^~^PART 16^~^

0 0 0
                                    

Revisi kalo mood...

*****

Siang telah berganti malam. Karna kejadian tadi siang membuat kemah akan di pulangkan hari ini. Baru juga gue mau buat konflik antara Delia dan Selly, malah gak jadi. Selly kenapa lo pakek tenggelam sih? Kan gak jadi gue bikin konfliknya.

Kok lo jadi nyalahin gue sih? Yang nyuruh gue kepleset siapa? Lo kan? Jadi kalo lo, jadi author jangan egois dong. Usaha kek supa gurunya gak nyuruh pulang. Gue juga pengen ngejambak si Delia.

Bentar. Gue lagi mikir. Meloding....🤔 Harap tunggu sebentar.....🤔
Nah oke dapet😇

Saat ini para guru sedang berdiskusi. Apa akan pulang malam ini atau tidak? Kalo pulang malam ini mau naik apa cobak? Udah malam di tengah hutan pulak. Pasti jalan menuju tempat kendaraan akan sangat mencekam dan seram.

"Pak bagaimana ini? Apa kita akan pulang saja? Atau tidak?" Tanya Nila memastikan.

"Sepertinya kita akan pulang besok pagi. Saya tidak mau kejadian yang menimpa Selly terjadi pada siswa lain," jelas Santo.

"Tapi bukannya kalo pulang sekarang akan membuat anak-anak merasa kecewa?" Timpal Ani.

"Kita akan tetap pulang besok pagi," tegas Santo tak mau di bantah.

"Baiklah kalo bapak bersikeras," pasrah Ani.

Memang siswa yang lain pasti akan merasa sedikit kecewa dengan keputusan ini. Tapi mau bagaimana lagi, demi mencegah hal yang serupa, ini harus dilakukan.

***
"Selly, kayaknya guru bakal bener deh buat akhiri perkemahan hari ini," tebak Atik tepat sasaran.

Selly yang merasa bersalah hanya menundukkan kepalanya. Dia tau kalo hal ini terjadi karnanya. Cobak saja dia tak pergi ke danau pasti semuanya tak seperti ini. Tapi akan lebih bagus kalo Delia tak datang sih.

Darkan yang melihat ekspresi adik laknatnya murung mengusap punggungnya dengan sayang.

"Sel, ini bukan salah lo kok. Ini udah takdir. Mungkin Tuhan ingin kemah sampai di sini aja. Udah jangan hawatir. Yang terjadi untuk yang terbaik," Selly yang mendengar ucapan Darkan hanya mengangguk lemas.
Tumben nih anak bijak. Pengaruh dari mana tuh?

"Udah Sel, jangan cemberut terus dong. Senyum," Mika menarik kedua sudut bibir Selly membentuk senyuman. Yah walau Selly tersenyum, tapi dia masih merasa bersalah dengan kejadian tadi siang.

"Tapi, Selly ngapain lo pergi ke danau?" Tanya Jordy yang membuat Selly menatap ke arahnya. Selly saja bingung kenapa dia pergi kedanau. Mau bilang itu author yang nyuruh gak ada bukti. Mau bilang galau. Tapi kenapa galau? Kan masih jomblo. Eh, emang galau harus punya pasangan? Gak kan?

"Cari udara segar kak," cetus Selly yang di anggukkan oleh Jordy. Udara segar? Memangnya udara di sini kurang segar? Apa perlu beli cap badak? Biar segar?

***
Saat ini Arkan dan Delia sedang berduaan. Eh jangan berduaan, nantik yang ketiga setan. Eh. Tunggu. Itu berati gue dong? Masak gue setan sih?

"Del. Ngapain kamu ngajak aku ke sini? Yang lain padahal lagi ngumpul di situ." Tunjuk Arkan ke arah teman-temannya.

"Aku mau nanya sama kamu?" Ucap Delia yang berhasil membuat Arkan mengerutkan dahinya. "Apa hubungan kamu sama anak yang tenggelam tadi? Apa dia selingkuhan kamu?" Pertanyaan itu berhasil membuat Arkan menjadi keheranan. Kenapa Delia bertanya seperti itu?

"Kamu ngomong apa sih? Kenapa kamu bisa ngomong gitu?"
Diakan punya mulut ege. Iya pasti bisa ngomong. Lu pikir dia kolok.

"Arkan jangan bertele-tele. Kamu tau kan maksud aku? Sekarang jawab! Apa hubungan kamu sama yang namanya Selly itu?" Tegas Delia memberi tekanan pada setiap kata yang dia ucapkan.

Menggapai BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang