#3 : Dialog Kita

36 26 8
                                    

"Terkadang, perhatian kecil seperti tersenyum saat bertemu atau bahkan hanya mendengarkan dengan sungguh-sungguh ketika bercerita itu mampu membuat seseorang merasa spesial dan dihargai,"

-Rayna-

Mungkin bagi sebagian besar orang, hari senin adalah waktu paling keramat, karena di hari itu adalah suasana transisi dari akhir pekan ke detik-detik penuh kesibukan, beban tugas, amarah, rutinitas yang siklusnya hanya berputar di satu tempat. Inilah yang dirasakan oleh Rayna yang menjalani mata kuliah metodologi penelitian desain dengan Pak Abimana.

Pak Abimana adalah dosen dengan gaya mengajar yang monoton. Suaranya rendah dan datar, seolah tidak ada variasi nada saat ia menjelaskan materi. Setiap slide yang ditampilkan terasa seperti rangkaian kata tanpa nyawa, dan ia jarang berinteraksi dengan mahasiswa, membuat suasana kelas kian kaku. Tatapannya selalu tertuju ke layar LCD atau buku, jarang menengok ke arah mahasiswanya, membuat banyak yang kehilangan fokus. Alhasil, setiap pertemuan terasa panjang dan melelahkan, bahkan bagi mereka yang berusaha tetap memperhatikan.

Rayna menguap pelan, berusaha menutupinya dengan tangan. Teman di sampingnya, Vanessa, melirik dan tersenyum kecil.

"Semalem nggak tidur?" bisik Vanessa pelan sembari menyenggol sikut Rayna.

Rayna menoleh, "Tidur, kok."

Vanessa mengernyitkan dahi, terheran dengan jawaban Rayna. "Lah? Tapi nguap terus?"

"Iya, nih, tau sendiri matkulnya susah, Pak Abi juga orangnya terlalu monoton. Ngantuk, deh," jelas Rayna.

Vanessa terkekeh pelan, "Sabar, Ray. Masih setengah jam lagi."

Rayna memutar bola matanya malas sambil mengembuskan nafas gusar, "Hadeh, lama."

"Nanti kumpul, yuk! Makan sama ngopi di kantin bentar," cetus Vanessa.

"Kabarin Bella sama Raisa juga kalo gitu," sahut Rayna.

Vanessa, teman Rayna ini paling semangat jika direspon apa pun yang berkaitan dengan aktivitas makan-makan. Meski suka makan, tubuhnya tetap terlihat fit dan proporsional. Banyak yang iri karena meski sering makan banyak, badannya selalu tampak bagus dan sehat, seolah metabolisme tubuhnya bekerja lebih cepat dari orang lain.

Rayna dan Vanessa adalah teman dekat sejak masa-masa ospek, begitu juga dengan Bella dan Raisa. Meski Bella berada di jurusan Manajemen dan Raisa di Psikologi tidak menghalangi mereka untuk tetap bertemu setiap hari di kampus.

♡♡♡

Di sisi yang lain, Bryan tampak sibuk dengan setumpuk novel yang baru saja ia pinjam dari perpustakaan sebagai bahan referensi membuat naskah novel yang digarapnya. Randy, Alex, dan Galang hanya bisa melihat Bryan terheran-heran sambil mencerna aktivitas yang dilakukan Bryan dimana menurut mereka itu sangat membosankan.

"Nggak bosen natap laptop mulu?" celetuk Galang tiba-tiba, cowok bermata elang itu menyindir Bryan dengan terang-terangan.

"Tau, nih," sahut Randy sembari mengaduk-aduk latte-nya.

"Gini, nih, kalo nggak punya crush," imbuh Alex sembari menaik-turunkan alisnya, semakin gencar menggoda Bryan.

"Apa, sih, berisik!" balas Bryan.

Can I Be Yours?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang