#3. Ketoprak vs Spaghetti del Pescatore

95 11 0
                                    

Bagas segera buru-buru masuk ruangan bos-nya, dilihat-lihat dari pagi setelan muka Damar sudah seperti Thanos, berlipat-lipat mukanya. Gawat, bisa lembur lagi gw, batin Bagas. Terlebih sejak kembali dari janji terakhirnya, sang bos terlihat seperti menahan marah

"Bang, makan siangnya mau dipesan sekarang?" tanya Bagas sambil mengingatkan jam makan siang . Damar tidak mengizinkan Bagas memanggilnya dengan sebutan 'Bapak', ia memintanya memanggil dengan nama. Tapi Bagas menolak, meski tugasnya bukan hanya sekedar sekretaris, tetap saja Damar adalah atasannya, mereka bersepakat untuk memanggil dengan sebutan 'Bang'.

Damar melirik jam di meja kerjanya, sudah pukul 15.13, namun ia belum makan siang. Pertemuannya dengan Barry hari ini berlangsung singkat, namun sukses membuat Damar kehilangan selera makannya. Setelah selesai bertemu dengan Barry dan Gasim, ia bergegas pamit, meninggalkan Spaghetti del Pescatore-nya utuh dan dingin.

"Oh iya, ketoprak kantin bawah aja Gas. Jangan pake bihun, lontong setengah tapi telur dadarnya dua ... sama minta air putih pakai es, thanks Gas," pinta Damar untuk menu makan siangnya. Ia hanya ingin makan dengan cepat karena pekerjaan lain menunggu. Tak lama sebuah pesan dari Gasim masuk ke ponselnya.

"Gw dah jelasin ke Barry, kita gak akan nanganin kasus dia sama Ila. Mereka berdua dipersilakan untuk cari pengacara lain."

"Yakin Sim? Kontrak 3 tahun lho?"

"Gpp deh daripada abis itu lo ngambek dan gak mau jadi advisor firma bokap gw, bisa dirujak gw sama partners lainnya. Rejeki gak kemana"

"Duh sorry banget Sim, gara-gara gw lo harus kehilangan cuan ((emoji ketawa))"

"Tapi rejeki Nadira sama anak-anak weekend ini, ada di tangan lo"

"Maksud ?"

"Bayarin sewa lapangan golf kita weekend ini, biar uang gw hemat bisa dipake ajak bini sama keluarga makan enak hari Minggu."

"Busettt Alatas, medit lo ... Yaudah ayok, tapi jangan ajak Barry, asli masih kesel bet gw"

"((Sticker SIAPPP 86))"

Gasim Alatas, seorang senior partner di Alatas Santosa & Partners, salah satu firma hukum papan atas di Indonesia. Ayahnya adalah salah satu managing partner di firma tersebut. Bersama Radit dan Yuan, mereka berteman sejak SMA. Namun hanya Gasim yang sama-sama melanjutkan pendidikan S1-Hukum di Universitas Indonesia.

Sejak kepulangan Damar dari menyelesaikan program master di Harvard University, Ayah Gasim sering mengajak diskusi soal spesialisasi keahliannya, international business law. Hingga akhirnya dua tahun lalu, Ayah Gasim mengajak Damar bergabung menjadi advisor di AS & Partners. Damar sebenarnya memiliki lisensi sebagai pengacara, namun tidak pernah ia gunakan selain untuk membela kasus perusahaannya. Baskoro Mardani yang mendorongnya untuk mengambil tawaran itu, meski ditentang oleh Mouly.

🎀 ----------- 🎀

Pagi tadi pukul 11.00 di sebuah restoran di pusat Jakarta

Damar bisa merasakan ketegangan di seluruh badannya, ia tidak menginginkan pertemuan ini, tapi Gasim bersikeras pertemuan ketiga teman dekat ini harus dilakukan. Damar tak bisa menolak.

Sesampainya di restoran itu, mata Damar memincing dan mencari dimana sahabatnya duduk. Tak lama ia melihat Barry melambaikan tangan. Ketegangan itu mencapai leher Damar, canggung banget coy, batin Damar.

"Kurusan lo Mar? Capek banget apa lo di Banjarmasin?" sapa Barry saat Damar tiba di meja mereka.

"Yahhh..." jawab Damar ogah-ogahan.

"Lo bilang lah ama bokap lo, minta kurangin beban tugas. Lo kan anaknya juga, apa iya harus kerja sekeras itu," lanjut Barry asal.

Mendengar perkataan itu, Damar yakin Barry sedang menyindirnya sebagai sebagai anak angkat di keluarga Mardani.

"Yah namanya juga bukan pewaris, di kantor tetap aja dia pemilik saham terbesar, gw mah nurut boss lah. Bagus gw diangkat anak, hidup gw jadi sejahtera bertahun-tahun. Sekarang timbang balasannya kerja keras sedikit. Apa susahnya?" Damar tidak bermaksud mengeluarkan kalimat itu, tapi ia tidak bisa bohong kalau perasaannya tersinggung akibat perkataan Barry. Lo kan anaknya juga, apa maksud Barry?

Gasim yang melihat ketegangan di antara keduanya menyela"Udah woy bukan mau bahas nasib Damar kita sekarang. Gimana Bar, lo mau nyampein apa ke kita berdua?"

Barry menghela nafas dan berusaha mengatur kata-kata yang akan disampaikan.

"Seperti yang lo berdua tahu, gw sama Ila sepakat mau pisah. Tapi karena sebelum menikah kita gak bikin perjanjian pra-nikah, dan status kita yang sama-sama founder dan CEO Matur Suksma, jadi kita sama-sama butuh pengacara untuk bela kita," jelas Barry lalu diam lama menunggu tanggapan.

"Lanjut Bar, jelasin semuanya aja dulu," jawab Gasim. "Baru nanti tanggapan gw sama Damar." Melirik Damar yang tampak tidak peduli pada topik bahasan ini.

"Oke.. Kemarin gw minta firmanya Gasim untuk represent gw, ternyata Ila juga minta yang sama ... udah ketebak sih, karena penyelesaian sengketa gono-gini kita akan rumit, termasuk urusan intellectual property atas Matur Suksma." Barry diam sejenak, lalu tertawa kecil.

"Mungkin Kamila akan ngerasa Matur Suksma adalah hasil kerja keras dia. Nope, gak akan gw biarin," Barry menjelaskan. "That's why gw butuh AS & Partners. In-return gw akan bikin kontrak 3 tahun kerjasama bukan cuma untuk Matur Suksma tapi beberapa perusahaan bokap lainnya."

Damar melirik Gasim, memintanya untuk memberikan tanggapan terlebih dahulu.

"Gini Bar, lo sama Ila itu sahabat kita. Ila udah temenan sama kita dari SMA bahkan sama Damar dan Yuan udah dari SMP. Lo, gw sama Damar udah sahabatan dari jaman hobby ngecengin mahasiswi di Kantin Balsem sampai kita jadi kayak gini sekarang ... sulit bagi gw khususnya untuk menerima permintaan kalian berdua, apalagi kalau milih salah satu," kata Gasim dengan serius.

"Permasalahan Matur Suksma, biar gw bukan bagian dari tim. Tapi gw tahu perjuangan kalian dari awal ngerintis, susah payah. Jujur gw sedih kalau harus ada drama, karena keputusan kalian untuk pisah. Tapi as professional, gw akan bilang tawaran ini ke partners yang lain dan secepatnya kasih tanggapan ke lo," lanjut Gasim.

Barry hanya bisa mengangguk, "lo gimana Mar? Tanpa AS & Partners lo kan tetap bisa bela klien sendiri, lo akan bantu Ila?" tanya Barry, "mengingat lo sama dia..." ucap  Barry namun ragu untuk melanjutkan, takut membuat Damar tersinggung.

"Gw skip, gw gak akan bela siapa-siapa. Lagian bukan bidang gw. Gw gak pernah pegang kasus perceraian dan intellectual property," tegas Damar.

Lama terjadi kebisuan di antara ketiga sahabat itu, sebelum akhirnya cerita-cerita nostalgia mereka saat di FHUI dibicarakan, mencairkan ketegangan diantara ketiga sahabat itu. Namun tidak bagi Damar, hatinya masih kesal. Tawanya hanya untuk menutupi otaknya yang sedang bekerja keras mencari cara untuk segera cabut dari pertemuan ini.

City of EchoesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang