Bab 4

5.4K 428 4
                                    

Setelah mamanya keluar dari ruangan tempatnya dirawat, Aurora mulai memakan makan siangnya dengan pikiran yang entah kemana. Dia senang menerima segala perhatian dari keluarga Aurora, terutama kedua orang tuanya, tetapi juga sedikit merasa tertekan. Aurora saat menjadi Aria bebas melakukan apapun yang dia mau, sedangkan disini dia harus meminta izin terlebih dahulu untuk segala hal yang ingin dia lakukan.

Terjebak dengan lamunannya, Aurora sampai tidak sadar bahwa dari tadi sudah ada seorang gadis yang berdiri dipintu ruangan ia dirawat.

"lagi mikiran apa ra" tanya gadis tersebut.

"loh kak Ana udah datang" tanya aria sambil terkejut dengan keberadaan Natalia karena dia tidak merasakan kehadiran siapapun dari tadi.

Natalia hanya terkekeh melihat reaksi anak bungsu dari keluarga yang telah menolong hidupnya tersebut. "Aku udah ketuk pintunya beberapa kali tadi, kirain kamu lagi di toilet makanya aku langsung masuk aja. Eh ternyata lagi melamun"

Aurora hanya bisa tersenyum, dia memikirkan obrolan apa yang harus dibahas dengan Natalia. Ini merupakan pertama kali hanya ada dia dan Natalia di dalam satu ruangan, Saat adanya anggota keluarga Marcellino pun Natalia lebih sering diam, dia hanya berbicara ketika ditanya.

"Kak Ana," panggil Aria dengan lembut, "duduk disini saja kak" ucap Aurora sambil menepuk sisi kasur tempat dia duduk ketika melihat Natalia hendak duduk disofa yang ada di sudut ruangan.

"Max dan Damian belum datang ya" Tanya Natalia sambil menduduki tempat duduk disamping kasur Aurora. Cassius merupakan nama panggilan yang hanya digunakan oleh keluarga Marcellino. Sedangkan Natalia, serta teman-temannya memanggil Cassius, Max. masih ingat nama Cassius kan? Cassius Maximilian Marcellion.

Aurora menggelengkan kepalanya. "Emang tadi di rumah kak Ana gak ketemu mereka"

Natalia juga menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. "Dirumah kami jarang bertemu, Damian dan Max juga jarang ada di rumah. Biasanya kami kumpul bersama kalo om sama tante pulang."

Aurora mengangguk mengerti. "Tadi mama bilang kak Ana ada tugas kelompok, seharusnya kakak gak usah repot-repot kesini dulu. Rora kan sudah sehat, kak Ana gak perlu khawatir"

Natalia tersenyum. "Ya sudah kalau gitu aku langsung pergi aja ya, Rora yakin bisa sendiri kan?"

"Em!" Aurora mengangguk sambil memasang ekspresi tegasnya untuk meyakinkan Natalia, yang sekali lagi tetap terlihat menggemaskan.

.

Sudah sekitar 30 menit semenjak kepergian Natalia dari ruangan tempat Aurora dirawat, sudah tak terhitung juga helaan nafas yang dia keluarkan.

"sumpah gue bosaaaaannn" Aurora hanya bisa menjerit tertahan dalam hatinya. Dia benar-benar sudah tidak tahan lagi, rasa bosan benar- benar menguasainya. Dia turun dari kasur dan melihat keluar jendela, ruangan tempat ia dirawat berada di lantai yang cukup tinggi. Dia juga dapat melihat taman rumah sakit yang sepertinya cukup indah dari jendela kamarnya. Suasana yang cukup mendung meskipun ini tengah hari semakin membantunya membulatkan tekat untuk keluar dari kamarnya dan menghirup udara segar.

Aurora memutuskan untuk menuju taman rumah sakit setelah sebelumnya meninggalkan catatan kecil yang entah dia dapat darimana. Dia meletakkan catatan tersebut diatas tempat tidur rumah sakit, menghindari kepanikan dari keluarga Aurora apabila mereka datang dan melihat anaknya tidak ada didalam ruangan.

Aurora berjalan masuk kedalam lift dan melewati lorong-lorong rumah sakit sambil mendorong gantungan tempat selang infusnya berada dan menjadikannya sebagai pegangan barangkali tiba-tiba dia merasa lemas. Setelah beberapa hari di dunia novel ini, dia menyadari bahwa tubuh yang dia tempati ini sangat lemah. Awalnya dia mengira mungkin ini merupakan efek karena tubuh yang sekarang dia tempati sudah berbaring koma selama 3 bulan. Tapi ternyata berdasarkan cerita dari orang tua dan kedua saudaranya ternyata tubuhnya itu memang sudah lemah dari lahir, hal itu juga yang membuatnya sangat dijaga oleh keluarganya.

Bukan FiguranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang