunak kepadanya dan bersikap baik. Meski ternyata, setelah satu bulan ini, doanya belum terkabul, justru pria itu semakin melakukan sesukanya.

Kini dia kembali dihukum, karena sebuah kesalahan yang sungguh Nindya pikir tidak akan membuat Galen keberatan yang ternyata, begitu dia baru saja tiba di rumah pria itu, Galen langsung memakinya, menariknya dengan begitu kasar masuk ke dalam kamar dan menelanjanginya tanpa kesabaran hingga kini dia berada di kasur tanpa bisa berkutik sama sekali.

"Saya sudah bilang untuk tetap melaporkan ke mana kamu pergi Nindya! Meski itu ke orang tua mu sekali pun!" bentaknya kasar, dia mencengkram rahang perempuan itu tanpa ampun, seolah ingin meremukkannya.

Nindya tahu itu, Galen sudah memberitahunya beberapa waktu lalu, tentang apa-apa yang harus dia lakukan begitu mereka sepakat untuk memulai sebuah hubungan yang tidak biasa ini. Tetapi sungguh, begitu tadi dia mendapat kabar bagwa ibunya yang dilarikan ke rumah sakit, dia tidak lagi memikirkan untuk memberi kabar kepada Galen. Dan dia berpikir bahwa Galen tentu akan memakluminya.

"Iya Mas." Jawabnya pelan ditengah cengkraman Galen yang semakin menguat di rahangnya.

Pria itu melepaskannya dengan kasar, menyisahkan bekas kemerahan akibat kuatnya cengkraman itu. Dia menatap perempuan di bawahnya, seorang yang dia temui satu bulan lalu kemudian berubah menjadi teman tidurnya. Galen belum berminat untuk memiliki sebuah hubungan serius, dia tidak berencana menikah, untuk waktu dekat maupun nanti. Dia tidak tetarik dengan sebuah hubungan terikat seperti itu.

Tetapi, bertemu dengan Nindya membuatnya menjadi lebih hidup. Perempuan itu menerima seluruh yang dia lakukan, meski itu termasuk dengan menyakitinya seperti ini. Perempuan itu membutuhkan biaya pengobatan ibunya yang didiagnosa menginap autoimun, sementara dia juga membutuhkan bantuan pengacara untuk ayahnya, dan itu tentu butuh uang.

"Jika setelah ini kamu masih melanggar apa yang saya bilang, jangan pernah salahkan saya kalau saya menyiksa kamu lebih menyakitkan dari ini Nindya!" bentak Galen sekali lagi, dia menatap perempuan itu kuat-kuat sebelum akhirnya dia memposisikan tubuhnya berada di cela antara dua paha Nindya yang melebar.

IF ONLY WE MET IN ANOTHER WAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang