Selamat membaca dengan senang🌹
Perihal takdir, semuanya mempunyai, tidak ada yang tidak. Hanya saja jalan setiap orang yang mempunyai takdir itu berbeda, baik-buruk. Tinggal bagaimana cara menyikapi dan menghadapi.
Nathaniel kehilangan kedua orang tuanya di saat belia, melihat sendiri pembunuhan keji yang di lakukan oleh sang paman tiri. Trauma? Jelas, bahkan bayang-bayang di saat senja datang bersamaan dengan hentinya napas di raga keduanya.
Sakit rasanya tak mampu berkata, bahkan air mata pun tak bisa lagi bagaimana cara menjabarkannya.
Bertahan kemudian hanya demi sebuah dendam.
Namun, perkiraan dendam yang menjadi tujuan bertahan hidup kini beralih menjadi lebih kuat, demi sang pujaan hati, kali ini, dia harus bisa, kuat, hidup, senang, dan bahagia.
Benar, mencoba ikhlas atas semua yang berlalu itu tidak buruk. Akan tetapi bukan berarti melupakan semuanya, pembalasan tetap berlanjut.
Duduk di kursi kebesarannya dengan menatap lurus ke depan, tangannya ia ketukkan beberapa kali ke meja, hingga menimbulkan sebuah irama yang mengerikan bagi pendengarnya. Berlebihan? Tidak, suasana dan aura di dalam ruangan yang begitu buruk menjadi penyebabnya.
"Dia..., kabur?"
"Benar Tuan, saat melihat sendiri kondisi Robert, dia langsung pergi, bahkan meninggalkan pria paruh baya itu tanpa kata." jawab Naren, laki-laki itu mengelap keringatnya yang sebesar biji jagung, panas sekali padahal ruangan ber-Ac.
Nathan diam, lalu tak lama ia terkekeh pelan. "Apa dia juga mengetahui bagaimana kondisi wanita itu?" tanyanya lagi.
"Sudah Tuan, bahkan saat melihat Naqila dia tidak perduli. Seolah keduanya bukanlah orang yang saling mengenal sebelumnya." kali ini Deo yang menjawab, tidak tega juga dia melihat wajah tertekan Naren.
"Tahu ke mana dia pergi?"
"Tim hacker sedang melacak Tuan, tapi kami pastikan besok, dia sudah ada di ruang tahanan markas."
Nathan mengangguk mendengarnya, laki-laki itu mengibaskan tangannya ke depan. "Kalian boleh pergi." ucapnya.
"Baik Tuan, kami permisi dulu." tukas Deo dan Naren bersamaan.
"Kabur ya? Pergi ke ujung dunia sekalipun akan tetap ku cari. Nikmatilah waktumu yang hanya sebentar lagi itu, sebelum hancur yang paling tidak pernah terbayangkan menghampiri." gumam Nathan dengan kekehan kecil yang nampak menyeramkan.
Matanya beralih menatap figura kecil di atas meja, kertas-kertas yang berserakan Nathan bereskan, ia mengambil figura itu, menatapnya dengan senyuman yang lembut.
"Selamat sayang, kamu berhasil mengubah hidup menyedihkan laki-laki brengsek ini. Jika dunia lain dan kehidupan selanjutnya itu memang ada, tetap menjadi pasangan dan hidupku ya? Jangan pernah bosan meski mungkin jalannya tidak mulus." gumam Nathan.
"Akan ku penuhi perkataan ku untuk sembuh di saat semuanya telah selesai," lirihnya.
Tok!
Tok!
Tok!
Ceklek!
"Nath." Bianca mengintip sedikit dari celah pintu yang ia buka, matanya membola saat melihat Nathan.
"Tampan sekali." ujarnya yang menghadirkan tawa renyah seorang Nathaniel.
"Sini sayang." panggilnya, ia meletakkan kembali figura itu.
Dengan langkah pelan, Bianca berjalan menghampiri Nathan. Matanya menatap sekeliling ruangan dengan saksama, mengamati tempat dimana laki-lakinya berkerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Figuran : Change Destiny of The Antagonist (END) || Segera Terbit
FantasyDi novel 'Kisah Naqila', Nathaniel Varendra adalah sosok antagonis paling kejam. Ia bahkan tak segan membunuh seseorang yang dianggap mengusik ketenangan pujaan hatinya. Selain kejam, laki-laki itu juga menyandang gelar brengsek dan bajingan. Itu di...