3. Avicenna

3.4K 392 32
                                        

Arthur kini berada di sekolah Savian dan Saveri. Dia kembali dihadapkan dengan kepala sekolah, dan orangtua siswa yang bermasalah dengan adiknya.

Arthur duduk di sofa dan di samping kiri kanannya ada Savian dan Saveri, kedua orangtua korban Savian duduk di sofa dengan anak mereka di tengah, lalu kepala sekolah duduk di single sofa.

"Saya mau anak itu dikeluarkan dari sekolah! Dia sudah memukuli anak saya! Bagaimanasih orangtuanya mendidiknya." Orangtua korban menunjuk-nunjuk Savian.

Savian menundukkan kepalanya, dia agak sensitif kalau sudah ada yang membawa orangtua, karena Saviankan memang tidak punya.

Arthur menghela napas berat, "Adik saya yang lain, saudara kembarnya Vian, Saveri, mengatakan kalau Vian memukul anak anda karena anak anda duluan yang membully Saveri, Vian hanya mencoba untuk membela saudara kembarnya."

Wajah kedua orangtua korban memerah karena kesal dan marah, "Membully? Bagaimana mungkin anak kami membully! Kami mendidik dia dengan baik, tidak seperti adikmu!"

Arthur menggertakkan giginya kesal, tipikal orangtua begini yang dia benci. Arthur menoleh menatap Saveri yang duduk di sisi kirinya, "Save, coba kamu ceritakan yang sebenarnya terjadi."

Saveri menunduk, dia memainkan jemarinya dengan gugup, "Dia..." Saveri menunjuk anak yang menjadi korban Savian, "Masukin cacing ke sepatu Save, terus dia malah ketawain Save. Sebelum-sebelumnya juga dia sering ambil uang Save, terus ilangi sepatu Save. Sebelum-sebelumnya Vian selalu bilang bakal balas dia, tapi Save cegah, sayangnya kemarin Vian kelepasan."

Arthur beralih menatap Savian di sebelah kanannya, "Vian, apa benar yang dibilang Save?"

Savian menganggukkan kepalanya, "Iya... Vian kesal karena dia gangguin Save terus."

Arthur kini beralih menatap kepala sekolah dan orangtua pelaku pembullyan Save, "Kalian sudah dengar kan?"

Wajah ibu si pelaku memerah, antara marah dan malu, "Apasih! Anak kami hanya bercanda, bercanda begituan doang kok dibawa serius! Pasti hidupnya pada nggak bahagia ya, makanya bercandaan begitu dianggap tidak lucu."

Arthur terkekeh sinis mendengar itu, "Melihat kalian para orangtuanya yang seperti ini, saya jadi tidak heran mengapa anak anda bisa tumbuh menjadi anak yang nakal. Sepertinya memang tidak semua orangtua siap memiliki anak ya."

Wajah kedua orangtua pelaku menjadi merah padam setelah mendengar perkataan Arthur, mereka hendak membalas kembali ucapan Arthur, tapi kepala sekolah lebih dulu menghentikan mereka.

"Sudah ya ibu, bapak, adek. Sebelum memanggil kalian, saya sudah lebih dulu mengecek CCTV dan mengintrogasi beberapa siswa terkait kelakuan anak dan adik-adik anda. Benar yang diucapkan oleh dik Arthur, Saveri memang sudan menjadi korban pembullyan. Tapi, saya tetap tidak bisa membernarkan tindakan Savian. Jadi saya putuskan untuk menghukum skorsing keduanya selama 1 minggu." Kepala sekolah menatap Arthur dan kedua orangtua pelaku dengan tatapan serius.

Arthur menghela napas lega. Syukurlah kepala sekolah adiknya ini adil dan waras. Dia jadi tidak perlu membela adiknya hingga berdarah-darah.

"Baiklah saya setuju." Arthur berucap to the point.

Kedua orangtua si pembully hendak mengajukan protes, tapi kepala sekolah lebih dulu memberi sinyal kalau keputusannya sudah bulat.

Sama seperti Alterio, Arthur juga tidak masalah jika Savian harus dihukum, selama dia memang salah.

Arthur menatap kedua adiknya yang tengah menundukkan kepala mereka. Arthur menepuk kepala keduanya, membuat mereka mendongak menatap Arthur. Arthur hanya memberikan senyuman, tanpa mengatakan apapun.

Arthurias : Soulmate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang