"Oh, Natalia," Nyonya Marcellino menyapa dengan senyum ramah. "Kamu sudah pulang? Mari bergabung dengan kami."
Natalia menahan senyum kecil, berusaha menunjukkan sikap santai meski hatinya terasa sedikit bergejolak. "Terima kasih, Tante," jawabnya dengan nada sopan sambil melangkah menuju kursi di sebelah Max.
Natalia tidak tau bahwa Aurora akan pulang hari ini. Matanya terus memperhatikan Aurora yang tampak menjadi pusat perhatian malam itu. Setiap gerak-gerik Aurora, dari senyuman manis hingga tawanya yang ceria, seolah menarik perhatian semua orang di sekitar meja.
Natalia merasa sedikit terasing di tengah suasana yang tampaknya begitu hangat dan penuh perhatian itu.
"Mengapa semua perhatian tertuju pada Aurora? Apa yang begitu istimewa dari dirinya?" pikir Natalia, mencoba menahan rasa tidak senangnya yang semakin membesar.
Momen ini yang seharusnya menjadi waktu untuknya merasa diterima dalam keluarga Marcellino justru terasa semakin membuatnya merasa terpinggirkan.
"Kamu suka masakannya, sayang?" tanya kepala keluarga Marcellino dengan nada penuh perhatian, matanya penuh kasih sayang saat memandang Aurora.
Aurora mengangguk dengan senyuman lebar. "Enak, Pa. Rora suka sekali," jawabnya penuh semangat. Ia benar-benar menikmati momen ini. Dalam dunia nyata sebagai Aria, ia biasanya hanya makan sendiri. Orang tuanya yang sibuk jarang sekali, bahkan hampir tidak pernah, memiliki waktu untuk makan bersamanya.
Selama ini, dia mengira bahwa kesendirian adalah hal yang dia sukai. Dia salah. Ternyata itu hanyalah ilusi. Kesendirian, dengan segala kehampaannya bukanlah pilihan yang benar-benar ia inginkan. Ia baru menyadari betapa nyamannya berada di tengah-tengah orang-orang yang menyayanginya.
Meskipun semua kasih sayang yang dia terima saat ini sebenarnya ditujukan untuk Aurora, dia tidak merasa terganggu. Lagipula, saat ini dia berada dalam tubuh Aurora dan menikmati kehidupan ini bukanlah hasil dari merampas hak Aurora. Dia sendiri tidak tau mengapa dia bisa terjebak di dalam tubuh ini.
Entah di mana sekarang Aurora berada dan apa yang sedang dilakukannya, Aria hanya bisa fokus pada menikmati momen ini sepenuhnya. Selama dia berada di tubuh Aurora, dia akan menghargai setiap detik kebahagiaan yang saat ini ia rasakan.
.
Setelah berbincang-bincang di meja makan, keluarga Marcellino lanjut berkumpul di ruang keluarga. Suasana semakin hangat, dengan obrolan yang penuh canda tawa. Aurora, yang duduk di tengah tidak bisa menyembunyikan kebahagiaanya. Dia merasa seperti sebuah bagian dari keluarga ini, merasakan kasih sayang yang selama ini belum pernah dia rasakan.
Sementara di lain sisi Natalia, yang duduk di sudut ruangan, selalu berusaha ikut serta dalam setiap percakapan. Dia mencoba tersenyum dan menambahkan komentar-komentar ringan, namun perhatia yang lain terus tersedot ke Aurora.
Setiap kali Natalia membuka mulut, matanya hanya menemukan tatapan orang-orang yang sudah kembali tertuju pada Aurora.
Natalia menelan rasa tidak nyaman itu dan memutuskan untuk mundur. "Maaf, aku rasa aku perlu kembali ke kamar dan menyelesaikan beberapa tugas," katanya dengan senyum paksaan yang tipis.
"Terima kasih atas makan malamnya, semuanya." Ucapnya dan hanya menerima anggukan dari nyonya Marcellino.
Begitu dia sampai di kamar, Natalia menutup pintu dan bersandar di belakangnya. Dia menghela napas panjang, menghapus senyum palsu dari wajahnya.
"Semuanya begitu fokus pada Aurora" gumamnya pada dirinya sendiri. "Aku ingin merasa diperhatikan seperti dia."
Natalia duduk di tepi tempat tidur, memandang sekeliling kamar. Dia menyadari bahwa perhatian yang dia harapkan dari keluarga Marcellino sepertinya akan menjadi sesuatu yang sulit dia dapatkan, terutama dengan adanya Aurora.
![](https://img.wattpad.com/cover/376638033-288-k385038.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Figuran
RomanceAria Seraphina Suryadinata, gadis cantik yang terbiasa mendapatkan segalanya. "I want it, I got it" adalah moto hidupnya. Namun, hidupnya berubah drastis ketika tanpa disangka, ia terbangun di dalam dunia novel yang dibacanya sebelum tidur-dan lebih...