#7. Jjajangmyeon

133 19 10
                                    

Meski es garutnya sudah ternoda, Naya bersyukur tadi pagi mie ayam yamin komplitnya masih terselamatkan. Sehingga siang ini ia masih sangat merasa kekenyangan dan belum memutuskan akan makan siang dengan apa. Ia kembali terkenang kejadian tadi pagi, bagaimana Kika sibuk meminta maaf dan Damar sibuk protes.

Bagaimana lucunya ekspresi Damar dengan muka masam sambil protes dan juga sibuk mengelap meja. Satu hal yang membuat Naya terkesan ketika Damar bergegas bangkit untuk kembali memesan es garut, namun dilarang oleh Naya. Bahkan Damar refleks ikut mengelap tangan Naya yang terkena semburan.

Naya juga memperhatikan mata Damar yang penuh khawatir ketika Kika tersedak. Dengan sabar menepuk-nepuk punggung dan memegangi botol air mineral untuk meredakan batuk Kika. Mengapa kejadian tadi pagi masih Naya lihat jelas di bayangannya?

Naya sedang memasukkan jadwalnya di Google Calendar ketika sebuah pesan dari Damar masuk.

"Hai Naya, sorry ganggu. Tapi boleh tahu gak hari ini ada jadwal apa?"

Naya hanya bisa menatap layar gawainya sambil menggigit kuku ibu jarinya, bingung balasan apa yang harus dia ketik. Sementara Damar di tempat lain, sibuk memperhatikan status Naya yang sedang online. Namun air mukanya berubah seketika, Damar menggigit bibir bawahnya ketika tulisan online tersebut menghilang tanpa ada balasan atas pesan yang ia kirimkan tadi.

🎀 ----------- 🎀

"Well, see you next week Tim!" Naya mengucapkan perpisahan pada rekan project managernya di Rotterdam saat menyudahi meeting daringnya siang ini. Ia melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 14:55. Pandangannya ia alihkan keluar gedung kantor, Bundaran HI dan Patung Selamat Datang serta orang yang berlalu lalang di jalanan menjadi pemandangannya sore ini.

Naya menarik nafas panjang lalu menghembuskannya dengan keras, seolah hal-hal yang mengganggu pikirannya akan berlalu dengan kumpulan CO2 itu. Ia kembali meraih gawainya, membuka kembali aplikasi whatsapp, masih meragu membalas pesan yang dari tadi menyangkut di otaknya. Bukan Naya tak paham akan maksudnya, tapi ia khawatir akan hal di depan yang akan terjadi kalau pesan-pesan itu selalu saling bersambut.

"Hai Damar, maaf yah balasnya lama, tadi masih ada meeting."

"Hari ini? Cuma meeting aja seharian, kok."

Senyum Damar merekah saat mendapat balasan pesan yang ia tunggu. Ia tak langsung bergegas menjawab berharap masih ada pesan yang dikirim Naya. Kalimat yang akan diakhiri tanda tanya.

Sekian menit Damar menunggu, tapi pesan yg ia harapkan tak kunjung datang. Meninggalkan ia dalam kebingungan. Kalau gw nanya lagi, nanti bakal dikira bawel gak yah? Duh, balas apa nih?

Dan, Naya is typing...

"Kalau lo apa jadwalnya hari ini?"

🎀 ----------- 🎀

Besoknya

Jam menunjukkan pukul  11:05, terik matahari di luar bisa Naya rasakan dari balik meja kerjanya. Kurang dari satu jam lagi, ia punya janji makan siang dengan seseorang yang baru dikenal beberapa hari lalu. Ia kembali membaca pesan-pesan yang tak berhenti dikirimkan Damar sejak kemarin ia membalasnya.

Meski Naya berusaha sekuat hati menahan hati agar tidak terlihat antusias dan menanggapi seperlunya pada pesan-pesan itu. Ia juga menolak halus ajakan makan malam dengan pria itu, karena masih harus mempersiapkan materi sebagai moderator untuk seminar kantornya lusa nanti. Namun Naya senang, Damar tetap mengiriminya pesan bahkan hingga tadi.

City of EchoesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang