13

4 0 0
                                    

Baru kemarin malam Mutia mengadukan potongan video ketika layar nominasi yang memperlihatkan gambar Alan sebagai pemenang nominasi aktor terpopuler di Indonesia Entertaiment Award 2022 berganti menjadi foto - foto mesra Alan bersama Kevin. Dalam video itu memperlihatkan pula kejadian di ruang operator ketika layar laptop pengendali layar penonton bergerak sendiri yang membuat petugas operator panik.

Pagi ini, pengawalnya sudah mengeret Yoga secara paksa ke dalam kediaman mereka. Yah Yoga lah dalang dibalik tersebarnya foto mesra Alan dan Kevin. Entah apa motif Yoga, yang Tary tau Yoga termasuk teman dekat Alan, bersama dengan Dika, mereka bertiga sering menghabiskan waktu bersama untuk menonton pertandingan sepak bola di apartemen Alan sebelum Alan memutuskan menikah.

Koneksi Dito memang tidak main - main, Tary akui itu. Malam Mutia lapor, pagi pelaku sudah di ringkus. Farel dan Mutia yang mendapatkan kabar bahwa Yoga pelakunya nampak sangat terkejut. Apalagi Alan, dia tidak menyangkah bahwa temannya itu tega melakukan hal itu kepadanya.

"Ada yang nyuruh kamu kan? Pasti kamu dipaksa." cerca Alan pada Yoga yang hanya diam saja.

"Jangan diam aja, Ga. Biar semua nggak salah paham." Farel menimpali agar Yoga mau membuka mulutnya.

Namun sampai polisi datang untuk menjemput Yoga ke kantor polisi, Yoga tidak membuka mulutnya sama sekali. Mutia tau ini ada yang aneh, Yoga tidak mungkin melakukannya sendirian. Terlebih pihak Indonesia Entertaiment Award 2022 merahasiakan keteledoran stafnya dalam acara itu.

"Terima kasih." gumam Alan pada Dito. Dito hanya diam, kehadiran anaknya di rumahnya setelah sekian lama adalah hal yang paling dia rindukan. Mungkin dengan kejadian ini Alan bisa kembali lebih dekat dengannya, batin Dito.

Berbeda dengan yang lain, Tary kini merasa sangat gelisah. Dia takut bila keterlibatannya dengan semua ini diketahui Dito. Namun tinggal menunggu waktu sampai Dito mengetahui apa yang diperbuatnya dibelakang selama ini.

---

Langit sore itu meronakan warna merah muda dibalut birunya langit yang masih nampak jelas. Kevin dan Tika duduk berdampingan sembari menatap matahari yang perlahan ingin tenggelam. Angin pantai dengan asyik memainkan anak rambut mereka.

Tika mengelus perutnya sendiri ketika Kevin meraihkan sebotol susu untuknya. Tika meneguknya sampai habis kemudian memberikan botol itu kembali pada Kevin.

"Kamu bisa berhenti setelah anak ini lahir." ucap Tika.

Kevin menggelengkan kepalanya sembari memandang wajah Tika yang kini nampak serius, "Aku minta maaf, aku bakal lebih baik memperlakukanmu. Jadi aku mohon, jangan tinggalin aku. Aku hanya punya kamu dan bayi ini."

"Nggak ada yang kurang dari kamu, Vin. Kamu suami yang baik banget. Tapi aku nggak bisa jatuh cinta sendirian seperti ini." Gurat kecewa terlihat di garis wajah Tika. Baru kali ini Kevin melihat Tika yang ceria dan positif vibes bisa sesedih dan seputus asa ini.

"Kamu nggak pernah cinta sama aku. Aku tahu itu. Kamu memperlakukanku dengan baik bukan sebagai pasangan tapi seperti pelayan melayani tuan putri. Aku terus membohongi diriku sendiri dengan menerima semua kebaikanmu, padahal aku tau kamu hanya menyayangiku sebagai seorang adik."

"Lagipula aku tidak bodoh. Aku tau sandiwara yang kamu, Kak Alan dan Kak Mutia mainkan. Hanya Kak Farel yang terlalu polos berada diantara kalian." tambahnya.

Kevin meraih sebelah tangan Tika, mengenggamnya lembut. "Sejak kapan kamu tau, sayang?"

Tika menoleh pada wajah Kevin, tangannya mengelus rahang tegas suaminya itu. Sedetik kemudian, Tika menunduk sembari menghembuskan nafasnya yang terasa agak berat.

Tak ingin menjawab pertanyaan Kevin, tidur di pundak Kevin yang malah Tika lakukan sembari terus menatap matahari yang mulai menenggelamkan diri dibatas ufuk barat.

Teringat di hari ketika Tika dijemput oleh kedua orangtua angkatnya. Hari itu merupakan hari yang berat bagi Kevin. Tika yang biasanya menjadi pelindungnya saat anak lain di panti berusaha merundungnya. Bukan karena mereka takut pada Tika, mulut Tika yang tukang mengadu ke ibu panti membuat anak lain berpikir ulang untuk tidak membuat keributan dengan Tika.

Sejak saat itu Kevin kembali kesepian. Tidak ada yang menghiburnya. Anak lain kembali merundungnya sebab ia anak tergendut di panti. Hari - hari berlalu begitu saja hingga hari dimana Tika yang sudah dewasa dengan memakai almamater menghampirinya di Cafe Oliver.

Kevin nampak lega saat mengetahui bahwa orangtua angkat Tika merawatnya dengan baik hingga Tika tumbuh menjadi gadis ceria yang pintar. Hari itu Kevin tau, dia tidak ingin gadis itu pergi dari hidupnya lagi.

Sebuah sms masuk ke dalam ponsel Kevin. Setelah melihat apa pesan yang ada, dengan alasan ingin buang air besar, Kevin bergegas pergi meninggalkan Tika yang masih menatap matahari tenggelam.

Di depan minimarket dekat area pantai, seorang lelaki misterius dengan jaket kulitnya memberikan sebuah flashdisk kepada Kevin. "Yoga sudah tertangkap, kita harus beralih ke rencana lain."

Kevin mengangguk, lelaki misterius itu langsung pergi. Kevin buru - buru kembali menghampiri Tika, namun Tika sudah tidak ada ditempatnya.

Tidak ada jawaban pula saat Kevin menghubunginya. Ponsel Tika tidak aktif. Kevin berlari kesana kemari mencari Tika, hampir setiap orang dipinggir pantai ia tanyai tentang keberadaan istrinya yang tengah hamil besar itu.

"Hallo, ada apa, Vin?" ujar suara wanita tua yang ada diseberang sana.

"Hallo, Ma. Mama sama Papa sekarang ada dimana?" tanya Kevin untuk memastikan bahwa Tika pergi ke rumah orangtua angkatnya atau tidak.

"Kami di rumah. Kenapa? Kalian mau mampir kesini. Jangan dulu, Tika jangan disuruh kemana - mana dulu. Sebentar lagi dia akan melahirkan, jika Tika kangen kami, biar kami yang ke rumah kalian." jawab Mama angkat Tika.

"Enggak, Ma. Kevin hanya ingin memberitahu Mama jika kami sedang liburan, takutnya Mama sama Papa ke rumah kami."

"Hmb hati - hati ya, tolong jaga Tika dengan baik selama kalian liburan. Oh iya, Mama boleh ngomong sama Tika sebentar? Dia Mama telepon nggak diangkat dari tadi." mendengarnya Kevin semakin panik. Tika tidak ada di rumah orangtua angkatnya dan Tika tidak dalam perjalanan kesana. Tika benar - benar hilang.

"Ponsel Tika lowbat, Ma. Kami habis main di pantai dan baru balik ke hotel. Tika sekarang masih mandi Ma, kalau sudah selesai mandi, Kevin bakal suruh dia buat telepon Mama."

"Ya udah, kalian hati - hati. Mama do'akan kalian selalu dalam perlindungan Kuasa dimanapun kalian berada." pesannya.

Setelah panggilan dimatikan, Kevin meraup wajahnya sendiri. Dia benar - benar nggak tau harus mencari Tika kemana. Beberapa nomer teman Tika yang dia simpan telah dia hubungi, namun jejak keberadaan Tika seolah lenyap seketika seperti saat dia terakhir meninggalkannya dengan alasan buang air besar tadi.

Tidak tau harus berbuat apa, Kevin putuskan menghubungi Mutia.

"Tolong bantu aku, nona. Tika menghilang!" ujar Kevin ketika panggilan yang dilakukannya terangkat.

"Jangan bercanda!" balas suara Mutia seakan tidak percaya dengan apa yang didengarnya.

"Aku bersumpah nona, aku tidak berbohong. Tika menghilang, dan aku menghubungi nona sebab aku sudah tidak tau harus meminta bantuan siapa untuk mencarinya." suara Kevin terdengar frustasi. Mutia tidak tau apa yang sedang terjadi pada Tika, namun sepertinya ia harus membantu pria itu.

PUDARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang