*****
Nafas Delia semakin tersengal-sengal. Tapi Selly tetap tak memasang kembali masker oksigennya. Selly justru mendekatkan dirinya ke wajah Delia. "Istirahat yang tenang ya," desis Selly tepat di telinga Delia. Senyum kebahagian mulai muncul di bibir Selly.
"Selly," panggil seseorang yang membuat dirinya tersentak, dan melihat kearah sumber suara. Apa dia akan ketahuan?
Yang memanggil nama Selly adalah Devan. Devan langsung menghampiri Selly dan menatap tajam kearahnya. Kemudian Devan, memasang kembali masker oksigen Delia dan menarik tangan Selly keluar dari sana.
Dengan marah, Devan terus menarik Selly keluar dari rumah sakit. Entah apa yang akan dilakukan Devan? Saat mereka hendak keluar rumah sakit, mereka tak sengaja berpapasan dengan Arkan. Arkan melihat kearah mereka, tapi malah berlalu begitu saja. Arkan juga merasa bingung. Kenapa Selly di tarik seperti itu oleh Devan?
Saat sampai diluar rumah sakit, Devan mendorong Selly ketempat sepi. Karna dorongan Devan, Selly sedikit terhuyung. "Kak ngapain sih narik Selly kayak gitu?" tanya Selly tak terima dengan prilaku Devan dengannya.
Devan melihat kearah Selly dengan penuh amarah. "Bukannya kakak yang harus bilang gitu sama kamu? Ngapain kamu ngelepas masker oksigen Delia? Kamu mau bunuh dia?" cecar Devan.
Selly hanya bisa melihat kiri-kanan. Dia mulai merasa ketakutan dengan Devan. Karna semua perbuatan Selly sudah dilihat oleh Devan. Rasa hawatir menyelimuti pikirannya. Selly membeku di tempat dan menundukkan kepalannya. "Aku cuma iseng kak," balas Selly.
Mendengar ucapan adiknya, Devan justru menggelengkan kepalanya tak percaya. Bisa-bisanya Selly mengatakan kalo itu cuma iseng semata. "Iseng kamu bilang? Kamu tau gak, resiko dari keisengan kamu itu? Nyawa orang bisa melayang Selly."
Selly tak merespon perkataan Devan. Dia menundukkan kepalanya dan tak berani menatap Devan. "Aku tau kak. Tapi, aku ngerasa yang aku buat ini gak salah. Aku cuma usaha buat singkirin saingan aku."
Ucapan Selly membuat Devan semakin kesal. Dia tak bisa lagi mengerti dengan pemikiran Selly saat ini. Dia tak tau ini Selly atau orang lain. "Lo ini siapa? Siapa lo sebenernya? Lo bukan Selly. Siapa lo?"
Selly mendengar perkataan Devan mendongakkan kepalanya dan melihat Devan dengan bingung. "Maksud kakak apa? Aku Selly kak."
Devan mengalihkan pandangannya sesat dan kembali melihat kearah Selly. "Selly?" ujar Devan menatap Selly aneh. "Selly yang gue kenal gak kayak gini. Dia gak egois kayak lo. Lo itu, bukan Selly. Tapi orang yang nyamar jadi Selly."
Hening. Tak ada percakapan selama beberapa saat. Mereka berdua hanya saling tatap satu sama lain. "Tolong, kembaliin Selly yang dulu." Devan menyatukan kedua tangannya di depan dada. "Gue mohon sama lo, balikin Selly yang gue sayangi. Gue kangen sama dia. Gue mau dia kembali." Devan mulai meneteskan air matanya. Mungkin Devan merasa kalo Selly tak lagi seperti dulu. Selly yang dulu tak akan melakukan hal konyol seperti ini, atau sampai nekat untuk mengakhiri nyawa seseorang. Hanya karna cinta, dia rela membunuh seseorang tak berdosa.
Selly menatap Devan yang mulai menangis. Perasaannya sungguh campur aduk. Belum pernah dia melihat Devan seperti ini. Bahkan sekali pun Selly tak pernah melihat Devan menangis sama sekali, selama mereka tinggal serumah.
"Gue bener-bener mohon sama lo, buat balikin Selly yang dulu." Devan terus memohon pada Selly. Tapi Selly tak merespon sama sekali. "Jangan karna cinta, lo mau bunuh orang. Itu bukan cara yang tepat. Itu cara yang bodoh," nasehat Devan. "Apa lo pikir dengan lo ngebunuh Delia, Arkan akan sama lo?"
Selly tak bergeming dengan ucapan yang dilontarkan Devan. Itu semua ada benarnya juga sih. Dengan membunuh orang yang jadi saingan kita, belum tentu juga kita menang. Bukannya menjawab dan membalas semua yang dilontarkan Devan, Selly justru pergi meninggalkan Devan.
*****
Disisi lain, Arkan tengah berada di ruangan Delia. Arkan menggenggam tangan Delia berharap dia akan cepat siuman. "Delia maafin aku, udah kasar sama kamu dan udah menjauh dari kamu selama ini," gumam Arkan memikirkan semua salahnya pada Delia. "Aku bukannya cari tau kebenaran, aku malah cari pelarian."
Arkan menyadari semua kesalahannya selama ini. Arkan bukannya mencari tau yang sebenarnya, dia justru mencari pelarian dari semua masalah yang dia hadapi. Dan alangkah kebetulan nya, yang jadi pelariannya adalah Selly. Sangat malang bukan?
Arkan terus-menerus menggenggam tangan Delia dan mengelus lembut. "Delia semoga kamu cepat sadar ya. Aku janji, akan selalu ada buat kamu."
Entah kebetulan atau memang sudah direncanakan, saat mendengar perkataan Arkan tangan Delia tiba-tiba bergerak. Arkan yang melihat itu merasa tak percaya. Dia lalu memanggil dokter.
Dan benar saja saat dokter memeriksa keadaan Delia, Delia pun terbangun dan membukak matanya. Disana Arkan merasa sangat senang dan bahagia. Orang yang selama ini dia hawatir kan sudah sadar. Dokter juga mengatakan kalo kondisi Delia jauh lebih baik dari sebelumnya.
Delia membukak matanya dan melihat kearah Arkan. "Arkan," panggil Delia dengan suaranya yang lemah dan terdengar lirih.
Arkan mendekat menghampiri Delia dan menggenggam tangannya. "Iya Delia. Aku disini."
"Arkan maafin aku. Aku udah salah sama kamu selama ini. Aku juga udah nuduh kamu yang macam-macam."
Arkan menganggukkan kepalannya dan tersenyum tulus. "Aku juga minta maaf sama kamu. Maafin aku ya Delia."
Mereka berdua saling meminta maaf satu sama lain dan menyadari semua kesalahan mereka masing-masing. Disini, kita diajarkan untuk meminta maaf kalo kita salah. Dan yang paling terpenting dalam sebuah hubungan adalah saling mengerti dan memahami. Bukan malah cari pelarian.
*****
Hari kini mulai semakin gelap. Matahari yang tadinya bersinar tinggi di langit, kini sudah tak menampakkan dirinya. Malam ini begitu sunyi. Sunyi di hati, tapi ramai di sekitar. Selly, merasa sendiri dalam keramaian kota.
Selly terus berjalan melangkahkan kakinya tanpa arah dan tujuan. Selama dalam perjalanan, dia merenungi apa yang dikatakan oleh Devan. Memang Devan tak salah, tapi apa Selly juga salah? Apa salah mencintai orang? Tidak bukan?
Dalam pikirannya Selly, dia merasa kalo dia salah dalam berpikir. Kenapa cobak dia melakukan hal yang konyol seperti itu? Untung saja, Devan datang tepat waktu. Kalo tidak, sudah melayang nyawa orang.
Selly menghentikan langkahnya di tepi jalan jembatan. Jalan yang menghubungkan dua tempat yang terpisah karna sungai yang deras dan dalam. Selly melihat kearah sungai. Dia memandang sungai itu dengan lekat. "Apa salah mencintai pacar orang? Apa salah jatuh cinta?" gumam Selly. "Apa gue salah suka sama kak Arkan? Apa gue salah jatuh cinta sama pacar orang? Kalo gue salah, dimana kesalahan gue? Kenapa gue harus ngerasain ini semua?" triak Selly dengan suara lantangnya.
Hatinya mulai terasa sakit mengingat semua kenangan manis, dia bersama Arkan. Walau semua itu singkat, tapi itu sangat membekas. Matanya mulai berembun. Dia tak sanggup lagi menahan semua sakit yang dia rasakan. Selly mulai berteriak sekencang-kencangnya, dan melupakan semua keluh kesahnya.
Saat dia tengah meluapkan semua isi hatinya, sadar tau tak sadar, dia mulai menaikkan kakinya pada pembatas jembatan. Mungkin saking stresnya, dia akan melompat. Mungkin?
Entah dari mana, saat Selly hentak berteriak sekali lagi, ada seseorang yang menarik tangannya. Tarikan itu membuat dia terdorong kebelakang, dan membuat Selly menimpa badan seseorang. Selly memang tak melihat dengan jelas orang itu. Tapi satu yang pasti, dia seorang pria, yang memakai masker dan topi. Mereka berdua saling adu tatap beberapa detik.
Tatapan mereka berakhir ketika, "Hey, itu dia. Ayok kejar." Suara yang terdengar itu, membuat pria itu mendorong Selly bangun. Beberapa detik kemudian, pria itu menarik tangan Selly dan membawanya lari.
Selly yang merasa kebingungan mengikuti langkah pria itu. Yang awalnya pikirannya kacau, sekarang malah menjadi bingung dan heran. Kenapa ada banyak orang yang mengejarnya? Apa dia pencuri? Apa Selly akan dijadikan sandra?
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Menggapai Bulan
Ficção Adolescente⚠️ WARNING ⚠️ Kemungkinan alurnya kurang teratur, banyak typo, banyak yang sulit untuk di diskripsikan, banyak mengandung hal di luar nalar, bahasanya sulit di mengerti, banyak salah penanda bacaan, dll. CERITA INI HANYA FIKTIF BELAKA. JIKA ADA KESA...