14

190 42 9
                                    

Hiraishin Kunai
Namikaze Minato

Boruto memandang skeptis senjata tajam yang terkurung dalam kotak kaca. Berbeda dari kunai lain, kunai milik Namikaze memiliki tiga bilah. Boruto memotret berbagai sudut senjata itu seolah ia membutuhkannya untuk keperluan sains. Karena terlalu lama memandangi Hiraishin, rombongan Boruto yang lain telah meninggalkan spot tengah.

Boruto yang mengetahui hal itu merasa tidak terlalu khawatir. Ia bisa menyusul nanti. Ia masih ingin berlama-lama memandangi Hiraishin yang bersejarah.

"Ada yang bilang darah lebih kental daripada air." Seorang lelaki dewasa tiba-tiba muncul di samping Boruto, memotret kunai dengan kamera yang dipegangnya. "Kau setuju dengan kalimat itu?"

Boruto menyapu sekitar dengan matanya. Bertanya-tanya apakah pria di sampingnya ini sedang berbicara padanya atau bukan. Namun ia tidak menemukan siapapun di dekat mereka. Boruto menggaruk tengkuk canggung. Ia lanjut memotret kunai hiraishin sebelum pergi.

"Hai, Nak. Kau terpisah dengan rombonganmu?" tanya lelaki itu lagi.

Boruto mendongak dan melihat wajahnya dengan jelas. Ada plester ungu pada kelopak dan kantong matanya. Entah untuk tujuan apa, tapi menurut Boruto itu agak mencolok dan eksentrik. Dan apa-apaan pertanyaan tadi. Agak mencurigakan dan berbahaya.

"Tidak," bohong Boruto.

"Aku punya kunai yang seperti itu," kata lelaki itu. Ia mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya, kunai yang sama dengan yang ada pada kotak kaca di depan mereka. Ia menunjukkannya pada Boruto.

Boruto menjadi lebih siaga. Memangnya ada orang normal di dunia ini yang membawa senjata tajam ke mana-mana.

"Itu palsu, ya?" tanya Boruto, ia mencoba menenangkan diri sendiri.

"Hei! Kau tidak bisa membedakan mana yang asli dan palsu, ya. Jelas-jelas ini asli!" Lelaki itu tampak tersinggung.

"Oh begitu." Boruto mundur selangkah, mencoba kabur perlahan.

"Asal kau tau, aku pernah jadi murid Namikaze Minato," ucap lelaki itu bangga seraya berkacak pinggang.

Boruto mengangguk-angguk saja meskipun omongannya terdengar seperti bualan.

"Hei, Nak. Kenapa kau menjauh? Kemari, jangan pergi dulu," titah lelaki itu dengan tangan yang bergerak di udara.

"Ada apa, Paman?" tanya Boruto kembali mendekat meskipun masih memberi jarak.

"Kau mau ini?" tanya lelaki itu sambil menyodorkan kunai hiarishin miliknya.

"Tidak." Boruto tidak akan tertipu. Ia hapal betul trik menawarkan permen dan menculik yang sudah sangat klise.

"Ayolah aku tau menginginkannya."

Boruto melihat ke langit-langit museum, berharap ada satu saja CCTV yang menghadap mereka. Dan benar saja, ada satu yang menghadap langsung ke arahnya terpajang di sudut ruangan. Membuat Boruto sedikit lega.

"Kenapa kau mau memberikannya? Katamu itu asli, kenapa tak kau simpan saja?" tanya Boruto lebih berani dari sebelumnya.

"Tidak ada alasan tertentu, aku memberikan ini padamu hanya untuk bahan taruhan."

Boruto mengernyit, untuk apa bertaruh pada Boruto. Lelaki aneh. "Baiklah kalau kau memaksa."

Lelaki itu tersenyum lebar. Ia menyodorkan bagian gagang kunai untuk digenggam Boruto. Belum sempat Boruto berterima kasih, suara seseorang menggelegar dari arah pintu masuk.

"Kakashi! Teganya kau meninggalkan aku!"

Boruto menoleh ke arah teriakan tersebut dan menemukan lelaki berambut mangkuk yang terduduk di atas kursi roda tampak berapi-api karena marah. Boruto yakin pernah melihatnya di suatu tempat. Might Guy kah? Dan orang di sampingnya barusan dipanggil Kakashi. Boruto jelas tidak salah dengar. Ia menoleh kembali pada orang yang memberinya kunai, lelaki itu tampak nyengir sambil menggaruk tengkuk lalu menunduk pada Boruto.

"Ayo buat perjanjian. Kalau bertemu denganku lagi, kau harus mengembalikannya. Kalau kau tidak bertemu denganku, kunai itu jadi milikmu selamanya."

"Kakashi!" panggil lelaki berkusi roda lagi.

"Aku harus pergi." Kakashi mengalungkan kamera pada lehernya. "Aku percayakan itu padamu, Nak."

Boruto terdiam memandangi kepergian dua lelaki dewasa itu menghilang di balik pintu. Astaga, ini peristiwa bersejarah. Boruto berlari menyusul rombongan, ia harus ceritakan ini pada Ibu.

To be continued.
Gw seneng bgt ngeliat story ini dpt peringkat satu di tagar Naruhina sm Boruto. Like how?! Padahal cerita  ga jls penuh plot hole, tp kok bs dpt panggung.

And now i know it's because u guys. Thanks for supporting Boruto and Hinata all the time.

thanks for everything. babyeee!
follow me AmsiHere

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

It's Too Late, is It?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang