HAEVAN | 11

149 32 0
                                    

"Berapa umurnya?" tanyaku sambil menatap Evara yang sedang tidur di tempat tidurnya.

"Hampir satu tahun," kata Maria sambil tersenyum saat dia juga menatap gadis kecil itu.

"Dia cantik," kataku padanya.

Gadis kecil itu diberkati dengan gennya. Ia memiliki rambut ikal gelap dari ayahnya dan mata hijau dari ibunya yang dibingkai oleh bulu mata tebal. Ia memiliki hidung mancung yang lucu dan pipi tembam yang menggemaskan.

"Terima kasih," Maria tersenyum, "mungkin sulit sekali membuatnya tidur."

"Jika kamu butuh bantuan saat aku di sini, silakan minta saja," kataku tulus padanya.

"Terima kasih, Haevan," jawabnya.

"Aku agak pusing karena terlalu lama di pesawat tadi, jadi aku mau tidur dulu," kataku padanya.

"Katakan pada penjaga di luar untuk mengantarmu ke kamarmu," perintahnya saat aku berjalan menuju pintu.

Di luar pintu berdiri salah satu dari banyak penjaga. Dia melirik ke arahku saat aku keluar, tetapi segera mengalihkan pandangannya.

"Aku butuh bantuan mencari kamar Jared," kataku padanya.

Dia tidak menjawab. Dia hanya mengangguk dan mulai berjalan pergi. Aku mengikutinya dari belakang saat dia berjalan cepat menuju rumah hingga pintu yang familier itu berada di hadapanku. Aku mengucapkan terima kasih sebelum masuk. 

Jared berdiri di tengah ruangan dan mulai membuka pakaiannya. Aku menyaksikan dengan kagum saat kain kemejanya melayang ke lantai dan memperlihatkan otot-ototnya yang kencang dan tato-tato yang menakjubkan. Saat ia hendak melepas celana jasnya, aku berdeham. 

Perhatiannya tertuju padaku dan senyum licik mengembang di wajahnya, "Apa yang kau lakukan di sana?"

"Tidak ada apa-apa," jawabku saat aku bergabung dengannya di ruangan itu.

"Aku lebih suka kamu seperti ini," katanya sebelum masuk ke dalam ruangan pakaian.

Beberapa saat kemudian, dia kembali hanya mengenakan celana olahraga abu-abu. Aku mencoba mengabaikan fakta bahwa tubuhnya kini naik ke tempat tidur. Jared mematikan lampu dan mengambil selimut tebal.

Sesuai dengan janjinya, dia pergi ke kursi malas untuk tidur. Aku melihat pemandangan lucu saat dia mencoba untuk merasa nyaman di atas sofa yang setengah dari ukurannya. Dia benar-benar berkomitmen untuk menepati janjinya. Dia tampaknya berusaha membuat aku merasa nyaman.

"Jared," desahku setelah setidaknya lima menit dia bergeser.

"Ada apa, mia bella?" Jawabnya. Aku memutar mataku mendengar julukan itu.

"Tidur saja di tempat tidur," kataku.

Jantungku mulai berdebar kencang dan tanganku mulai berkeringat saat dia berjalan menuju ranjang. Namun, itu bukan rasa takut.

Dia naik keranjang di sampingku, tetapi memberi jarak yang cukup jauh di antara kami, sebagai pria sejati. Kami berdua berbaring miring dan saling berhadapan. Kenapa rasanya canggung begini sedangkan kami berdua sama-sama pria?

"Aku benar-benar minta maaf, Haevan," bisiknya.

"Untuk apa?" tanyaku padanya.

"Untuk segalanya," dia menggelengkan kepalanya, "ayahmu, saudaramu, seluruh dunia tempatmu berada."

Ruangan menjadi hening sejenak.

"Jared?"

"Ya?"

"Mengapa kau membeliku?" tanyaku.

Aku tahu bodoh sekali menanyainya. Aku tahu dia mungkin tidak akan memberitahuku motifnya. Dia bahkan mungkin membunuhku karena bertanya. Tapi aku ingin tahu.

"Aku tidak membeli kamu," dia memulai, "kamu ditawarkan sebagai pengganti saudaramu."

"Aku masih belum mengerti," kataku padanya.

Dia mengeluh kecil dan dengan lembut menyingkirkan beberapa helai poni yang menutupi mataku.

"Harl meminta bantuan Rusia," katanya, "dia melanggar aturan diam-diam. Malam ketika kamu dibawa kepadaku, dia seharusnya mati. Dia menawarkanmu sebagai jaminan, seseorang yang akan dibunuh sebagai gantinya untuk memberinya lebih banyak waktu untuk mendapatkan uang."

Perutku terasa ingin mual. Dia tidak hanya menjualku. Dia mencoba mengorbankan aku dengan mencoba membunuhku.

"Mengapa kau tidak membunuhku saat itu?" tanyaku padanya.

"Aku tidak akan pernah menyakitimu," katanya dengan tulus, "Sejak pertama kali melihatmu, aku tahu bahwa aku akan melindungimu."

"Kenapa?" tanyaku lagi. 

"Berhentilah mempertanyakan hal-hal baik dalam hidup mu," katanya.

Aku berbalik dan menatap langit-langit. Dia benar.

Aku belum lama mengenalnya, tetapi bersama Jared adalah hal yang baik. Dia menunjukkan belas kasih dan perhatian. Dia melindungiku dari bahaya. Dia memastikan kenyamananku.

Ini tidak terasa seperti permainan lagi.

Dia mungkin monster, tapi tidak saat dia bersamaku.

"Selamat malam Jared," kataku pelan.

"Selamat malam, mia bella," jawabnya. 



********

BERSAMBUNG...

[ Hai hai hai...jadi, bagaimana khabar kalian semua? Aku sih baik aja. So, gimana menurut kalian? Bagus gak? Kalau ada yang mau dikatakan, sila komen aja. Bakal aku baca kok dan bakal aku balas kalo ianya berkaitan dengan cerita ini. ]

[ So, having fun okey? See you on the next part! Jangan lupa vote & komen ya. ]

HIS BEAUTIFUL ANGELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang