cerpen 8

6 1 0
                                    

Sepatu coklat

Di sebuah kota kecil, tinggal seorang anak kecil bernama adi, ia hidup bersama ibunya. Keluarga mereka hidup sederhana, hanya bergantung dengan hasil berjualan gorengan di pinggir jalan. Setiap pagi, Adi membantu ibunya membuka lapak di trotoar yang ramai. Menjajakan gorengan panas kepada para pejalan kaki. Sepatu sekolah Adi sudah sangat kumal dan usang, sering terkena debu dan minyak dari lapak gorengan. Meskipun Adi membersihkannya setiap malam, sepatu itu tetap saja terlihat kusam. Ia merasa malu, namun tak punya pilihan lain karena keluarganya tidak mampu membeli sepatu baru.

Bu Rina sebagai guru kelas Adi, sering memperhatikan sepatu kumal yang dikenakannya. Dan semakin lama setelah memperhatikan kondisi sepatu Adi, kondisinya semakin buruk, Bu Rina pun memanggilnya ke ruang guru setelah jam pelajaran selesai.
"Adi, kenapa sepatumu selalu kotor?" tanya Bu Rina dengan nada tegas. "Kamu harus bisa menjaga barang-barangmu lebih baik, bukan?"
Adi menunduk sambil menggigit bibirnya. "Maaf, Bu Rina. Saya sudah membersihkannya setiap malam, tapi tetap saja kotor."
"Kalau begitu, dijaga dong dengan sungguh-sungguh," sahut Bu Rina, masih kesal.
Adi hanya bisa menahan napas dan tidak tahu harus menjelaskan apa lagi. Bu Rina menghela napas dan menyuruhnya kembali ke tempat ruang kelas sambil mengingatkan agar lebih berhati-hati dalam menjaga barang-barangnya.

Beberapa hari kemudian, secara tidak sengaja Bu Rina bertemu dengan Adi setelah pulang dari rapat guru. Hari itu hujan deras, dan bu rina sedang belanja di minimarket. Ketika ingin pulang hujan semakin deras, namun dari derasnya hujan muncul sosok yang ia kenal yaitu adi. Adi sedang menawarkan ojek payung di pinggir jalan kepada para pejalan kaki. Melihat hal tersebut bu rina mendekat dan menghampiri Adi, Ketika Bu Rina sudah dekat dengan Adi, ada seorang ibu ibu yang memanggilnya.
"Ibu, mau ojek payung?" tawar Adi dengan sopan. Adi pun melesat menghantar ibu tersebut ke halte depan minimarket.

Bu Rina terkejut melihat muridnya itu bekerja keras di tengah hujan. Adi terlihat kelelahan, namun tetap bersemangat membantu orang-orang.

Keesokan paginya, Bu Rina memanggil lagi Adi ke ruang guru. Ia bertanya dan semakin penasaran dengan cerita Adi. Dari aktivitas pulang sekolah sampai alasan sebenarnya dari sepatunya yang kotor. Bu Rina mendengar cerita Adi dengan rasa penuh penyesalan. Ketika Adi hendak masuk ke kelas, Bu Rina mendekatinya dengan senyum lembut. "Adi," panggilnya dengan suara lembut, "Ibu ingin minta maaf. Ibu sudah salah menilai. Ibu tidak tahu seberapa keras kamu bekerja setiap hari untuk membantu ibumu."
Adi menatap Bu Rina dengan rasa heran, namun tetap tersenyum kecil. "Tidak apa-apa, Bu Rina. Saya mengerti." Bu Rina lalu mengeluarkan sebuah kotak dari tasnya dan menyerahkannya kepada Adi. "Ini sepatu baru untukmu. Ibu harap kamu bisa memakainya dengan nyaman." Adi membuka kotak itu dan melihat sepasang sepatu baru yang bersih. Senyum lebar langsung menghiasi wajahnya. "Terima kasih banyak, Bu Rina. Ini benar-benar berarti bagi saya. Bu Rina tersenyum hangat. "Sama-sama, Adi."

Sejak hari itu, Bu Rina lebih peka terhadap keadaan murid-muridnya, dan Adi merasa lebih percaya diri dengan sepatu barunya. Meski begitu, ia tetap dengan semangat membantu ibunya berjualan dan terus menjalani hidup dengan penuh tekad.

Cerpen (Kumpulan Cerita Pendek) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang