8. 🔞🔞🔞

1K 105 16
                                    

⚠️ Terdapat adegan sex ekplisit di pertengahan hingga akhir bab ini. Untuk pembaca di bawah umur diharapkan bijaksana dan skip bagaian itu. ⚠️



Di dalam kamar pribadi Kaisar, Ye Dingzhi duduk di tempat tidurnya, terbungkus selimut tebal dan dikelilingi oleh beberapa bantal, ia tampak sedikit pucat karena demamnya. Setelah Baili Dongjun mengomel karena kekeraskepalaan Ye Dingzhi, akhirnya tabib istana dipanggil ke kamar Kaisar.

Ketika tabib datang, ia segera memeriksa keadaan Ye Dingzhi. Setelah pemeriksaan yang singkat, tabib mendiagnosa bahwa Ye Dingzhi hanya flu dan sedikit demam karena perubahan musim. Tabib itu memberikan ramuan dan meminta Ye Dingzhi agar rutin meminumnya sampai keadaannya membaik.

Setelah tabib pergi, Baili Dongjun duduk disampingnya, memegang semangkuk sup yang masih mengepul dan menyuapinya sesendok demi sesendok, ia tidak bersuara sama sekali hingga supnya habis.

"Apa Selir Agung marah pada Yang Mulia ini?" Tanya Ye Dingzhi saat merasakan bahwa Baili Dongjun marah padanya, ia bahkan memanggil dengan gelar resminya.

Baili Dongjun menghela napas pelan dan meletakan mangkuk sup di meja, lalu meraih mangkuk ramuan dan kembali menyuapi Ye Dingzhi, tidak berniat menjawab pertanyaannya.

Saat Ye Dingzhi meminum ramuannya, ia mengerenyitkan dahi. "Tidak mau minum lagi, ini sangat pahit."

Baili Dongjun melirik Ye Dingzhi dengan tatapan tajam. Lalu ia mengecup ringan bibir Ye Dingzhi. "Jangan protes, habiskan obatnya, dan kau akan dapat lebih jika menurut."

Karena tindakan itu, dengan cepat Ye Dingzhi meraih mangkuk obatnya dan meneguk semua isinya. "Sudah habis." Ucapnya mengisyaratkan bahwa ia menunggu hal lebih yang dikatakan Baili Dongjun dengan mata berbinar.

"Istirahatlah, aku akan makan dan mandi dulu." Ia membaringkan Ye Dingzhi dan menyelimutinya.

Ye Dingzhi patuh namun sedikit protes. "Apa Dongjun tidak menepati janjinya?"

"Kapan aku pernah berbohong padamu?"

"Tidak, tidak pernah..." Balasnya cepat, takut bila istrinya akan marah karena meragukannya.

Malam musim dingin itu dingin dan sunyi, udaranya segar dan jernih. Di luar, langit ditutupi oleh hamparan bintang dan bulan pun masih menggantung rendah di langit, memancarkan cahaya keperakan di atas lanskap.

Setelah makan dan mandi, Baili Dongjun naik ketempat tidur dan berbaring miring menghadap ke arah Ye Dingzhi yang terlelap. Mungkin karena flu dan demamnya, ia tertidur begitu saja setelah berbaring dalam selimut. Baili Dongjun mengulurkan tangannya ke wajah Ye Dingzhi lalu membelai pipinya dengan ibu jarinya. Belaiannya lembut dan penuh kehati-hatian, matanya dipenuhi kasih sayang saat ia menatap wajah pucat yang tampak damai itu.

Malam itu saat ia menceburkan Ye Dingzhi, sebenarnya itu karena ia merasa kesal padanya, akibat dari itu Ye Dingzhi menjadi sakit dan ia benar-benar merasa bersalah. Andai saja ia tidak kesal karena Ye Dingzhi tidak memberitahunya tentang apa yang ia perintahkan pada keluarganya, andai saja ia tidak kekanakan dan menceburkan Ye Dingzhi, pastilah Ye Dingzhi tidak akan sakit.

Rasa bersalah menyelimuti hatinya, itu adalah perasaan yang menghancurkan dan menguras tenaga, hampir seperti tenggelam ke lautan yang dalam. Diam-diam Baili Dongjun berjanji dalam hatinya bahwa ia tidak akan dengan mudahnya marah karena hal kecil pada Ye Dingzhi, apa lagi sampai bertindak bodoh hingga membuat Ye Dingzhi merasa sakit, dan menimbulkan penyesalan untuk dirinya sendiri.

Awalnya ia berpikir karena ini semua sudah terjadi maka ia akan menerima dengan pikiran terbuka, menerima Ye Dingzhi sebagai pasangannya, namun sebenarnya ini bukan hanya penerimaan biasa, dan apa yang terjadi sekarang sudah cukup membuat Baili Dongjun sadar bahwa perasaannya pada Ye Dingzhi jauh lebih dalam dari pada yang ia duga.

Miracle Of You (YeBai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang