Pedagang kecil
Lantunan sholawat bergema mengiringi penutupan sebuah pengajian pada pagi itu. Para jamaah mengikuti lantunan sholawat yang dinyanyikan oleh sang kiai. Hawa sejuk dan jernih menyelimuti semua makhluk, seakan api neraka padam olehnya.
Di tengah gemuruh para jamaah yang sedang bersholawat, terdapat anak kecil yang beralaskan tikar ditemani para jamaah. Anak kecil tersebut bukan hanya sedang mengaji, melainkan juga berdagang kitab yang digunakan untuk mengaji. Karena tikar yang ia gunakan lumayan besar, membuat ia dapat berbagi tempat dengan para jamaah.
Pengajian ditutup dengan doa sang kiai, para jamaah yang tidak memiliki hajat pun segera meninggalkan tempat pengajian. Begitu juga dengan sang anak yang berjualan kitab ngaji. Ketika sang anak hendak merapikan kitab kitabnya, tiba tiba salah jamaah memanggil sang anak. "Nak... "
H-1 pengajian
Hangatnya mentari menyisir kawasan pesantren. Lalu lalang para santri yang baru saja selesai mengaji mengisi ruang sepi dan menghidupkan suasana sore hari.
Pada teras sebuah bangunan terdapat seorang santri yang masih mengaji kepada gurunya, karena ia di urutan paling akhir. Walaupun sekelilingnya sudah ada banyak santri yang lain ia tetap fokus mengaji. Ayat demi ayat ia baca sampai sesi mengajipun berakhir, ia lalu bersalaman dan pamit. Sebelum ia pamit sang guru pun meminta sang santri untuk mengikutinya sebentar dan membawakan Al-quran sang guru ke ruangannya.
Sesampainya di ruang guru sang santri tidak berpikir akan diberi apapun oleh sang guru, karena menurutnya patuh dengan guru adalah sebuah kewajibannya. Lalu sang guru menyuruh duduk sang santri. "Kamu besok ada kegiatan? " Tanya sang guru. "Iya pak, saya ingin ikut pengajian Ahad pagi besok" Jawab sang santri. Lalu sang guru mengeluarkan tumpukan kitab berwarna biru dan menyodorkan kepada sang santri. "Sembari kamu mengaji, ini tolong kamu jualkan semua kitab ini" Ujar sang guru. Sang santri berpikir sejenak, lalu dengan jawaban tegas. "Baik Pak, akan saya jualkan" Jawab sang santri. Senyum bulan sabit keluar dari mulut sang guru, lalu ia menjelaskan berapa harga jualnya, alat untuk jualan, dan tempat untuk jualan. Diskusi mereka diakhiri dengan salam pamit sang santri dan menutup kembali ruang sang guru.
Pada sepertiga malam kedua sang santri mengecek alat dan tempat berjualan untuk besok pagi. Dia mengecek tempatnya, mengecek meja yang akan digunakan, menghitung jumlah kitab. Sampai pada waktu ia berfikir "Apakah sopan kalo aku duduk di kursi sedangkan jamaah di sekitarku duduk menggunakan tikar di bawah? ". Lalu ia bergegas mencari meja kecil dan tikar. Sekiranya sudah siap, ia bergegas pergi berwudhu dan tidur.
Hari H pengajian
Dinginnya pagi menyelimuti seluruh makhluk hidup, memberikan hawa kemalasan untuk beraktivitas. Namun tidak dengan sang santri, ia mebopong meja dan tikar untuk digunakannya mengaji dan berjualan kitab biru. Ia persiapkan segala yang dibutuhkan sampai terdengar lantunan sholawat.
Sholawat yang membuka sebuah acara pengajian. Satu dua orang mulai berdatangan, mencari tempat yang nyaman untuk mengikuti pengajian. Sang santri membuka kitab kecil seraya mengikuti sholawat yang sedang berkumandang. Dengan hati yang tenang ia lantunkan sholawat secara hikmat.
Di tengah lantunannya seseorang menyapa sang santri "assalamu'alaikum". Sapa salah seorang jamaah. " Waalaikumsalam ". Jawab sang santri. " Beli kitabnya satu nak". Ucap sang jamaah. "Baik Pak, ini kitabnya". Ucap sang santri. Lalu sang jamaah pergi dan mencari tempat duduk. Matahari yang sedari tadi bersembunyi mulai muncul dan menyebarkan kehangatan di pagi hari.
Para jamaah yang berdatangan mulai ramai memenuhi tempat pengajian. Melihat banyaknya para jamaah sang santri mulai melebarkan tikar yang ia bawa, untuk para jamaah yang mungkin lupa atau tidak membawa alas duduk.
Kerumunan jamaah yang sedari tadi duduk dan bersholawat tiba tiba bangkit dan berdiri, menyambut dengan salam hangat kepada seseorang yang baru saja datang, dan orang tersebut adalah sang kyai. Sang kyai disambut dengan hangat oleh para jamaah, memberikan jalan menuju mimbar pengajian. Pengajian dibuka sang kyai dengan salam kepada jamaah dengan sedikit lantunan sholawat, dan dimulailah pengajian.
Kata demi kata dibaca oleh sang kyai lalu ia menjelaskan makna dan maksud dari kata tersebut. Respon dari para jamaah beragam, ada yang mendengar dengan seksama, ada yang mendengar sambil tertidur, ada juga yang mendengar sambil menulis. Walaupun respon para jamaah berbeda beda sang kyai tidak apa apa, karena sejatinya menimba ilmu itu bukan hanya mencari penerangan melainkan keberkahan juga. Jadi meskipun mereka mengikuti pengajian tidak mendapat ilmu, setidaknya mereka mendapat keberkahan dari mencari ilmu.
Matahari mulai berdiri tegak, menerangi para jamaah dengan seluruh badannya. Dan pengajian memasuki tahap penutupan. Lantunan sholawat mulai bergema menyebar ke penjuru arah. Para jamaah mengikuti pengajian dengan hikmat seakan hati dan pikiran mereka tercerahkan. Sang santri mulai menutup kitab biru, kitab yang ia pergunakan untuk mengaji. Tiba tiba ada sodoran tangan dari sampingnya, ternyata salah satu jamaah yang satu tikar dengannya ingin berpamitan dan berterima kasih karena telah memberikan tempat duduk. "Hati hati di jalan ya pak" Ujar sang santri. Sang jamaah pun langsung berjalan dan melambaikan tangan.
Sholawat telah memasuki lirik terakhir, Sang kyai pun melanjutkan dengan doa penutupan dan menutup pengajian. Para jamaah mulai berdiri dan merapikan alas duduk yang mereka pakai. Para jamaah yang tidak ada hajat langsung melesat pulang, sedangkan para jamaah yang lain ada yang mengobrol satu sama lain, ada juga yang membeli sarapan. Begitu juga dengan sang santri, ia langsung merapikan kitab kitab yang ia jual dan membawanya masuk. Ketika ia hendak merapikan kitab jualannya, ada salah jamaah yang memanggilnya dari arah belakang. "Nak... Ini ada sedikit uang untuk kamu". Ucap sang jamaah. Dengan wajah yang bingung sang santri menjawab " Uang untuk apa ini pak? ". " Bapak sangat terkesan dengan kamu, karena selain berjualan kamu juga menyimak pengajian dengan baik". Jawab sang jamaah. " Ditambah kamu juga menyediakan tempat untuk para jamaah menyimak pengajian". Imbuh sang jamaah. Mendengar penjelasan sang jamaah, sang santri pun menerima pemberiannya dan mengucapkan terima kasih. Lalu mereka berdua berpisah dengan senyum yang menghiasi wajah mereka.
Sesampainya di ruang guru sang santri melapor kepada gurunya, tentang penjualannya pagi hari tadi. Ketika sang guru menghitung jumlah kitab biru yang terjual ia kaget dan heran, "kenapa uangnya lebih? ". Tanya sang guru. Lalu sang santri menceritakan seluruh kejadian hari ini. Senyum bulan sabit pun keluar kembali dari wajah sang guru, " Kamu tidak perlu menyerahkan uang ini kepadaku" "Ini sudah menjadi rezeki untuk kamu" Ucap sang guru. Dengan wajah tertunduk sang santri mencoba menahan dan menyembunyikan perasaan senang di hatinya. Lalu sang guru memberikan uang sang jamaah ditambah keuntungan dari penjualan kitab. Sang santri bergegas memasukan uang pemberian sang guru ke dalam kantongnya. Setelah semua selesai, sang santri meminta izin keluar dan memberi salam kepada sang guru. "Waalaikumussalam" Jawab sang guru.
Langit bersinar terang, menampakkan keindahan alam. Burung bernyanyi riang, mengiringi hati yang senang. Nampak wajah senang, yang terbit menghiasi alam. Terpaku dan terdiam, menikmati perasaan yang ia rasakan. Dalam hati ia berkata "Ini Hari Apa?"...
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerpen (Kumpulan Cerita Pendek)
Short StorySetiap hari akan ada cerita baru, InsyaAllah dan doakan semoga bisa konsisten. Cerita akan terbit setiap pukul 8 malam. 😁👍