cerpen 19

9 2 0
                                    

Satu Batang Korek

Di sebuah kota yang selalu mendung, hiduplah seorang pria bernama Ardi. Setiap harinya, ia selalu ditemani oleh kepulan asap rokok yang mengepul dari bibirnya. Kebiasaan itu telah menjadi bagian dari hidupnya, seakan-akan menghirup asap tembakau adalah cara untuk meredakan kekacauan di pikirannya.
Namun, hari itu berbeda. Di kantong jaketnya, ia hanya menemukan satu batang rokok dan satu batang korek api tersisa. Ardi menatap batang korek itu, kecil dan rapuh, seperti seutas nasib yang tergantung di ujung nyala.

Langit sore semakin gelap, dan hujan mulai rintik-rintik membasahi trotoar. Ardi berjalan menyusuri jalan-jalan kota yang semakin sepi. Ia berpikir, "Apakah ini pertanda?"Dalam kesendirian dan keheningan hujan, Ardi merasa dunia seakan mengecil, menyisakan dirinya, batang rokok itu, dan korek yang satu-satunya.

Ia berhenti di bawah sebuah halte bus, menepi dari hujan. Jari-jarinya yang gemetar meraba kotak korek. Tangan kirinya memegang batang rokok, sementara tangan kanannya siap menggesek batang korek pada permukaan kasar kotaknya. Tapi ia ragu. Satu-satunya korek yang tersisa ini adalah kesempatan terakhir untuk menikmati ketenangan yang selama ini ia cari dari setiap hisapan.

Tiba-tiba, seorang gadis kecil berlari menghampirinya. Basah kuyup, gadis itu tampak bingung dan cemas.
“Om, bisa bantu nyalain api? Lilin saya mati, padahal listrik lagi padam di rumah,” pintanya, sambil mengacungkan lilin kecil di tangannya.
Ardi menatap gadis kecil itu, kemudian batang korek di tangannya. Satu-satunya nyala yang ia punya. Ia bisa menyalakan rokoknya dan mendapatkan ketenangan sesaat, atau ia bisa memberikan gadis kecil itu api yang mungkin dibutuhkannya untuk melewati malam.

Untuk pertama kalinya, Ardi merasakan pertempuran dalam dirinya yang begitu nyata. Sebuah keputusan sederhana, namun sarat makna. Ia tahu lilin kecil itu mungkin lebih berarti bagi si gadis dibandingkan rokok terakhirnya.
Akhirnya, ia menghela napas panjang, menunduk, dan menggesek batang korek itu. Nyala api kecil berkedip, memecah kegelapan sore yang mendung. Ia menyalakan lilin di tangan gadis kecil itu, yang langsung tersenyum cerah di tengah hujan.
“Terima kasih, Om!” serunya sambil berlari menjauh, kembali ke rumahnya.

Ardi menatap lilin yang menghilang di kejauhan. Sementara batang rokok di tangannya tetap tak tersulut. Mungkin, ketenangan yang ia cari selama ini tak pernah ada di balik asap tembakau. Mungkin, ia baru saja menemukan nyala yang lebih berarti daripada api rokok yang biasa menemani harinya.

Di bawah hujan yang semakin deras, Ardi memutuskan untuk membuang rokok itu. Dan untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, ia merasa benar-benar tenang.

Kisah Ardi memberikan pelajaran bahwa terkadang, menemukan kedamaian sejati bukanlah melalui kebiasaan buruk yang melekat pada diri kita, tetapi melalui tindakan kecil yang dilakukan untuk orang lain. Seperti Ardi yang memilih untuk memberikan api pada gadis kecil, kita juga dapat menemukan kedamaian dalam memberi dan peduli terhadap sesama. Kesempatan untuk berbuat baik selalu ada di sekitar kita, dan seringkali, itulah yang membawa kebahagiaan sejati dalam hidup.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cerpen (Kumpulan Cerita Pendek) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang