cerpen 16

5 1 0
                                    

Pasar Hujan: Labirin di Bawah Hujan

Hujan turun deras di sore itu, menciptakan genangan air di sepanjang jalan kota. Aldrin, seorang teknisi perangkat elektronik, menatap keluar dari bengkel kecilnya. Dia terbiasa hidup sibuk, membetulkan alat-alat yang orang lain anggap mustahil untuk diperbaiki. Waktu luangnya dihabiskan untuk membaca atau berjalan-jalan di sekitar kota. Dia jarang percaya pada cerita rakyat, apalagi legenda seperti "Pasar Hujan"—sebuah pasar ajaib yang katanya hanya muncul saat hujan lebat.

Di kota ini, Aldrin sering bertemu Dara, seorang penjual bunga di pasar lokal. Mereka hanya saling menyapa setiap kali berpapasan di jalan atau saat Aldrin membeli bunga untuk ibunya. Meskipun mereka tidak pernah berbicara panjang lebar, senyum Dara selalu meninggalkan kesan di hati Aldrin. Namun, dia selalu terlalu sibuk dengan pekerjaannya untuk memikirkan hal-hal seperti cinta.

Hari itu, ketika hujan semakin deras, sebuah kejadian aneh terjadi. Aldrin menerima paket misterius di bengkel. Di dalamnya ada sebuah payung tua dengan ukiran rumit dan secarik kertas bertuliskan, “Hanya yang berani bisa melihat hujan sebenarnya.” Aldrin mengernyit, tak yakin apa maksudnya, namun rasa penasaran menguasai dirinya.

Ketika hujan semakin lebat, Aldrin memutuskan untuk mencoba payung itu. Dia keluar dari bengkel, membuka payung di bawah hujan, dan sesuatu yang luar biasa terjadi. Dunia di sekitarnya perlahan berubah. Jalan-jalan yang biasanya dia lewati lenyap, digantikan oleh lorong-lorong sempit dan kios-kios yang tidak pernah dilihat sebelumnya. Pasar yang biasanya ramai oleh suara pedagang dan pembeli kini berubah menjadi sesuatu yang asing dan magis.

---

Di tengah kebingungan itu, Aldrin melihat sosok yang familiar. Dara, basah kuyup dan memegang payung yang mirip dengan miliknya, berdiri tidak jauh darinya. Mereka saling tatap, sama-sama terkejut.

“Aldrin?” suara Dara terdengar lemah, bingung namun tampak lega melihat seseorang yang dikenalnya.

Aldrin berjalan mendekat, berusaha mengatasi kebingungannya. “Dara? Apa yang kamu lakukan di sini?”

Dara menggeleng, wajahnya dipenuhi ketidakpahaman. “Aku tidak tahu. Payung ini diberikan padaku oleh seseorang di kios bungaku. Ketika aku membukanya, tiba-tiba aku terjebak di sini.”

Aldrin memandang payung mereka berdua dan sekeliling mereka. Jalan-jalan pasar yang mereka kenal telah berubah menjadi labirin hujan yang misterius. Mereka sadar bahwa mereka terjebak di sebuah pasar ajaib yang hanya muncul saat hujan, dan mereka harus menemukan jalan keluar sebelum hujan berhenti.

“Kita tidak bisa tinggal di sini terlalu lama,” kata Dara dengan nada khawatir. “Kalau hujan berhenti, kita mungkin akan terjebak selamanya.”

Aldrin mengangguk setuju. Mereka memutuskan untuk bekerja sama dan mencari jalan keluar dari labirin hujan ini.

---

Pasar yang mereka jelajahi penuh dengan kios-kios aneh yang menjual barang-barang tak biasa. Ada makanan yang bisa memberi kekuatan, ramuan yang bisa membawa keberuntungan, bahkan makhluk-makhluk aneh yang berkeliaran di antara para pengunjung pasar. Meski penuh dengan keajaiban, pasar itu juga menyembunyikan bahaya yang tak terduga.

Di salah satu kios, seorang penjual mencoba menipu mereka dengan menawarkan jimat palsu. Untungnya, Dara yang cepat tanggap menyadari penipuan itu dan menyelamatkan mereka dari masalah. Aldrin mulai menyadari bahwa Dara lebih dari sekadar penjual bunga yang manis. Dia cerdik, pemberani, dan memiliki ketenangan dalam menghadapi situasi sulit.

Ketika mereka menghadapi bahaya, Aldrin dan Dara saling melindungi dan saling mengandalkan. Semakin lama mereka bersama, semakin Aldrin merasa bahwa perasaannya terhadap Dara semakin tumbuh. Dia yang awalnya hanya tertarik pada senyum manisnya, kini mulai melihat Dara sebagai seseorang yang luar biasa.

---

Namun, waktu semakin mendesak. Mereka sadar bahwa hujan mulai mereda. Awan-awan yang tadinya gelap mulai menipis, dan suara rintik hujan perlahan melemah. Mereka harus segera menemukan jalan keluar sebelum semuanya terlambat.

Di tengah keputusasaan, mereka bertemu dengan seorang penjual tua yang tampak mengetahui lebih banyak tentang Pasar Hujan daripada orang lain. Penjual itu memberikan mereka petunjuk yang samar, “Payung kalian adalah kunci, tapi kalian harus memilih: tetap tinggal di sini dan menemukan harta tersembunyi, atau pergi dan kembali ke dunia nyata.”

Aldrin merasa tergoda untuk tinggal. Pasar ini, meskipun penuh bahaya, juga memiliki daya tarik tersendiri. Apalagi, dia mulai merasa lebih dekat dengan Dara. Namun, di balik semua itu, dia tahu bahwa mereka tidak bisa mengabaikan kenyataan.

---

Akhirnya, mereka menemukan dua jalan: satu menuju harta karun pasar, dan yang lain menuju pintu keluar. Waktu semakin mendesak, hujan hampir berhenti.

Dara, dengan tegas, memilih jalan keluar. “Harta karun yang sebenarnya bukan benda fisik. Itu adalah apa yang kita temukan selama perjalanan ini,” katanya.

Aldrin menatap Dara dalam-dalam, menyadari kebenaran dari ucapannya. Meskipun ia sempat tergoda, akhirnya dia memutuskan untuk mengikuti Dara. Bersama-sama, mereka berjalan menuju pintu keluar tepat sebelum hujan benar-benar berhenti.

---

Begitu mereka keluar dari pasar, Aldrin dan Dara berdiri di bawah langit yang kini hanya tersisa gerimis ringan. Pasar Hujan telah menghilang, seolah-olah tidak pernah ada. Namun, pengalaman itu meninggalkan kesan mendalam di hati mereka.

Aldrin menatap Dara dan tersenyum. Dia sadar bahwa perjalanan mereka bukan hanya tentang melarikan diri dari pasar ajaib, tetapi juga tentang menemukan sesuatu yang lebih berharga—satu sama lain.

Di bawah gerimis yang tersisa, mereka berjalan bersama, saling tersenyum, dengan perasaan bahwa ini hanyalah awal dari petualangan mereka berikutnya.

Cerpen (Kumpulan Cerita Pendek) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang