Part 6 | Finally

3.5K 518 88
                                    

Tak kunjung datang ke kamar,  Sabil memutuskan mencari Lian di luar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak kunjung datang ke kamar, Sabil memutuskan mencari Lian di luar. Dia melihat pintu balkon yang terbuka, lalu melangkah kesana.

"Mas kamu diluar?"
"Uhuk-Uhuk". Asap yang mengepul di balkon, membuat Sabil terbatuk-batuk.

"Mas kamu ngerokok?"

Lian yang sadar jika isterinya sudah ada dihadapannya kaget, dan langsung menyembunyikan rokok ditangannya kebelakang.

"Sayang belum tidur?"
"Maaf" . Rasa penyesalannya hadir ketika melihat wajah kecewa Sabil saat ini.

"Mas.." Tatapan Sabil ke Lian mengisyaratkan bahwa dia butuh penjelasan

"Kamu masuk dulu ya, nanti mas susul"

Sabil memutuskan masuk ke kamar, ada rasa kekecewaan dalam hatinya menemukan suaminya yang merokok diam-diam, dan ini juga kala pertamanya dia melihat Lian membakar batang tembakau itu. Pasti ada hal yang menggangunya, hingga hal ini bisa terjadi.

"Mas Lian ada masalah apa ya? kok dia tiba-tiba ngerokok di balkon" Sabil yang memutuskan masuk ke kamar lebih dulu, nyatanya tetap tidak tenang menantikan kehadiran Lian.

***
Usai membersihkan diri dari bau asap ditubuhnya, Lian masuk ke kamar dan langsung memeluk tubuh isterinya dari belakang. Dia biarkan bahu Sabil menopang kepalanya.

"Sayang maafin mas ya, belum habis dua batang kok sayang, udah keburu kamu datang".

Perlakuan Lian yang mendadak membuat Sabil risih, tapi sekarang bukan waktu yang tepat tuntuk mengomeli suaminya"
"Mas.. kenapa? Kalau memang ada masalah kamu bisa cerita ke aku ya, jangan dicari pelarian lain untuk menuntaskan masalahnya"

(ini apa gue jujur aja ya kalau gue jadi frustasi karena dituduh Gay sama dia dan sahabatnya)

Lian diam saja, dan sabil kembali menggoyangkan tubuhnya. Agar Lian menyadari jika dia sedang menunggu jawaban Lian.

Lian memutar tubuh isterinya, dan didudukannya di pinggiran ranjang. Lian duduk berjongkok di depan isterinya, dia genggam tangan Sabil.
"Sayang, mas tau kalau kamu masih belum siap untuk melakukan hal itu, tapi mas mohon jangan pernah beranggapan jika mas gay ya, hanya karena mas belum juga menyentuh kamu"

Sontak Sabil menutup mulutnya, dia merasa bersalah berkali-kali lipat untuk hal yang baru saja Lian katakan. Karena ini artinya Lian mendengar pembicaraannya dan Kiya di telpon, dan juga dialah yang menjadi alasan rokok yang sengaja Lian bakar tadi.

Sabil yang pikirannya dihuni rasa takut untuk memikirkan percintaanya dengan suaminya, sementara Lian yang berusaha memberi space kenyamanan untuk isterinya dengan tidak terburu-buru, malah membuat kesalahapahaman antar mereka. Tentu saja ini karena tidak adanya komunikasi untuk membahas kearah sana. Banyak muncul praduga diantara mereka.

"Mas.. maaf"
"Aku ngga ada maksud apapun"

"Iya mas tau kok, cuma mas saja berlebihan memikirkan ucapan kamu tadi. Sudah mas bilang kalau pun kamu siap mas bisa kapan saja eksekusinya sayang. Mungkin juga komunikasi kita yang kurang"

Bangun Cinta Satu AtapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang