44. Hati yang tulus

25K 2.4K 99
                                    

HAPPY READING SENGKUH💜🤏

Jeritan dengan suara tangisan yang memilukan terdengar di seluruh penjuru gubuk kayu tua itu. Jika ada yang melewati tempat itu, mungkin ia bisa merasakan betapa sakit dan frustasinya orang di dalamnya.

Nathan datang dengan santainya, laki-laki itu memakai hoodie hitam serta jeans, dan dipadukan sneakers senada. Sungguh berbeda dengan setelan ia yang biasanya.

"Kau apakan?" tanyanya pada Deo yang mengikuti di belakangnya

"Dia..., saya buat digilir, dan setiap hari meminumkan obat yang Tuan suruh," jawab Deo.

Nathan membuka pintu kayu itu, ia menatap datar Naqila yang meraung-raung. Lalu pandangnya beralih pada Robert yang sudah kurus tubuhnya.

Jakunnya naik turun, laki-laki itu membasahi bibirnya. Ia diam sejenak, memandang keduanya dalam.

"Pulangkan Robert ke rumahnya, pastikan saat keponakan tersayangnya ada di sana," ujarnya, lalu matanya beralih menatap Naqila.

"Dan dia...." Nanthan berbalik, ia menatap Deo. "Buat hancur wajahnya dengan menyeretnya sepanjang jalan nanti," katanya lagi memerintah.

"Sisanya, biar aku yang mengurus," tambahnya dengan nada pelan. Nathan memilih berjalan kembali keluar. "Termasuk penghianat itu."

Rasanya sangat menyakitkan, orang yang tumbuh bersama denganmu, masuk ke dalam cerita hidupmu, salah satu orang penyemangatmu, ternyata adalah seorang penghianat.

Dengan label 'sahabat'.

Dikhianati oleh orang yang kau anggap dekat, dia yang kau percayai, namun kepercayaan itu diluluh-lantahkan.

"Mungkin..., ini termasuk karma Tuhan untukku kan, By?" ucap Nathan pelan, "aku meluluhlantahkan kepercayaanmu, tapi..., aku juga merasakan kepercayaan itu dikhianati."

"I am sorry, sayang."

Memasuki mobilnya meninggalkan gubuk tua di tengah hutan itu untuk kembali menuju mansion, ia keluar dengan izin Bianca, atas permintaan gadis itu yang mengiginkan mie ayam di malam ini.

"Aku ingin mie ayam, bisa kamu membelikannya untukku?"

Nathan terkekeh saat ingatan itu kembali menghantuinya, Bianca dulu pernah ngidam menginginkan makanan ini, namun dulu ia abaikan.

Bisakah ingatan masa lalu menghilang saja? Sungguh, semuanya menghantui Nathan, bayang-bayang semuanya membuat dirinya tertekan.

Tapi ... bukankah Bianca juga mengalami hal yang sama? Dengan semua ingatan itu, bagaimana cara Bia-nya berdamai dengan masa lalu.

Mobilnya berhenti di sebuah warung mie ayam yang ramai pembeli, Nathan turun mengabaikan semua tatapan yang ada. Ia segera memesan satu bungkus mie ayam, lalu duduk di salah satu kursi.

Setelah beberapa menit menunggu, pesanannya selesai, Nathan segera membayarnya lalu kembali memasuki mobil. Ia ingin segera bertemu dengan Bia-nya.

Merindukan gadis itu setiap saat.

.
.
.
.

Ceklek!

"Ini sudah malam, tidak baik bertamu di rumah seorang gadis," ujar Antonio membuat Nathan tertawa pelan.

"Aku membawakan pesanan Biaku Paman," jawab Nathan tenang. Sudah biasa ia menghadapi mer-ralat, calon mertua posesifnya ini.

Tidak apa, Nathan maklum, ia malah terkekeh saat melihat wajah cemburu Antonio kepadanya.

Figuran : Change Destiny of The Antagonist (END) || Segera TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang