CHAPTER 60 | ☄️ N e m e s i s

94 14 3
                                    

"Ya,"

Rose meletakkan kembali ponselnya setelah panggilan dimatikan. Ekor matanya melirik sebuah mobil yang berada di beberapa barisan di belakang mobilnya.

Langit sudah mulai gelap.

Beberapa jam Rose mengendarai mobilnya menuju jalan yang bahkan tidak pernah mengarah ke rumahnya.

Rose tidak ragu-ragu saat akan berbelok atau tetap lurus sampai orang yang mengikutinya itu tidak sadar bahwa Rose hanya berjalan memutar sedari tadi.

Akting yang luar biasa.

Setelah melewati jalan-jalan sempit yang hanya bisa dilalui oleh satu mobil, Rose memberhentikan mobilnya.

Rumah-rumah yang ada di sekitarnya sepi seolah tidak berpenghuni.

Suasana yang sunyi dan mencekam itu membuat siluman kelinci berdebar menunggu apa yang akan dilakukan oleh tuan rumahnya.

Mobil yang mengikutinya dari awal itu perlahan berhenti diikuti dengan kaca mobil yang mulai terbuka.

Rose tidak bisa melihat siapa orang di dalamnya dengan jelas, namun dia tidak merasa takut sama sekali.

Apalagi saat sebuah pistol diarahkan padanya, Rose seolah telah menduganya dan mengambil sesuatu dari bawah kursi mobil.

[Orang ini sangat kuat! Tuan rumah harus sangat berhati-hati!]

Rose hanya mengangguk acuh tak acuh.

Ketika suara peluru yang ditembakkan itu terdengar, Rose mengarahkan senjatanya ke arah kaca depan mobil si penguntit dan melepaskan peluru tanpa ragu-ragu.

Peluru yang seharusnya mengenai Rose, tidak datang sama sekali. Sebaliknya, peluru itu berhasil memecahkan kaca depan mobil yang memperlihatkan seseorang berpakaian hitam di dalamnya.

Rose kembali menembakkan peluru seolah tidak memberi orang itu kesempatan untuk melawan balik.

Orang itu sepertinya telah mengharapkan serangan Rose. Sembari menghindari peluru yang datang beruntun, orang itu mengeluarkan sebuah bom dari sakunya dan melemparkan bom itu kearah mobil yang ditempati Rose.

Rose membuka pintu dan bergegas keluar. Sosoknya yang dengan cepat terhalang oleh asap yang beredar di seluruh penjuru membuat si penguntit merasa kesal lalu berlari mengikutinya dari belakang.

Rose berlari.

Di tengah pelariannya, Rose menekankan telunjuk tangannya ke jarum sehingga tetesan darah meresap ke salju. Memperlihatkan warna merah yang menyolok di antara warna putih.

Entah bagaimana Rose sampai di tempat yang penuh dengan salju ini. Seolah dia telah datang ke negara bersalju.

Seolah menyadari beberapa hal mengenai apa yang Rose pikirkan, siluman kelinci berkata. [Tuan rumah! Tempat bersalju ini sepertinya adalah suatu tempat rahasia yang tidak bisa dimasuki sembarangan orang. Saya tidak tahu keberuntungan apa yang membuat para penjaga itu berpencar menjauhi gerbang sehingga anda dapat masuk ke tempat ini!]

Rose melirik gerbang yang terbuka lalu menatap kawasan gubuk kecil yang ada di sekitar jalan dengan teliti. Tanpa menghentikan pendarahan di jari telunjuknya, Rose berlari mengitari tempat itu.

Siluman kelinci terkejut saat melihat Rose memasang radar di sekitar rumah tua yang terlihat seperti istana.

Setelah melakukannya, Rose kembali meletakkan radar di beberapa tempat.

Tak lama, penguntit itu kembali datang dengan pistolnya. Tanpa berbicara, penguntit itu langsung menembakkan peluru kearah Rose secara beruntun.

Rose menghindar sembari menyalakan bom asap yang terakhir.

𝐀𝐋𝐄𝐗𝐈𝐎𝐑𝐄: 𝐓𝐡𝐞 𝐌𝐲𝐬𝐭𝐞𝐫𝐲 𝐎𝐟 𝐍𝐨𝐯𝐞𝐥𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang