HAPPY READING💙🤏
Mungkin rasa insecure yang membuat Nathan enggan untuk maju, ia memilih diam karena takut dengan kemungkinan-kemungkinan yang bahkan belum terjadi di masa depan.
Padahal, tidak semua takdir itu buruk. Bukankah ada takdir yang bisa diubah sesuai dengan doa dan usaha pemiliknya? Tapi Nathan enggan mengakui itu semua, ia terlalu terpaku begitu dalam pada masa lalu.
Di tengah rintik hujan kecil yang membasahi bumi, laki-laki itu berjalan dengan payung hitam di tangannya. Ia mengamati sesosok gadis cantik yang tersenyum bahagia ketika berhasil membeli sebuah buket bunga segar.
Kisah kita ternyata begitu rumit, ya?
saat awal tak tahu siapa, akhirnya saling jatuh cinta.Ku harap bahagiamu selalu cukup, agar di tengah rumitnya hidup kamu tidak tersiksa dengan segala rasa yang mencangkup.
Sayang.., terus tertawa dan tersenyum dengan begitu bahagia, ya? akan selalu ku usahakan dengan baik itu semua.
"Aku harap, episode mencintaimu berdurasi sangat panjang," ujarnya dengan senyum tipis.
Setiap ekspresi gadis itu berhasil menimbulkan kekehan dan tawa kecilnya, ia begitu bahagia walau hanya melihatnya dari kejauhan.
Padahal untuk menghampiri bisa Nathan lakukan, memeluk dan mendekap gadis itu, bukankah mereka masih berstatus sepasang kekasih?
Jarum jam menunjukkan pukul tiga sore hari, ketika rintik hujan semakin banyak turun. Nathan tak bergeming, manik hitamnya terus menatap ke satu objek.
Hingga pada saat gadis itu menyeberang matanya terbelalak, tanpa kata ia melempar payungnya dan berlari dengan cepat, menuju si cantik dan meraih tubuhnya.
Ckiitt!
Bruk!
Suara tabrakan begitu nyaring terdengar, sebuah truk kontainer yang melaju cepat dan menabrak segala yang ada di depannya, teriakan-teriakan serta decitan ban dengan medan jalan yang licin berhasil menyeret beberapa orang di bawahnya.
Bisa dibayangkan, seberapa mengerikannya.
Mata elangnya terpejam rapat, ia memeluk dengan erat gadis di pelukannya. Tubuh Nathan bergetar hebat, bukan Bianca yang menangis namun dirinya dengan isakan kecil yang tertahan.
"Syukurlah, Tuhan...," lirihnya sembari mengusap dan mengecup kepala Bianca dengan rasa khawatir yang begitu membuncah.
Dia selamat, terima kasih.
Aku berhasil membawanya ke dekapanku.
Aku berhasil melindungi putrimu, Paman.
Liquid bening itu jatuh membasahi pipinya, jantungnya berdegup amat kencang, tubuhnya bahkan bergetar hebat dan menjadi lemas, kepalanya ia jatuhkan di bahu sempit itu, menarik napas dalam mencoba menenangkan dirinya sendiri.
Bia-nya baik-baik saja.
Dia tidak terluka sedikitpun.
"Nath," panggil Bianca, posisinya membelakangi segala kejadian mengerikan, ketika kepalanya hendak menoleh, kedua pipinya langsung ditangkup oleh Nathan.
Laki-laki itu menyatukan keningnya dan kening Bianca, hidung mancung keduanya bersentuhan. Napasnya memburu menerpa wajah cantik itu. "Jangan menoleh ke belakang sayang, cukup lihat ke depan, terkadang rasa penasaran bisa saja membahayakanmu," ucapnya pelan.
Olah TKP segera dilakukan, suasana begitu ramai, tangisan dan raungan terdengar amat menyedihkan.
Nathan memilih memasangkan headphone Bianca, ia kembali mengecup kening gadis itu. Menggendongnya ala bridal style dengan bunga yang Bianca beli tadi kembali ia serahkan pada si gadis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Figuran : Change Destiny of The Antagonist (END) || Segera Terbit
FantasyDi novel 'Kisah Naqila', Nathaniel Varendra adalah sosok antagonis paling kejam. Ia bahkan tak segan membunuh seseorang yang dianggap mengusik ketenangan pujaan hatinya. Selain kejam, laki-laki itu juga menyandang gelar brengsek dan bajingan. Itu di...