Aria, yang mulai sekarang kita panggil Aurora berbaring di tempat tidur rumah sakit. Pikirannya sibuk menyusun langkah-langkah yang akan dia ambil selanjutnya, ketika kedua kakak laki-lakinya, Cassius dan Damian, serta Natalia kembali ke kamar membuat suasana berubah menjadi canggung.
"Bagaimana perasaanmu sekarang, cantik?" tanya Cassius dengan lembut, matanya penuh perhatian.
Aurora mengangguk pelan. "Sedikit lebih baik, abang."
Aurora melirik ke arah Natalia yang masih berdiri di dekat pintu sementara kedua kakaknya sudah berada di kedua sisinya. Dia memberikan senyuman termanisnya. Aurora sedikit penasaran, pemeran utama novel itu merupakan orang yang seperti apa.
Natalia hanya tersenyum kaku dan mengangguk. Selama kurang lebih dua bulan bersama keluarga Marcellino, dia menyadari bahwa mereka sangat menyayangi Aurora. Aurora seperti permata yang benar-benar dijaga dalam keluarga itu. Tidak ada sehari pun di mana dia tidak mendengar nama Aurora disebut oleh keluarga Marcellino. Bahkan manusia cuek seperti Damian dan Cassius sangat menyayangi adiknya tersebut.
Cassius yang peka terhadap rasa penasaran adiknya memutuskan untuk menjelaskan. "Natalia adalah anak dari teman dekat mama yang baru saja meninggal. Orang tua kita memutuskan untuk membantu Natalia karena dia tidak punya kerabat lain."
"Untuk sementara waktu dia tinggal bersama kita, tapi nanti dia akan tinggal sendiri. Orang tua kita hanya membantu membiayai kebutuhannya." Tambah Damian.
Ekspresi terkejut dan kecewa jelas terlihat di wajah Natalia, dan Aurora menyadari itu.
"Jadi, aku hanya sementara di sini," gumam Natalia, mencoba menyembunyikan perasaannya.
Damian mengangguk tanpa ekspresi. "Jangan terlalu berharap lebih."
Cassius melirik Damian dengan tajam. "Cara lo ngomong gak bisa diperhalus dikit ya?"
Cassius memang tidak terlalu dekat dengan Natalia. Setelah orang tuanya memutuskan untuk membantu Natalia, gadis itu pindah sekolah ketempat ia dan Damian bersekolah. Umur mereka bertiga sama, dan mereka merupakan siswa kelas 2 SMA. Tanpa diduga, Natalia masuk ke kelas yang sama dengannya. Hal tersebut membuat kedekatanya dengan Natalia lebih dekat sedikit, sangat sedikit dibandingkan kedekatan Natalia dan Damian.
Cassius memang manusia yang cuek dengan lingkungan sekitar, tetapi dia sadar bahwa Natalia sekarang hanya sebatang kara dan berada di tempat baru yang asing. Dia berpikir bahwa jika tidak ingin membantu dan menghiburnya, setidaknya dia tidak menambah beban ataupun menyaktinya. Perkataan Damian barusan terdengar cukup kasar baginya.
Damian mengangkat bahu dengan santai. "Gue cuma mengatakan yang sebenarnya."
Cassius mendengus. "lo selalu punya cara untuk membuat situasi lebih buruk."
"Dan lo selalu merasa paling benar," Damian membalas dengan nada sarkastis.
Aurora memperhatikan pertengkaran kecil antara kedua kakaknya. "Kakak sama abang gak pernah akur, ya?"
Damian dan Cassius saling melirik, kemudian serempak menjawab, "Hanya dalam hal ini kami sepakat."
Aurora tertawa kecil, berusaha meredakan ketegangan di dalam ruangan. Meskipun tanpa bertanya, dia sebenarnya sudah tahu bahwa hubungan kedua kakaknya itu tidak bisa dikatakan baik. Hal tersebut sudah dicantumkan di dalam novel meskipun tidak dijelaskan alasan pastinya. Di novel hanya dikatakan bahwa sebelumnya Damian dan Cassius sangat dekat dan bisa dikatakan sibling goals. Hal tersebut berubah ketika mereka memutuskan untuk bersekolah di sekolah menengah pertama yang berbeda. Semenjak itu, mereka semakin jarang berinteraksi, dan tiba-tiba hubungan mereka sudah dikatakan buruk saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Figuran
RomanceAria Seraphina Suryadinata, gadis cantik yang terbiasa mendapatkan segalanya. "I want it, I got it" adalah moto hidupnya. Namun, hidupnya berubah drastis ketika tanpa disangka, ia terbangun di dalam dunia novel yang dibacanya sebelum tidur-dan lebih...