"Kamu nggak apa-apa, Ra? Nggak kena, kan?" tanya Leo panik, memeriksa tubuh Aurora dengan teliti, takut kalau-kalau ada serpihan pecahan vas yang mengenainya. Nada suaranya penuh kekhawatiran, dan tanpa sadar dia menggunakan kata "kamu," alih-alih "lo" seperti biasanya.
Aurora, yang masih terkejut, hanya bisa menggeleng pelan. "Nggak apa-apa, Kak," ucapnya pelan, meski matanya masih melebar karena syok.
Leo menghela napas, lega sesaat karena Aurora tidak terluka, tetapi ketegangannya segera kembali saat pandangannya jatuh pada seorang wanita paruh baya yang berdiri dengan wajah marah—mamanya. Wanita itu adalah pelaku yang melemparkan vas bunga ke arah mereka.
Tatapan tajam Leo langsung beralih pada wanita tersebut, namun mamanya tidak kalah sinis menatap balik.
"Kenapa kamu lihat mama kayak gitu?" ucap wanita itu dengan nada penuh amarah.
Leo tetap diam, tapi rahangnya mengeras menahan emosi.
"Hebat ya kamu," lanjut mamanya, suaranya semakin tinggi. "Udah nggak pulang semalaman, bolos sekolah, dan sekarang pulang-pulang bawa perempuan!"
Setiap kata yang keluar dari mulut mamanya penuh dengan kemarahan dan hinaan. Wanita itu memandang Leo dengan tatapan penuh remeh.
"Mau jadi apa kamu, hah? Mau jadi seperti ayahmu itu, yang kerjaannya main perempuan? Atau jangan-jangan sekarang kamu mau kasih tahu mama kalau perempuan itu—" mamanya melirik tajam ke arah Aurora, "—sudah hamil anak kamu?"
Leo terkejut sekaligus marah mendengar tuduhan yang begitu kasar dan tidak berdasar itu. Urat-urat di lehernya terlihat menegang, dan tanpa sadar tangannya mengepal. "Ma!" teriaknya penuh amarah, tidak terima dengan perkataan mamanya yang sudah melewati batas, apalagi saat mamanya menuduh Aurora, gadis yang tidak ada sangkut pautnya dengan masalah ini.
Mama Leo terkejut mendengar Leo berteriak. Ini pertama kalinya anaknya itu berani melawan. Biasanya, setiap kali ia marah dan melontarkan makian, Leo hanya akan diam, menundukkan kepala, lalu masuk ke kamarnya tanpa sepatah kata pun. Tapi kali ini, berbeda. Leo melawan hanya karena ia menghina perempuan yang berdiri di sampingnya. Hal ini membuat kemarahan mamanya semakin meluap-luap.
Dengan mata yang membara, ia berjalan cepat ke arah Leo dan Aurora, raut wajahnya dipenuhi dengan amarah.
Sementara itu, Aurora yang sejak tadi menyaksikan pertengkaran mereka dari samping hanya bisa terpaku, tidak percaya dengan apa yang terjadi di depannya. Di dalam hati, ia merasa kasihan kepada Leo. Dia tidak pernah menyangka sahabat kakaknya itu harus menghadapi situasi seperti ini di rumahnya sendiri—memiliki seorang ibu yang seolah-olah tidak peduli padanya, bahkan merendahkannya di depan orang lain.
Pikiran Aurora terlempar pada sosok mamanya di dunia nyata. Meskipun mamanya tidak pernah memiliki banyak waktu untuknya, dia tidak pernah memperlakukannya dengan kekerasan, apalagi sampai melemparkan barang-barang. Aurora yakin, ini bukan pertama kalinya Leo harus menghadapi amarah seperti ini dari mamanya.
Leo yang melihat mamanya berjalan cepat ke arah mereka, segera bertindak. Dengan gerakan sigap, ia menarik tangan Aurora dan menempatkannya di belakang punggungnya, berusaha melindunginya.
"Kamu!" Mama Leo menunjuk dengan kasar ke arah Aurora ketika sudah tiba tepat di hadapan mereka. Suaranya bergetar karena amarah. "Kamu apain anak saya, hah? Gara-gara kamu dia berani-beraninya membentak saya!"
Aurora membeku di tempatnya. Jantungnya berdebar kencang, namun lebih karena kaget daripada takut. Ini pertama kalinya ia berada di situasi seperti ini—diserang tanpa alasan yang jelas oleh seseorang yang bahkan baru ia temui.
Leo, di sisi lain, berusaha menahan amarah yang hampir tak tertahankan. Genggaman tangannya pada tangan Aurora semakin kuat, menunjukkan betapa tegangnya ia saat ini. Napasnya berat, dan matanya menyala penuh kemarahan yang ditahannya dengan susah payah.
![](https://img.wattpad.com/cover/376638033-288-k385038.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Figuran
RomanceAria Seraphina Suryadinata, gadis cantik yang terbiasa mendapatkan segalanya. "I want it, I got it" adalah moto hidupnya. Namun, hidupnya berubah drastis ketika tanpa disangka, ia terbangun di dalam dunia novel yang dibacanya sebelum tidur-dan lebih...