#6. Mie Ayam Gaul

131 21 12
                                    

3 Missed Calls : Kak Kika

"Mar, ke Senayan besok pagi! Naya ternyata masih latihan"

"Gw ajak dia makan Mie Ayam Gaul belakang Artotel. Ntar kita pura-pura gak sengaja ketemu."

2 Missed Calls : Kak Kika

"Damar, lo mau kenalan gaaaak? Tewas lo?"

🎀 ----------- 🎀

Damar memaksa matanya untuk terbuka, karena hasrat panggilan alam  yang tak bisa dilawan. Cepat ia tuntaskan urusannya di kamar mandi, kemudian melangkah lunglai kembali ke kasurnya. Sekilas ia melirik jam di atas nakasnya, pukul 06:45, lalu mengintip ke sudut jendela dimana sinar matahari sudah menyembul ke dalam kamarnya.

Damar merangkak kembali ke atas kasurnya, menarik selimut. Badannya terasa amat lelah. Semalam ia harus lembur dengan timnya membahas permintaan Adnan tempo hari. Ia berusaha memejamkan matanya, namun teringat akan balasan pesan dari seseorang yang ditunggu.

Gawainya dinyalakan, dimasukkan PIN-nya dan dituju aplikasi Whatsapp. Beberapa pesan teratas ia abaikan, langsung menuju kontak "Naya Grandia Fit Camp"

"Hai Naya, sorry ganggu. Kenalin saya Damar temannya Kika, teman satu fit camp kamu. Maaf yah kalau tiba-tiba WA."

"Kemarin saya yang minta kontaknya sama Kika. Semoga kamu gak marah."

Pesan yang ia kirimkan sejak kemarin siang tak kunjung mendapatkan balasan, hingga malam hari dan Damar pun lupa tak lagi melirik gawainya hingga pagi ini.

"Halo Damar! Gpp kok. Sorry ini Damar yang mana? Ada apa?"

Satu kalimat balasan cukup membuat kesadaran Damar meningkat. Rasa kantuknya kalah telak dengan hatinya yang berdebar-debar, karena satu rangkaian balasan itu. Tak lama tiba-tiba di layar muncul tulisan "Kak Kika is calling"

Damar langsung menggeser tombol answer.

"Damar lo tewas? Buru baca WA gw. NOW!" Teriak wanita di ujung telepon sana dan langsung menutup teleponnya.

Segera setelah membaca pesan Kika, ia langsung bangkit duduk di atas kasurnya. Berulang-ulang pesan Kika ia baca. Damar mengumpulkan kesadarannya, panik harus berbuat apa.

40 menit kemudian, Damar sudah di atas motor bersama Pian, asisten rumah tangganya, menuju Senayan. Lengkap dengan kostum larinya.

Untuk menambah kesan pura-pura ia minta berhenti di depan Senayan City dan lanjut berlari sampai Mie Gaul Senayan. Gila, keren banget akting gw pagi ini. Damar membusungkan dadanya merasa bangga atas usahanya pagi ini.

🎀 ----------- 🎀

Kemarin

Naya bolak balik mengecek file Improving City Resiliencies Fellowship Programme 2024 di layar Ipadnya. Memeriksa kembali bagian Pre-Departure, ada satu bagian tertulis namun hurufnya kecil-kecil sekali sehingga ia lewatkan.

"Yang mengikuti rangkaian kegiatan pre-departure hanya para peserta."

Tadi pagi ia sudah datang ke Artotel Thamrin untuk mengikuti kegiatan itu, namun ternyata ia tidak perlu mengikuti rangkaian kegiatan tersebut mengingat statusnya sebagai pendamping peserta.

Naya sibuk menggaruk-garuk kepalanya, bingung akan kelalaiannya. Pasalnya ia sudah mengosongkan jadwalnya 3 hari ke depan untuk acara pre-departure ini. Kini ia duduk di meja kerjanya, menatap kosong layar laptopnya.

City of EchoesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang