*****
Mobil ambulance yang membawa Delia berhenti di rumah sakit kota. Para perawat dan dokter membawa Delia ke dalam rumah sakit.
Arkan, masih tetap setia menemani Delia. Arkan menggenggam tangan Delia. "Delia, kamu harus bertahan," harap Arkan.
Delia kemudian dibawa ke ruangan IGD. "Pak, tolong tunggu disini," ujar suster menghentikan langkah Arkan. "Dokter akan menangani pasien. Jadi, bapak tunggu disini." Suster itu langsung masuk dan menutup pintu.
Arkan berdiri diluar ruangan, berharap semuanya akan baik-baik saja. Hatinya begitu hancur melihat orang yang dia cintai terkapar lemas tak berdaya. Arkan merasa kalo semua ini adalah salah dia. Cobak saja kalo dia tak meninggalkan Delia, mungkin semua ini tak akan terjadi pada Delia.
Tak berapa lama Selly datang menghampiri Arkan. "Kak gimana keadaannya kak Delia?" tanya Selly hawatir.
Arkan tak menjawab pertanyaan Selly. Mulutnya terbungkam dan tak bisa berkata apa pun. Arkan hanya terdiam dan menundukkan kepalanya. Wajahnya terlihat sangat pucat. Bahkan kondisinya sekarang tak karuan.
Selly yang melihat itu, mengajak Arkan untuk duduk. "Kak kita duduk disana ya. Kakak tenangin diri dulu."
Arkan melihat kearah Selly. "Sel, apa Delia akan baik-baik saja?" tanya Arkan lirih.
"Kak, semuanya akan baik-baik saja. Kak Arkan tenang aja, kak Delia pasti selamat," ucap Selly menenangkan Arkan.
"Tapi, Sel, gue takut. Gue takut akan terjadi hal buruk sama Delia. Gue gak mau kehilangan Delia," ucap Arkan yang mulai meneteskan air matanya.
"Kakak tenang aja semuanya akan berjalan baik," ucap Selly mencobak menenangkan Arkan. Selly mengelus tangan Arkan dengan penuh kasih.
Arkan melihat Selly sejenak. Dan beberapa detik kemudian, dia memeluk Selly dan menangis di pelukannya. Selly yang dipeluk seperti itu, mengelus punggung Arkan dengan lembut.
Dalam tangisan Arkan dia mengatakan hal yang sangat Selly tak sangka. "Kalo sampai Delia kenapa-kenapa, gue gak bakal maafin diri gue sendiri," ucap Arkan dalam tangisannya. "Cobak aja gue gak ninggalin dia, pasti semua ini gak terjadi. Semua ini salah gue Sel. Gue terlalu egois," sambung Arkan yang masih terisak.
Selly tak menanggapi perkataan Arkan. Dia hanya terdiam dan terus mengelus punggung Arkan dengan lembut. Berharap Arkan akan lebih tenang.
Arkan mulai melepaskan pelukannya pada Selly. Arkan menghapus air matanya dan mulai menatap serius pada Selly. "Sel, apa menurut lo, gue gak layak buat Delia?" Pertanyaan itu muncul dalam benak Arkan. Entah kenapa dia menanyakan hal itu pada Selly.
Selly hanya terdiam dan mengalihkan pandangannya kearah lain. Selly melirik Arkan dan berpaling lagi. "Kak, menurut aku...," ucap Selly yang terbata-bata. Selly menarik nafasnya sejenak sebelum menjawab pertanyaan Arkan.
Belum sempat Selly melanjutkan perkataannya, dokter sudah keluar dari ruangan. Langsung saja Arkan yang melihat itu, langsung menghampiri dokter.
Dengan perasaan yang campur aduk, Arkan menanyakan hal yang sangat kalian pasti tau. "Gimana keadaan Delia dok?"
Dokter menarik nafasnya sejenak sebelum menjawab pertanyaan Arkan. "Begini, karna luka di kepala, pasien kehilangan banyak darah yang menyebabkan pasien memerlukan donor darah. Sedangkan stok darah yang kami punya sangat terbatas. Jadi kami perlu pendonor darah untuk pasien secepatnya," jelas Dokter.
Arkan yang mendengar perkataan Dokter menjadi lemas. "Dok, apa saya boleh mendonorkan darah saya?" tanya Arkan.
"Itu bisa saja, kalo darah kamu dan pasien cocok. Tapi, kalo tidak, itu tidak bisa," jelas Dokter. "Kita akan melakukan tes, apa darah kamu dan pasien cocok atau tidak," jelas Dokter lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menggapai Bulan
Teen Fiction⚠️ WARNING ⚠️ Kemungkinan alurnya kurang teratur, banyak typo, banyak yang sulit untuk di diskripsikan, banyak mengandung hal di luar nalar, bahasanya sulit di mengerti, banyak salah penanda bacaan, dll. CERITA INI HANYA FIKTIF BELAKA. JIKA ADA KESA...