Entah harus mulai dari mana, Alan tak mampu bercerita ketika Farel menyudutkannya tentang kebenaran foto - foto mesranya bersama Kevin yang terekspos di ajang bergensi Indonesia Entertaiment Award 2022. Mutia yang tengah memonitor jutaan hate komen di laman website fansbase Alanisme memilih diam ketika Farel berganti menanyainya.
"Kalian anggap aku patung, hah! Jika kalian tetap diam tentang foto - foto sinting editan itu, sorry aku angkat tangan dan kita berhenti sampai disini!" bentak Farel.
Sebagai manager Alan, Farel merasa dikorbankan atas semua hal gila ini. Dimana sudah dua hari Alan dan Mutia mengurung diri di rumah dan tidak memberikan klarifikasi apapun terhadap media, padahal spekulasi media kian memanas.
Dengan skandal penyuka sesama jenis dari foto - foto mesra Alan dan Kevin yang terekspos, banyak job hingga kontrak Alan dibatalkan dan hampir semua iklan, sinetron, serta film yang pernah Alan bintangi menuntut uang penalty. Hal ini membuat managemen kalang kabut sebab Alan adalah artis dengan penghasilan terbesar di Starblue Management. Farel pun harus menangung makian dari vendor, rekan artis, sutradara, hingga Pak Yuda sang CEO Starblue Management tempatnya bekerja.
Mutia bergegas menahan Farel yang akan beranjak pergi, "Foto - foto itu bukan editan, Rel. It's real, makanya aku bingung harus jelasin apa ke kamu."
"Damn! Beneran sinting kamu, Lan." sebuah bogem mendarat di muka Alan hingga ia terjungkal dari kursi tempatnya duduk.
Saat bogem kedua Farel akan melayang, Mutia buru - buru menghalanginya, "Minggir Tia, aku mau buat banci itu sadar. "
"Aku ngerti, please jangan pakai kekerasan." Mutia tuntun Farel untuk kembali duduk, namun kedatangan Dito dan Tary menambah ketegangan itu.
Farel yang sudah frustasi memutuskan pergi dan sebelum itu ia kembali berkata kepada Alan yang masih terduduk di lantai, "Aku tidak peduli sejak kapan kamu berhubungan sama si Kevin itu. Satu hal yang perlu kamu tau, Lan! Aku kira kita sahabat, tapi aku salah, ternyata cuma aku aja yang anggap kamu sahabat."
"Besok aku balik lagi." bisik Farel pada Mutia sebelum menghilang dibalik pintu.
Melihat Farel telah hilang dari pandangan, Dito langsung meraih kerah Alan dan tanpa kata apapun menghajarnya habis - habisan. Tary yang tidak mau ikut campur dengan urusan ayah dan anak, mengeret Mutia ke dalam kamar untuk mengorek informasi lebih dalam.
"Jadi selama ini Alan tidak pernah menyentuhmu?" tanya Tary mencari pembenaran atas berita yang beredar.
"Foto itu tidak benar, Ma. Seperti skandal tentang Alan menghamili wanita diluar nikah, kami masih dalam proses mencari pelaku yang berusaha menjatuhkan karir Alan." bantah Mutia.
"Syukurlah! Lalu bagaimana dengan lelaki itu? Apa Alan mengenalnya?"
"Lelaki itu yang mana, Ma?" Mutia mengernyit kebingungan.
"Lelaki yang ada dalam foto syur itu." tandas Tary penasaran.
"Maksud Mama, Kevin?"
"Oh namanya Kevin." gumam Tary, "Kamu atau Alan yang kenal Kevin? kalian kenal dimana? sudah lama kenal Kevin? "
"Mama kok tanyanya beruntut begitu, emang Mama kenal Kevin?" tanya Mutia balik.
Tary terlihat gelagapan, dan memalingkan muka mencoba menutupi ekspresinya yang kini tertekan.
"Aku yang kenal Kevin duluan, Ma. Dia bartender di Cafe Oliver. Aku langganan ngopi disana." jelas Mutia meski tak sepenuhnya jujur.
Terlihat raut Tary nampak lega. Mutia pura - pura tidak menyadari perubahan ekspresi itu dengan kembali memainkan ponselnya. Dia sebenarnya penasaran namun ia tidak ingin menanyai Tary lebih dalam. Mertua tirinya itu tidak mungkin mengaku jika kenal dengan Kevin.
Sedang Mutia dan Tary yang berdiam diri dengan pikiran masing - masing, di ruang tengah barang - barang sudah pecah berantakan.
"Kenapa berhenti? Ayo cepat pukul lagi!" teriak Alan pada Dito yang merasa sudah cukup memberi hukuman pada anaknya. Alan sudah sangat bonyok dan berdarah.
"Meski aku gay, aku setia dengan pasanganku. Nggak kayak kamu, dasar tukang selingkuh!" ujar Alan berusaha mengkonfrontasi Dito untuk memukulinya kembali.
Dito yang sudah tak ingin meladeni, berkata "Dengar Alan! Sebagai Papa kamu, aku kecewa dengan seksualitasmu yang menyimpang. Tapi Papa sadar, Papa andil merusak kamu jadi seperti ini."
Mendengarnya, Alan malah tertawa terbahak - bahak. "Waw, tiba - tiba sekali kamu menjelma sebagai sosok Papa. Apa kemarin malu banget diekspos media karena punya anak gay?"
"Cukup, Papa disini karena ingin membereskan masalah kamu. Setidaknya kamu pikirkan Mutia, dia pasti terpukul kamu tipu seperti ini!"
"Mutia sudah tau, bahkan dia ikut menutupi semua ini. Dia nerima aku apa adanya, bahkan dia selalu ada buat aku..." mata Dito membulat, syok mendengar apa yang baru saja keluar dari mulut Alan. Bagaimana Mutia bisa hidup berumahtangga dengan anaknya yang seperti ini, Dito sudah tidak bisa berpikir. "Tidak seperti kamu yang malah terus mengekor perempuan sialan itu. Jadi tidak usah berlagak seperti kamu ini Papa yang baik. Selama ini kamu hanya menjadikanku alat untuk pamer."
"Satu lagi, kamu nggak usah ikut campur! Aku bisa beresin masalahku sendiri." pesan Alan.
Dito tak lagi menanggapi Alan, memanggil Tary untuk pulang bersamanya yang malah ia lakukan. Saat mereka keluar, bodyguard dan beberapa polisi berjaga diluar rumah Alan berusaha berjajar memberi jalan. Terlihat puluhan wartawan mencoba melempar pertanyaan, sedangkan ratusan hater Alan yang terus berdesakan mencoba menyerang mereka dengan telur busuk.
Alan kini hanya bisa tidur dipangkuan Mutia. Dia memejamkan mata, menahan perih saat Mutia menyapu luka di tubuhnya dengan kapas. Meski telah selesai diobati, Alan tetap tak mau bangkit dari pangkuan Mutia.
"Biarkan aku tidur disini." gumam Alan, Mutia hanya pasrah. Tiada percakapan diantara mereka sampai Mutia mengecup pipi Alan dan berkata, "Aku akan bantu kamu sampai keluar dari semua ini."
Alan hanya terdiam. Entah mengapa perkataan Mutia begitu menenangkannya. Kedamaian pun merayap, hingga Alan tak sadar terlelap dipangkuan Mutia.
Saat Alan telah terlelap, Mutia bergegas bangkit untuk masuk ke dalam kamar mandi. Dia ingin menelepon Kevin. Sudah lima kali dia memanggil, Kevin tidak juga mengangkat telepon darinya. Akhirnya Mutia memutuskan untuk menelepon Tika.
"Halo, ada apa nona menelepon?" seru suara barito diujung sana, yang pasti itu suara Kevin.
"Kenapa kamu yang angkat? Tadi aku telepon di nomer kamu, gak kamu angkat." jelas Mutia.
"Aku tidak tau ponselku dimana nona, Tika pergi begitu saja dari rumah tanpa membawa barang apapun. Aku baru mendapatkan kabar bahwa dia kembali ke rumah orangtuanya."
Mutia cukup kasihan mendengar itu, jadi ia pun mencoba memberi semangat Kevin dengan berkata, "Jangan panik, serahkan semua kepadaku! Aku janji secepatnya semua akan baik - baik saja seperti semula."

KAMU SEDANG MEMBACA
PUDAR
RomansaBertahun-tahun Mutia menyimpan rasa untuk Alan. Penantiannya membuahkan hasil dengan Alan menjadi suaminya. Mutia tidak peduli meski cinta Alan bukan miliknya. Alan pria idamannya dan akan selalu menjadi milik Mutia. Rasa untuk Alan sudah bukan lagi...