Part 10 | Cemburuku Beralasan

3.4K 405 39
                                    

"Sayang, kamu lihat jam tangan mas ngga?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sayang, kamu lihat jam tangan mas ngga?"

"Di laci nomor dua mas"

"Sayang, kaos kaki mas yang warna putih dimana ya?"

"Udah aku siapin mas, di dekat koper"

Inilah keriwehan sepasang suami isteri ini, yang begitu antusias menyambut hari untuk mengenang segala memorinya di Bali sebelum menikah, dimana pada saat disana mereka belum mempunyai status apapun, dan banyak perdebatan kecil yang masih terjadi.  Apakah ini bisa dibilang honeymoon? Yah bisa jadi, walaupun tanpa berpergianpun mereka sudah seperti honeymoon karena hanya bertinggal berdua saja di atap yang sama.

"Udah siap balik lagi ketempat dimana mas menyatakan perasaan sama kamu?".  Lian menangkup kedua pipi isterinya.

"Sangat siap, semuanya masih terekam jelas mas.  Bagaimana kamu ambil foto candid aku yang jelek itu"

"Sayang, bukan itunya yang diinget.  Kejadian dihotel yang aku masakin spagetti itu harus jadi point teratas dalam memori kamu ya". Memeluk pinggang isterinya dengan manja, dan sesekali menoel hidung Sabil.

"Ohyang pak Lian nangis itu ya? yang katanya suka sama assisten katroknya itu?".  Sabil menggoda suaminya.

"Sayaaaang, jangan yang itu juga yang diinget"

"Hahahaha".  Sabil tertawa renyah, tak menyangka jika boss yang dulunya bermulut pedas melebih sambal ayam geprek, kini begitu pandai merengek seperti bayi kepada dirinya bahkan hanya untuk hal-hal yang tergolong sepeleh.

"Sayang, inget pesen mas ya, selama tiga hari mas, bang Rey dan Fernan akan disibukan dengan pekerjaan pemantauan perkembangan proyek.   Mas minta kamu jangan pernah pergi kemanapun sendirian, apalagi ditemanan sama orang yang ngga kamu kenal.  Kamu boleh keluar kalau bareng mba Ayna dan Kiya.  Itu juga harus izin dan infokan mas tujuannya kemana". 

Lian memberikan pesan kepada isterinya sebelum berpergian besok, sungguh sudah terlihat upaya Lian agar isterinya tidak berpapasan denga Artho, jika bisa Lian hanya inging mengikat tangan isterinya dengan tangannya agar bisa dia bawa kemana saja. Tapi sayangnya tidak bisa, karena tujuan awalnya kesini adalah untuj pekerjaan.

"Iya mas, aku akan ingat semua pesan dari suamiku". Sabil menaikan telapak kakiknya ke kaki suaminya dengan tangan yang melingkar penuh di pinggan Lian. Menyadari tumpuan pada kakinya, Lian pun mulai berjalan pelan-pelan lalu menjatuhkan tangannya melingkar juga dipinggang isterinya.

"Sayang, kamu beneran ngga punya mantan ya?"

"Kok tiba-tiba tanya itu?"

"Masa orang secantik kamu, ngga ada yang mau pacarin"

"Ah dusta! Dulu aja mas ngerjain aku terus, bilang katrok dan ngga buat nafsulah. Tapi liat sekarang sehari aja ngga bisa kalo ngga meluk, udah mirip bayi manjanya ngga ketolong lagi"

Bangun Cinta Satu AtapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang