cerpen 11

5 1 0
                                    

Roda kebaikan

Bumi berbentuk bulat, roda berbentuk bulat, bola berbentuk bulat, dan donat pun berbentuk bulat. Apakah pernah terfikirkan oleh kalian, mengapa benda yang aku sebutkan berbentuk bulat. Apa karena mereka melingkar, apa karena mereka bisa berputar, atau hanya sebuah teori dari para pakar. Mereka berbentuk bulat karena memiliki sebuah titik awal dan akhir yang saling terhubung, sebuah titik yang akan terus bergerak apabila tidak ada sesuatu yang merusak. Di sini saya akan bercerita tentang sebuah roda, di mana roda tersebut harus kita jaga bersama. Roda tersebut adalah RODA KEBAIKAN.

Pak siswanto seorang pedagang telur yang sehari hari menyuplai stok pada warung warung. Ia sering sekali mengangkut telur menggunakan mobil pickupnya, walaupun kadang beristirahat di warung kopi, namun telur yang ia antar selalu tepat waktu. Pernah suatu ketika ia mengalami musibah, yaitu salah satu ban rodanya ada yang bocor. Berkeliling dan bertanya tentang bengkel tambal ban ada di mana, namun tidak ada bengkel ban yang buka. Alhasil ia menghubungi pelanggannya bahwa telur yang dia antar akan datang terlambat. Sambil berusaha mencari jalan keluar, ia beristirahat pada sebuah warung pinggir jalan. Segelas air yang membasahi gelas kaca terlihat sangat menyegarkan, gumpalan tepung yang menyelimuti pisang mengeluarkan aroma yang mengharumkan. Setiap suapan ia nikmati dengan banyak kunyahan, setiap seduhan mengalir deras menuju tenggorokan, sampai ia tidak tersadar ada seorang pengemis ada di depan matanya untuk meminta belas kasihan. Dengan sigap pak siswanto bertanya, "ibu sudah makan? ". Dengan kepala tertunduk sang pengemis menjawab, " Belum pak". Senyum di wajah pak siswanto seketika keluar, seraya mempersilahkan sang pengemis untuk duduk. Ia bertanya kepada sang pengemis tentang makanan kesukaannya. Namun sang pengemis hanya menjawab "apa saja pak, yang penting cukup untuk saya dan anak saya". Lalu mereka berdua sedikit bercerita tentang kehidupan mereka. Angin menerpa menyapa kesejukan kepada mereka yang sedang asik bercengkrama. Bungkusan nasi dan minuman tertata rapi di dalam kantung plastik, memberi sedikit kelegaan kepada sang pengemis yang berjuang bertahan hidup. Hanya kata syukur dan doa yang ia punya, berharap kebaikan ini mengeluarkan masalah yang pak siswanto alami. Sebuah senyuman mengiringi kepergian sang pengemis yang bergegas pulang untuk menghampiri anaknya.

Segelas air telah habis diseduh pak siswanto, kini ia menuju penjual untuk membayar semua pesanan. Ketika ia hendak membayar, sebuah tangan menepuk pundaknya. Sebuah sapaan dilayangkan ke pak siswanto, yang ternyata beliau adalah tetangganya pak joko. Pak siswanto membalas dengan sapaan riang dan berbalut canda tawa. Ia menjelaskan bahwa rodanya sedang bocor dan hendak mencari bengkel, namun karena tidak ada bengkel yang buka maka ia beristirahat pada warung tersebut. Pak joko yang mendengar cerita tersebut, menawarkan sebuah bantuan berupa roda ban cadangan beserta alat pengganti roda. Walau dengan hati yang sedikit sungkan, pak siswanto menerima bantuan dari pak joko. Roda dan dongkrak mulai berterbangan mengelilingi mobil pak siswanto, dalam hati ia berkata "sungguh cepat engkau membalas kebaikanku ya Allah". Dengan mobil yang berdiri gagah ia melanjutkan pengiriman telur pesanannya, seraya berpamitan dengan pak joko yang telah membantunya.

Angin berhembus kencang, menyapu daun yang tergeletak di jalan. Kini pak joko tersenyum riang karena telah menjadi seorang pahlawan. Berjalan ke dalam ruang, yang terisi aneka makanan dan minuman. Ia duduk dengan nyaman ditemani minuman yang telah dipesan. Ketika ia menikmati suasana yang nyaman, Tiba-tiba sebuah ingatan melayang di dalam kepalanya. Dengan langkah yang tergesa-gesa ia membayar dan bergegas menuju sekolah tempat anaknya belajar. Sesampainya di sekolah ia melihat hamparan ruang yang sepi dan tak berpenghuni, dalam hati apa anaknya sudah pulang dengan jalan kaki. Karena hati yang penuh dengan kekhawatiran, ia bergegas pulang tanpa melihat keadaan. Belum sempat ia masuk ke dalam mobil, sebuah sapaan dilayangkan kepadanya. Ternyata sapaan tersebut datang dari seorang guru yang hendak pulang. Senyuman keluar dari mulut pak joko, seraya membuka pintu mobil. Sang guru melanjutkan percakapan dengan menanyakan tujuan pak joko datang ke sekolah. Dengan singkat ia menjawab "saya sedang menjemput anak saya". Lalu sang guru pun bercerita bahwa anak pak joko telah pulang bersama temannya naik motor. Karena orang tua temannya merasa kasihan anak pak joko sendirian menunggu di depan sekolah. Hatinya kini lega karena anaknya tidak mengalami kejadian buruk yang tidak diinginkan.

Matahari kian menyala terang, menggantung tinggi diantara para awan. Datanglah sebuah mobil yang dikendarai oleh pak joko pada sebuah rumah. Dengan hati yang tenang di ketuklah sebuah pintu dan mengucapkan salam. Selang beberapa detik pintu terbuka dengan seorang wanita membalas mengucapkan salam. Sebuah senyuman keluar menyapa pak joko, dengan ramah ia menanyakan keberadaan anaknya. Sebelum sang wanita sempat menjawab, sebuah suara memanggil dari dalam rumah. Sang anak yang sedang asik menenteng sebuah makanan, meluncur deras menghampiri pak joko. "Apa yang kamu bawa? " Tanya pak joko. Sang anak pun bercerita mulai dari pulang sekolah sampai makanan yang ia bawa. Pak joko dengan rasa syukur mengucapkan banyak terima kasih kepada sang wanita. Dengan anggun Sang wanita membalas dengan senyuman. "Pak burhan dimana bu? Apa belum pulang?", tanya pak joko. "Iya pak, pak burhan masih di pasar" Jawab sang wanita. Mereka berdua pun berbincang sebentar tentang pasar yang mulai sepi akan pembeli. Percakapan berakhir dengan lambaian dari kedua anak mereka yang berteman akrab.

Angin berlari kencang melewati keranjang putih berisi roti yang berselimut plastik, menghampiri seorang pedagang roti yang merasakan hawa panas dari sang mentari. Pedagang tersebut adalah pak burhan, suami dari sang wanita. Pak burhan biasa berjualan roti dari pagi sampai siang. Namun karena pasar mulai sepi, ia terpaksa harus melewati jam makan siang. Segala usaha telah ia coba, dari membuka katering snack, sampai promosi pada media sosial telah ia lakukan. Suara azan mulai berkumandang, sejenak pak burhan menitipkan dagangan kepada teman. Langkah demi langkah ia telusuri melewati lorong yang tak berpenghuni. Ibadah ia lakukan dengan hikmat, walau keranjang yang ia bawa masih terasa berat. Secuil harapan ia cantumkan dalam lembaran doa, dengan niat bisa menafkahi istri dan anak di sana.
Alas kaki ia pakai dengan garis senyum yang teruntai. Melawan rasa sedih dengan rasa syukur yang kini ia rantai. Sebelum pak burhan kembali, ia ingin membasahi tenggorokannya dengan minuman, seraya berharap adanya pembeli yang baru datang. Sekantung minuman ia bawa menuju dagangannya, tak lupa berterimakasih kepada temannya. Beberapa menit pun berlalu, meninggalkan suasana sepi yang membuat pilu. Dengan semangat yang telah meleleh pak burhan menata barang dagangannya dan menuju rumah singgah. Ketika ia sampai pintu keluar, seorang ibu menyapa dirinya dengan ramah. Menanyakan di mana seorang pedagang roti dapat ia temukan. Dengan sigap pak burhan menunjukkan arah ke tempat penjual roti yang masih buka. Sedikit pertanyaan menyelip ke dalam arahan pak burhan, tentang berapa roti yang dibutuhkan dan acara apa yang akan diselenggarakan. Sang ibu pun menjawab dengan sedikit kesal karena jumlah roti dan waktu yang ia punya tidaklah seimbang. Ia harus menyiapkan seratus roti untuk pengajian nanti malam. Saat sang ibu semangat bercerita, tidak sengaja ia melihat keranjang penuh dengan roti yang dibawa pak burhan. Pertanyaan pun keluar dari mulut sang ibu dan menawar roti tersebut. Dengan pikiran dan perasaan yang tercampur aduk, pak burhan menjual roti tersebut kepada sang ibu. Percakapan pun mengelilingi mereka berdua, sampai kata sepakat keluar mengisi percakapan tersebut. Perjalanan pak burhan diselimuti hawa senang, karena kini keranjang yang ia bawa terasa sangat ringan.

Langit berwarna merah, memeriahkan pemandangan seorang anak kecil yang sedang bermain di pinggir jalan. Ia bersama dengan sang kakak bermain engklek, seperti biasa sang anak selalu kalah dari sang kakak. Ketika sang kakak hampir menyelesaikan permainan, sang anak melihat seorang ibu dengan sekantung roti yang menggantung pada motor. Ia mengira sang ibu ingin membagikan roti tersebut, sontak sang anak memberi tahu kakaknya. Dengan langkah riang kini kedua anak tersebut berada di depan sang ibu. "Motornya kenapa bu?" Tanya sang kakak. "Ini nak, bensin ibu habis, penjual bensin terdekat di mana ya? "Jawab sang ibu. Tutur kata yang sopan menghiasi arahan sang kakak, dengan langkah riang ia membantu sang ibu mendorong motor tersebut sampai ke tempat penjual bensin. Kata terima kasih pun keluar dari mulut sang ibu, seraya memanggil penjual bensin. Sang anak yang sedari tadi melirik sekantung roti, menarik baju sang kakak sambil berbisik "kita tidak dikasih roti?". Dengan sigap sang kakak menutup mulut sang anak, sambil berbalik arah untuk pulang. Melihat perilaku kedua anak tersebut, sejenak sang ibu merasa bingung. Ketika sang ibu ingin membuka tangki bensin, ia langsung teringat dan berpikir "apa sekantung roti ini yang membuat kedua anak tadi bertingkah aneh? ". Dengan teriakan yang lantang sang ibu memanggil kedua anak tersebut, seraya mengambil dua potong roti. Langkah riang dan gembira mengiringi perjalanan pulang kedua anak tersebut. Karena kini di dalam tangan terdapat sebuah roti yang dapat menemani malam mereka.

Dorongan pintu kayu di lakukan oleh kedua anak tersebut, seraya membawa roti untuk dipamerkan kepada ibunya. Namun mereka berdua terkejut, karena seisi rumahnya telah dikelilingi aroma yang begitu sedap. Sang anak pun berlari ke dalam dan bertanya kepada ibunya. Senyuman hangat keluar dari mulut si ibu, seraya mendorong sang anak menuju ruang makan untuk makan bersama. Mereka kini tertawa bahagia dan saling bertukar cerita, dari seorang pedagang telur yang memberinya makanan sampai kedua anaknya yang menolong seorang Ibu-ibu yang kehabisan bensin.

Cerpen (Kumpulan Cerita Pendek) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang