Farel menunggu di dalam apartemen no. 103 bersama pria yang memperkenalkan dirinya dengan nama Mario. Sembari bermain ponsel, sesekali mata Farel melirik Mario yang tengah menimang bayi Tika, lelaki itu terlihat berusaha menenangkan suara tangis bayi Tika.
"Asli orang mana?" tanya Farel penasaran.
"Bandung. Anda?" tanya Mario balik.
"Jakarta." Farel memutar otaknya untuk merangkai kata yang bisa membuat Mario menjawab rasa penasarannya.
"Kamu sudah lama tinggal di Singapura?" Farel tau ini termasuk pertanyaan privasi namun hanya ini pertanyaan yang masuk akal ia lontarkan.
"Belum lama, baru satu setengah tahun terhitung sejak Tika menikahi lelaki lain." ungkapnya. Tidak ada percakapan lagi yang terjadi diantara mereka setelah itu, sebab Farel cukup sadar diri untuk tidak mengorek informasi pribadi orang hanya karena penasaran.
-----
Alan dengan telaten menuntun Tika keluar dari gedung apartemen untuk mencari tempat duduk terdekat agar mereka bisa mengobrol berdua. Setelah berjalan dua puluh langkah, pilihan mereka jatuh pada cafe mini bernuansa eropa yang terletak tak jauh dari gedung apartemen Tika.
Setelah memesan dua cangkir americano ke kasir, Alan segera kembali duduk menghadap Tika yang kini hanya bisa menunduk. "Kevin hampir gila mencari keberadaan kamu. Dia sangat mencintai kamu, Tika." ucap Alan mencoba membuka obrolan diantara mereka.
"Liar." sangkal Tika. "Keputusanku bertindak seperti ini sudah tepat, aku akan segera mengirimkan surat gugatan ceraiku pada Kevin. Dan ku harap Kak Alan tidak ikut campur dengan urusan kami, seharusnya kakak senang aku akan bercerai dengan Kevin."
"Maksud kamu apa? Aku tidak mengerti." Alan benar - benar tidak mengerti apa yang tengah diucapkan Tika barusan.
"Aku bukan media yang bisa Kak Alan tipu. Foto yang tesebar itu benar kan?! Kevin bahkan telah mengakuinya." Mata Alan seketika membola, ingin menyangkal apa yang diucapkan Tika namun tenggorokannnya terasa tercekat. "Sebagai fans kakak, aku jujur kecewa saat tau kakak beneran homo. Tapi aku lebih kecewa saat tau seberapa cinta Kak Alan pada Kevin, karena itulah yang aku juga rasakan pada Kevin."
"Tapi aku tidak pernah berpikir untuk meninggalkan Kevin seperti kamu," bantah Alan, "Kevin yang mencampakan aku cuma demi menikahi kamu."
Emosi Tika pun memuncak. "Kakak emang nggak tau apapun. Jadi jangan coba menjadikanku alasan untuk kandasnya asmara kalian."
"Kamu tenang dulu Tika." ujar Alan agar Tika tidak meledak, " Aku disini hanya ingin membujuk kamu untuk pulang. Terlepas dari permasalahan Kevin, aku hanya ingin membantu orangtua kamu yang juga mencarimu."
Air mata Tika seketika meluruh, amarah yang timbul membuatnya lupa jika ia perlu mengabari kedua orangtua angkatnya yang telah berjasa besar dalam hidupnya. Melihat Tika sesenggukan, Alan hanya bisa beralih duduk disampingnya, dan memeluknya agar tangisannya mereda.
-----
"Gimana?" Mutia langsung menghadang Alan ketika suaminya itu telah tiba di rumah. Syal merah yang Alan kenaikan pun Mutia lepas bersama mantel, baju dan seluruh lapis kain yang menempel pada tubuh Alan yang nampak bergerak menuju kamar mandi.
"Tika sudah tau jika foto yang tersebar itu asli, Kevin bahkan sudah mengaku dan cerita semua pada Tika. Jadi yah aku pulang, sudah hak Tika untuk meninggalkan siapa dan melanjutkan hidup bersama siapa." jelas Alan. Dia rebahkan dirinya kedalam bathub berisi air hangat yang sudah Mutia siapkan.
"Lalu bagaimana dengan keadaan bayi Tika?" Mutia tuangkan sabun cair ke dalam bathub agar Alan tidak perlu keluar lagi hanya untuk mengambil botol sabun cair.
"Bayinya sehat, sesuai prediksi dokter dia perempuan." jelas Alan yang tiba saja menarik Mutia ke dalam bathub juga.
Mutia seketika basah kuyup. Dengan kesal berusaha keluar dari bathub sembari memengangi perutnya, dia takut bayi yang dikandungnya kenapa - kenapa. Alan tidak membiarkannya lolos, dia robek baju Mutia dan melampiaskan nafsunya.
Alan sudah ingat apa yang pernah dia lakukan pada Mutia saat mabuk. Dia sangat yakin bahwa bayi yang tengah dikandung Mutia sekarang adalah buah hatinya. Maka dari itu Alan ingin melakukannya, dia ingin tahu bagaimana rasanya bercinta dengan seorang wanita ketika sadar.
Plakkk
Sebuah tamparan mendarat mulus di pipi Alan. "Jangan sentuh aku!" bentak Mutia, jarinya kini menunjuk tepat di depan muka Alan. Meski basah kuyup dan baju yang dipakainya sudah terkoyak, Mutia bergegas keluar dari bathub, meninggalkan Alan yang hanya bisa terpekur.
-----
Malam kian petang namun sorot lampu jalanan kian menerangi sepanjang jalan yang dilalui Kevin. Sudah hampir sebulan Tika menghilang, dan tiba saja surat cerai yang Tika kirimkan untuknya. Ada rasa lega ketika Tika mengiriminya surat sebab Kevin yakin Tika dalam keadaan baik - baik saja bersama bayi mereka yang bahkan belum Kevin lihat. Disisi lain Kevin merasa nelangsa ditinggal begitu saja oleh Tika dan diceraikan sebelah pihak seperti ini.
Orangtua angkat Tika sudah tidak mau menerima telepon dari dirinya. Ketika ia bertamu ke rumah mereka pun sama, pintu sudah tidak terbuka untuknya. Berulang kali Kevin mengintropeksi diri, namun tidak dia temukan jawabannya.
Ingatannya mengelana di hari dimana Tary mengajaknya untuk berkunjung ke sebuah panti asuhan. Saat itu Kevin membawa ransel bergambar detektif conan di punggungnya. Terlihat ibu panti dan Tary berbicara cukup lama di ruang tamu panti. Kevin hanya bisa terduduk tanpa tau apa arti pembicaraan mereka.Begitu Tary pergi begitu saja tanpa menolehnya sedikit pun .Kevin masih ingat betapa tangisanya tidak berhenti walau ibu panti memberinya mobil - mobilan.
Kevin tau bahwa Tary tidak pernah benar - benar meninggalkannya, ia hanya dititipkan di panti asuhan itu. Sebagai ibu kandung Kevin, Tary rutin mengirim uang untuk keperluan hidupnya selama di panti asuhan. Bahkan Tary juga menyediakan uang yang cukup agar Kevin bisa melanjutkan pendidikan sampai lulus kuliah. Namun Kevin dengan harga dirinya memilih tidak melanjutkan pendidikannya sampai SMA.
Apa salah dia hingga ibunya sendiri membuangnya ke panti asuhan dan tidak mengakuinya sebagai anak? Hingga kini belum Kevin temukan jawabannya meski berulang kali Tary menemuinya, tapi Kevin enggan untuk bertanya tentang hal itu sebab ibu panti pernah berpesan kepadanya bahwa "lebih baik tidak mencari tahu hal yang tidak seharusnya kita tau".
Kevin merasa dialah korban atas semua ini tapi mengapa saat dia berusaha membalas, dia kembali menjadi korban. Hidup benar - benar tidak adil bagi Kevin. Sekarang dia sudah tidak punya siapa - siapa lagi, Tika, satu - satunya orang yang selalu memihaknya, memilih pergi meninggalkannya dengan membawa bayi mereka. Kepala Kevin menengadah untuk melihat bintang di langit malam yang nampak jelas benderang ketika seseorang tiba saja memukulnya dari arah belakang dan semua menjadi gelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
PUDAR
RomanceBertahun-tahun Mutia menyimpan rasa untuk Alan. Penantiannya membuahkan hasil dengan Alan menjadi suaminya. Mutia tidak peduli meski cinta Alan bukan miliknya. Alan pria idamannya dan akan selalu menjadi milik Mutia. Rasa untuk Alan sudah bukan lagi...