Bab 10

5.4K 471 73
                                    

"Bagaimana keadaan lo, Ra?" tanya Leo dengan nada serius, berbeda dari ekspresi main-mainnya saat pertama masuk.

Aurora menghela napas. Sejak bangun di tubuh ini, dia sudah mendengar pertanyaan serupa puluhan kali.

"Rora nggak apa-apa, Kak," jawabnya sambil berusaha tersenyum.

"Halo, Ra, kita ketemu lagi," sapa Evan ketika matanya bertemu dengan Aurora.

"Iya, Kak, ketemunya di rumah sakit lagi," balas Aurora sambil memasang wajah pura-pura sedih.

Evan terkekeh melihat ekspresi Aurora yang lucu menurutnya

Natalia, yang merasa diabaikan, semakin kesal. Bukan hanya Orion, bahkan Leo dan Evan tampak tidak menganggap keberadaannya.

"Kalian udah kenal Aurora?" tanya Natalia, mencoba ikut dalam percakapan.

Leo terkejut. Dia tidak menyadari keberadaan Natalia sama sekali sebelumnya. Sementara itu, Evan hanya melirik sekilas ke arah Natalia. Dia tahu gadis itu dari cerita orang-orang di sekolah: si murid baru yang cantik dan kerabat dekat keluarga Marcellino. Namun, meski begitu, Evan sama sekali tidak berniat menjawab pertanyaan Natalia dan malah mendekati Orion untuk berbicara.

"Anak-anak masih nyari tahu yang ngeroyok lo dari geng mana," ucap Evan kepada Orion. "Karena nggak ada CCTV di sekitar lokasi itu, jadi butuh waktu lebih lama buat dapat hasilnya" tambah Evan.

"Lo beneran nggak sempat ngelihat wajah mereka sama sekali?" tanya Leo penasaran.

Orion menggelengkan kepala.

"Nggak, terlalu banyak," jawab Orion singkat, namun cukup jelas bagi Leo dan Evan.

"Orion habis dikeroyok?" tanya Natalia khawatir saat mendengar percakapan mereka. "Kenapa sih harus ada geng motor segala? Kalian tahu kan, hal kayak gini bisa ngebahayain kalian. Ini pasti bukan pertama kalinya, kan? Mending bubarin aja geng motornya," cerocos Natalia panjang lebar, berharap mendapat respon baik. Namun, yang ia dapat justru tatapan tajam dari ketiga pria itu.

Aurora yang mendengarnya hanya mengernyitkan alis.

"Dih, kok ngatur," pikir Aurora dalam hati.

Dia tak menyangka bahwa pemeran utama novel ini sedikit ceroboh dan tidak peka. Menurut Aurora, ucapan Natalia tadi bukannya membuat Orion terharu, justru akan membuat Orion semakin tidak suka pada gadis itu.

Leo hanya memutar bola matanya malas saat mendengar ucapan Natalia. Evan mendesah, tidak habis pikir dengan gadis yang sok kenal dan ikut campur ini. Sementara itu, Orion menatap Natalia dengan dingin, jelas menunjukkan ketidaksukaannya terhadap kehadiran gadis itu.

"Natalia," Evan akhirnya angkat bicara. Suaranya datar tapi tegas. "Kayaknya tadi nggak ada yang ngajak lo ikut ngobrol, deh."

Natalia terkejut dengan tanggapan Evan yang lebih tajam dari biasanya. Ia menoleh ke Orion dan Leo, mencari dukungan. Orion mengabaikan tatapannya, sementara Leo hanya mengangkat bahu acuh tak acuh, seolah berkata, "Jangan lihat gue."

Natalia, yang merasa terpojok, akhirnya membalas, "Maaf, aku cuma khawatir. Aku nggak mau kalian dalam bahaya..." ucapnya dengan nada merajuk, mencoba menarik simpati mereka.

Namun, ketiga pria itu hanya menatapnya tanpa ekspresi, seolah mereka lebih lega jika Natalia tidak ikut campur dalam urusan mereka dan memilih keluar dari ruangan itu.

Aurora yang melihat interaksi hanya bisa menggelengkan kepala. Dia memutuskan untuk meredakan ketegangan di ruangan rumah sakit tersebut.

"Kak Ian kok lama banget, ya?" tanya Aurora, tidak secara khusus ditujukan pada siapa pun, berharap seseorang akan menjawab.

Bukan FiguranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang