Happy reading dear💗
Waktu berlalu dengan begitu cepat, langit yang semula gelap telah berubah menjadi pagi yang cerah. Suara kicauan burung terdengar, dengan suara-suara aktivitas pagi yang khas mengikuti.
Bulu mata lentik itu bergerak, seiring dengan si empu yang membuka matanya. Ketika kelopak itu terbuka, menampakkan iris coklat madu yang begitu cantik.
Beberapa kali ia mengerjab, menyesuaikan cahaya matahari yang masuk ke retinanya. Mengatur napas dan kesadarannya.
Saat mengetahui ada yang terasa berbeda, Bianca menoleh, wajah rupawan seseorang yang menjadi objek pertama.
Dia... tidur di pelukan laki-laki ini? Bagaimana bisa?
Keningnya mengerut, mencoba menggali ingatan mengapa mereka bisa tidur bersama. Ingat hanya tidur, tidak lebih!
"By, izin memelukmu, ya? Aku ingin tidur, tapi rasanya susah sekali."
"Boleh?"
Gadis itu tersenyum, ia terkekeh kecil, wajah tidur Nathan yang polos sangat menggemaskan menurutnya. Dia tidak seperti laki-laki itu saat bangun yang selalu menampilkan raut datar dan serius.
Dengan pelan Bianca beranjak, ia nampak berhati-hati, berjalan menuju pintu lalu menguncinya.
Masalah besar jika pintu itu tiba-tiba terbuka.
Seperti...
"Bia sudah bangun?"
Ayahnya yang kadang membangunkannya saat pagi weekend tiba.
Tok!
Tok!
Tok!
"Iya Ayah, Bia sudah bangun," jawab Bianca.
Antonio di luar sana sedikit mengernyit saat pintu kamar putrinya dikunci dari dalam, pria paruh baya itu sedikit heran karena Bianca agak jarang mengunci pintu kamarnya. Terlebih saat weekend.
Tapi Antonio menepis pikiran-pikiran buruk di kepalanya, putrinya mungkin sedang tidak ingin diganggu dan membutuhkan privasi.
"Ayah tunggu di meja makan, ya?" kata Antonio lagi
"Oke, Ayah."
Saat mendengar suara langkah kaki menjauh, Bianca menghela napas lega. Gadis itu berbalik, kembali mendekati Nathan yang tertidur dengan nyenyaknya.
Tidak ada tatapan dingin yang selalu mengintimidasi orang-orang, tidak ada raut datar yang selalu ia tampilkan, tidak ada tatapan sayu nan rapuh yang ia perlihatkan dengan mencoba tegar. Hanya ada wajah polos dan tenang, dengan napas teratur.
Nathan tidur dengan damai, seolah-olah kesempurnaan ada padanya, walau hal itu, jelas berbanding terbalik.
Hidup kekasihnya, jauh dari kata sempurna.
Tatapan iri yang selalu orang-orang layangkan untuk Nathannya itu pertanda bahwa laki-laki ini berhasil menutupi segala luka yang ia punya. Membiarkan mereka yang di luar sana hanya mengetahui jika Nathan adalah pengusaha sukses di usia muda dengan ketampanan yang nyaris sempurna.
Gadis cantik itu tersenyum tipis, diusapnya rambut tebal Nathan dengan penuh kasih.
Katanya, Tuhan tidak akan menghadirkan sesuatu tanpa peran yang benar-benar berarti, seperti hadirnya kamu, melengkapi sebuah kekurangan peran hidupku.
Terima kasih sudah lahir dan tumbuh dengan hebat, ya? Terima kasih telah menjadi satu-satunya yang dicintai dan mencintai.
Bianca bangkit, ia berjalan menuju lemarinya, mengambil pakaian yang akan ia gunakan hari ini, sebuah dress sederhana berwarna pink pastel menjadi pilihannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Figuran : Change Destiny of The Antagonist (END) || Segera Terbit
FantasyDi novel 'Kisah Naqila', Nathaniel Varendra adalah sosok antagonis paling kejam. Ia bahkan tak segan membunuh seseorang yang dianggap mengusik ketenangan pujaan hatinya. Selain kejam, laki-laki itu juga menyandang gelar brengsek dan bajingan. Itu di...