^~^PART 33^~^

1 0 0
                                    

*****

Mereka berdua terus saja berlari tanpa arah dan tujuan. Dalam benak Selly, dia merasa aneh dengan orang ini. Udah narik tangan gak jelas, terus sekarang malah dia ngajak lari lagi.

Beberapa kali pria itu melihat kearah belakang. Tapi bukan untuk melihat Selly. Melainkan orang-orang yang berada di belakang mereka, yang selalu meneriaki mereka. "Duh, mereka terus ngejar lagi," batin pria itu.

Saat pria itu menoleh kebelakang, Selly juga ikut menoleh. Dia sangat terkejut melihat kerumunan wanita yang mengejarnya. "Itu, mereka matan cowok ini?" batin Selly bertanya-tanya. "Banyak banget mereka."

Setelah beberapa menit berlari, pria itu pergi ke dekat sebuah mobil pick up yang terparkir didekat sana dan bersembunyi. "Kita sembunyi disini ya." Pria itu berjongkok dan menarik tangan Selly untuk ikut dengannya. Pria itu membekap mulut Selly dan sedikit mendekatkan tubuhnya kearah Selly, sambil melihat situasi sekitar.

Selly hanya bisa mengikuti apa yang dimintanya. Walau dalam pikirannya masih ada banyak pertanyaan.

Tak berapa lama kelompok wanita yang mengejar mereka datang ketempat dekat mereka sembunyi. "Dimana dia? Kenapa bisa hilang?" ujar salah satu wanita mencari keberadaan pria itu. "Mending kita cari kesana aja," saran yang lainnya menunjuk jalan berbelok kearah kanan. Mereka semua setuju dan pergi berbelok ke kanan.

Pria itu melihat sekitar. Saat semua keadaan sudah aman, dia lalu keluar dari persembunyiannya. "Akhirnya mereka pergi juga," ujarnya merasa lega.

Selly melihat pria itu secara seksama. "Lo, ngapain sih ngajak gue lari? Kenal juga kagak," tanya Selly dengan nada kesal.

Pria itu melihat Selly. Tanpa menjawab perkataan Selly, pria itu menarik Selly pergi dari sana. Selly yang merasa bingung langsung menepis tangan pria itu. "Lo siapa sih? Main ngajak gue lari kayak gitu? Gak usah sok asik lo," ujar Selly dengan kasar.

Pria itu hanya melihat Selly dengan tatapan bingung. Dia beberapa kali mengalihkan pandangannya kearah lain, lalu mengalihkan pandangannya lagi ke Selly. "Sorry, gue udah lancang sama lo. Tapi jujur, gue cuma mau nolongin lo aja. Gak ada maksud tertentu kok."

"Nolongin gue? Dari apa?" tanya Selly bingung. "Perasaan gak ada yang mau jahat sama gue? Kecuali lo." Tunjuk Selly pada pria didepannya.

Pria itu juga menunjuk dirinya sendiri dengan heran. "Gue?"

*****

Skip. Mereka berdua sudah ada di taman. Mereka berdua tersadar kalo semua ini hanya salah paham. Pria itu tidak tau kalo Selly hanya melampiaskan kekesalannya dengan berteriak. Akhir dari ke salah pahaman ini diakhiri dengan tawa yang mereka keluarkan di malam sunyi ini.

Selly melirik kearah pria itu. "Kalo boleh gue tau, kenapa lo tadi di kejar sama orang?"

Langkah pria itu terhenti. Begitu pula dengan langkah Selly juga. Pria itu melihat kearah Selly. "Soal itu..., karna mereka ngefans sama gue," ujarnya sedikit sombong. "Secara... gue ganteng dan berkarisma. Pasti banyak cewek yang ngejar-ngejar gue," ujarnya mengagungkan dirinya sendiri.

Selly melihat pria itu tak percaya. Dia memutar bola matanya tak suka. "Sok kecakepan nih orang. Paling dibukak maskernya zonk," gumam Selly tak suka dengan perkataan pria disebelahnya.

"Gimana kalo kita duduk disana." Tunjuk pria itu pada sebuah kursi taman yang berada di paling sudut taman dan jauh dari keramaian. Selly mengangguk. Mereka berdua lalu duduk di kursi itu. "Lo mau minum gak?" tawar pria itu. Dengan malu-malu, Selly menganggukkan kepalannya. Secara dari tadi belum minum. Pasti kering dong kerongkongannya. Pria itu lalu pergi mencari minuman.

Selly melihat punggung pria itu pergi menjauh. "Apa gak papa gue minta minuman dari dia? Dia kan orang asing. Belum tau namanya juga lagi," pikir Selly.

Tak berapa lama pria itu datang dengan membawa dua buah minuman dingin. "Nih buat lo." Pria itu menyodorkan minuman pada Selly.

Selly melihat minuman itu, lalu mengambilnya. "Makasih." Selly lalu membukak minuman itu. Pria itu juga lalu duduk disebelah Selly, tapi dia tak meminum-minumannya sama sekali.

Selly lalu menutup kembali minumannya dan melihat kearah pria itu. "Oh iya kita belum kenalan. Nama gue Selly. Nama lo siapa?"

Pria itu melihat kearah Selly. Beberapa menit dia berpikir, sambil mengalihkan pandangannya. "Kalo dia tau nama asli gue, bahaya gak ya?" batinnya berpikir keras. "Panggil aja gue... Malaikat pelindung," jawabnya.

Selly mengerutkan dahinya. "Malaikat pelindung?" ujar Selly merasa heran dengan perkataan pria ini. "Apa dia orang gila ya? Ngangur banget ngomongnya," batin Selly bertanya-tanya.

"Oh iya. Alasan lo galau kayak tadi apa?" tanya pria itu yang membuat pikiran Selly menjadi buyar. "Itu kalo lo mau kasih tau sih," ucapnya sambil menaikkan bahunya. "Siapa tau gue bisa bantu masalah lo."

Selly berpikir sejenak. "Kalo gue ngomong, lo jangan kaget ya," pinta Selly yang langsung dianggukkan oleh malaikat pelindung. "Sebenarnya...., gue suka sama cowok. Tapi cowok itu udah punya pacar. Dan gue hampir aja ngebunuh pacarnya dengan cara ngelepas masker oksigennya," ungkap Selly.

Mendengar perkataan Selly, malaikat pelindung langsung membulatkan matanya karna saking syoknya. "Lo serius? Demi satu cowok, lo mau bunuh orang? Emang cowok di dunia ini udah habis emangnya?" cetus pria itu dengan heran. Dia berpikir, bisa-bisanya ada wanita sebodoh ini.

Dengan raut wajah yang sedikit menyesal Selly menganggukkan kepalanya. "Gue udah suka lama sama dia. Sekitar tiga tahunan," ungkap Selly lagi. "Gue mau cowok yang gue taksir itu jadi milik gue. Gue gak mau dia jadi milik orang lain," papar Selly.

Malaikat pelindung hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Sungguh pemikiran yang sangat aneh dan absrud. "Emang kalo dia mati lo bakal sama cowok yang lo suka? Apa lo yakin yang lo rasain saat ini cinta? Cinta gak kayak gini. Kalo bener lo cinta sama dia, lo pasti mau dia bahagia sama pilihannya. Cinta gak harus saling memiliki," tuturnya dengan lembut.

Selly menundukkan kepalanya dan melihat jari-jari tangannya. "Jadi... cinta gak harus saling memiliki?" tanya Selly memastikan.

Melekat pelindung tersenyum lembut. Yang pasti gak bisa dilihat sama Selly. Secara pakai masker. Hanya orang sakti mantra guna yang bisa melihatnya. "Kalo lo cinta, pasti lo seneng lihat kebahagiaannya. Tapi kalo itu obsesi, lo pasti mau dia jadi milik lo. Dan gak mau orang lain sama dia," tuturnya lagi. "Melihat orang yang kita cintai bahagia, itu lebih seru dari pada harus memiliki dia, tapi dianya gak bahagia. Senyum dari orang yang kita cintai membuat kita juga ikut tersenyum. Mencintai tanpa melihat dan memiliki itu udah cukup. Tau dia bahagia, itu sudah sangat memuaskan," kata  malaikat pelindung sambil membayangkan seseorang yang astral.

Selly tak merespon perkataan malaikat pelindung. Dia hanya terdiam sambil menimbang perkataan dari dua orang yang berpendapat sama. Satu dari kak Devan, satunya lagi dari malaikat pelindung.

Malaikat pelindung berdiri dari duduknya. "Ini udah malem. Gimana kalo gue anter lo pulang aja," ajaknya sambil melihat bulan dan bintang yang sedang bersinar terang.

*****

Langsung saja kita melompat kerumah Selly. Malaikat pelindung mengantar Selly menggunakan taxi. Sungguh pria yang sangat baik. Udah di ajak olah raga, di kasih minum, dan sekarang diantar pulang pula. Apa gak hoki nih.

Selly lalu turun dari taxi yang iya tumpangi. "Makasih ya, udah mau nganter sampai sini. Makasih juga atas nasehatnya," ucap Selly sambil tersenyum manis.

Malaikat pelindung juga membalas senyum dari Selly. Walau gak terlihat. "Iya sama-sama. Pikirin baik-baik semua ucapan gue. Apa pun keputusan lo nantik, akan mempengaruhi kehidupan lo dimana depan nantik. Buat keputusan yang tepat," tuturnya lagi. "Kalo begitu gue pulang ya. Semoga kita bisa ketemu lagi," pamitnya. Selly mengangguk. Mobil itu melaju menembus jalan raya.

Selly melihat kepergian mobil itu. Saat mobil itu telah pergi jauh, Selly lalu masuk kerumahnya. Dalam perjalanan menuju kedalam rumah, pikiran Selly penuh dengan kebingungan. Apa yang harus dia lakukan? Melanjutkan rencana, atau di akhiri sampai disini?

"Gue harus gimana? Apa yang harus gue lakuin sekarang?" gumamnya.

*****

Menggapai BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang