Bersama Farel, Mutia kembali menonton rekaman CCTV saat acara Indonesia Entertaiment Award 2022. Tiada yang mencurigakan dari tiap ruang yang mengontrol acara tersebut diselenggarakan.
"Kamu ngerasa ada yang aneh nggak sih, Rel?" tanya Mutia yang sudah frustasi tidak menemukan bukti apapun setelah berulangkali menonton rekaman CCTV yang diberikan tim peyelenggara Indonesia Entertaiment Award 2022.
"Aku curiganya ini ulah hacker, Tia. Lihat ini.." Farel mengeser kursor di menit ketika layar nominasi yang memperlihatkan gambar Alan sebagai pemenang nominasi aktor terpopuler berganti menjadi foto - foto mesra Alan bersama Kevin. Di ruang operator terekam jelas layar laptop pengendali layar penonton bergerak sendiri yang membuat petugas operator panik.
"Ini laptopnya udah ke masukan dari awal, jelas semua ini udah direncanakan. Orang itu jelas bagian dari tim penyelenggara atau ada hubungannya dengan pihak penyelenggara Indonesia Entertaiment Award 2022, karena dia tau Alan bakal menang nominasi terakhir yang menjadi penutup acara." simpul Mutia.
Farel mengernyit, dia memikirkan kemungkinan siapa yang menjadi dalang dibalik itu semua. Ingin sekali Farel segera menemukannya, dan melemparkan pukulan pada wajah orang yang telah membuatnya terancam dipecat dan dimaki banyak pihak atas skandal yang menimpa Alan.
"Langkah selanjutnya gimana, Tia?" tanya Farel yang mengharapkan tindakan cepat Mutia.
Mengingat pihak penyelenggara Indonesia Entertaiment Award 2022 tidak segera mengambil langkah hukum, dan menyembunyikan fakta ini ke media. Serta menimbang lawan yang mengunakan hacker untuk menyabotase ini semua. Hanya satu jalan yang Mutia dapat sarankan pada Farel, "Kita minta bantuan Om Dito, hanya dia yang punya kendali jika sudah berurusan dengan banyak pihak besar seperti ini."
"Oke, aku serahin ke kamu, Tia. Jika sudah ada hasilnya kabari aku." pesan Farel, dan ketika melihat jam tangannya ia kembali berucap, "Udah jam makan siang, kamu mau dipesenin apa?"
"Gak usah, Rel. Aku ada perlu ketemu sama temenku habis ini sekalian makan bareng sama dia. Oh iya, kamu nanti nyusul Alan di lokasi syuting jam berapa?" tanya Mutia sambil memeriksa kembali jadwal Alan yang ada dalam kalender note di laptopnya.
"Jam empatan mungkin, nunggu matahari agak redup lah." gumam Farel.
"Dasar manager tidak berguna!" seloroh Mutia mengejek Farel "Apa ada manager yang membiarkan artisnya syuting sendirian dan menyusulnya ke lokasi syuting sesuka hati seperti ini." imbuhnya untuk makin mengejek Farel.
Mutia tahu, bukan Farel yang menginginkan bekerja seperti itu. Mood Alan yang naik turunlah yang mengatur Farel untuk standby atau tidak.
Seperti sekarang, mood Alan sedang tidak bagus dan ia ingin berkonsentrasi penuh pada perannya dipengambilan gambar hari ini. Kehadiran Farel di lokasi akan sangat menganggu konsentrasinya sebab kedekatan hubungan mereka. Maka dari itu Farel memutuskan untuk menengok Alan di lokasi pada jam empat sore, sebab Alan meminta Farel untuk mengantarkan peralatan mandi dan perlengkapan tidurnya ke lokasi.
"Biarin! yang penting dapat gaji." balas Farel tak mau kalah. "Salah sendiri punya manager seperti aku."
"Ntar aku bakal nyusul kamu ke lokasi syuting Alan. Bye!" Mutia ambil tas tangannya.
"Mau ku antar?" tawar Farel mencegat Mutia pergi.
"Nggak usah, aku udah ada yang jemput" segera Mutia meninggalkan Farel dalam ruang bercat biru yang telah mengisi hari - harinya selama bekerja di Starblue Management.
Baru saja Mutia melangkahkan kaki untuk keluar dari gedung Starblue Management, sebuah mobil berwarna silver berhenti dihadapannya. Setelah menengkok kanan dan kiri untuk memastikan sekitar, Mutia buru - buru masuk ke dalam mobil itu.
"Kamu ingin bicara apa sampai jemput aku di kantor?" Kevin tetap diam meski mendengar perkataan Mutia barusan.
Ketika mobil telah sampai di pekarangan rumah peninggalan orangtua Mutia, Kevin segera membuka seat belt kursi Mutia sembari berucap, "Silahkan turun, nona."
Mutia tidak tau apa yang akan Kevin lakukan. Yang ia lakukan hanya menuruti permintaan lelaki itu. Turun dari mobil dan segera masuk ke dalam rumah peninggalan orangtuanya.
Mengingat malam panasnya bersama Kevin, ada getaran yang menguasai nafsunya. Menepisnya, Mutia memilih duduk di ruang tamu saja agar tidak terjadi hal itu kembali.
Kevin menyusul masuk sekitar dua menit kemudian. Ada kotak box besar yang tengah dibawahnya. Mutia terkejut mengamati Kevin mengeluarkan makanan dalam box itu dan menyusunya satu per satu dihadapan Mutia.
"Silahkan dimakan." ucap Kevin sembari mengisi gelas kosong yang kini ada didepan Mutia dengan susu.
"Apa yang sedang kamu lakukan?" Dahi Mutia berkerut, menahan amarah. Dia tidak bisa memahami tindakan Kevin kali ini.
"Aku hanya ingin nona dan bayi nona mengonsumsi makanan yang bergizi. Lagi pula nona belum pernah mencoba masakanku." gumam Kevin.
Ada sekotak irisan buah naga, semangkuk soup jagung, sekotak perkedel dan nuget, semangkuk nasi, sebungkus roti cokelat, sebotol mineral dan sebotol susu. Sederhana namun begitu lengkap. Mutia tidak tau harus berkata apa, benar kata Kevin, Alan memang tidak peduli dengan apa yang dia makan walau kini ia sedang mengandung.
Mutia mengambil sedikit demi sedikit makanan yang ada dihadapannya. Senyum tipis terbit di bibir Kevin mengamati lahapnya Mutia memakan masakannya sampai habis seluruhnya.
"Terima kasih." cicit Mutia pada Kevin.
Kevin mendekatkan tubuhnya, Mutia nampak siaga. Namun Kevin ternyata hanya mengelap bekas makanan yang menempel di bibir Mutia dengan tisu.
"Mulai sekarang aku yang akan mengantarkan makan siang untuk nona." Kevin membereskan kotak dan gelas kosong yang ada di meja.
"Tidak perlu, ini yang pertama dan terakhir kali." ungkap Mutia memohon, "Kamu harus ingat, Tika sebentar lagi akan melahirkan."
"Jadi ku mohon kita sudahi semua ini, malam itu hanya sebuah kesalahan. Saat itu aku hanya sedang kesal sehabis mendengar Alan yang mabuk mendesahkan namamu saat kami melakukan itu, padahal aku sudah setahun menantikan hal itu terjadi dan malam itu pertama kalinya kami melakukannya." jujur Mutia. Suaranya agak meninggi untuk meluapkan emosinya kepada saingan cintanya, yakni Kevin yang sekarang ada dihadapanya.
"Aku hanya melakukannya denganmu dan dengan Alan di malam yang sama yaitu malam itu. Dan tiba - tiba aku langsung hamil, jujur aku sangat terguncang dengan fakta ini. Bayangkan, betapa bingungnya aku dengan semua ini." imbuh Mutia, kecemasan dan ketakutan nampak ketara diraut wajahnya.
Tiada respon apapun yang diberikan lelaki berkulit sawo matang itu, yang dilakukannya malah mencium bibir Mutia. Entah mengapa akal sehat Mutia seperti tidak bisa dikendalikan, ia hanya bisa menikmati apa yang tengah Kevin lakukan hingga selesai.
Mata Mutia mengerjap beberapa kali untuk mencerna apa yang dilakukan Kevin selanjutnya. Lelaki itu mengendongnya dan membawanya untuk duduk di dalam mobil kembali. Setelah memasukan kembali box besar tadi beserta isinya ke dalam bagasi, Kevin mengantar Mutia kembali ke kantor Starblue Management.
Sepanjang jalan mereka berdua hanya diam. Baik Kevin maupun Mutia enggan membahas apapun, mereka berdua sibuk dengan pikirannya masing - masing. Seusai sampai tepat di depan kantor Starblue Management, Mutia bergegas keluar dari dalam mobil dan segera masuk ke dalam kantor tanpa menyadari bahwa sedari tadi ada yang membututinya dari jauh.

KAMU SEDANG MEMBACA
PUDAR
Storie d'amoreBertahun-tahun Mutia menyimpan rasa untuk Alan. Penantiannya membuahkan hasil dengan Alan menjadi suaminya. Mutia tidak peduli meski cinta Alan bukan miliknya. Alan pria idamannya dan akan selalu menjadi milik Mutia. Rasa untuk Alan sudah bukan lagi...