Terungkap

1 1 0
                                    

Sekarang, tinggal Nana sendirian saja. Hawa dingin menyelimutinya, rasa bersalah muncul di hatinya. Ntah apa yang harus dilakukannya sekarang. Ia menangis sekencang-kencangnya, ruangan itu sekarang dipenuhi oleh tangisan sedih Nana. Ia menyadari bahwa ketiga temannya sudah lenyap dan tak akan pernah bisa bertemu lagi.

Tiba-tiba, meja yang digunakan untuk bermain mafia tadi mengeluarkan sesuatu. Sebuah peti yang bertuliskan "HADIAH UNTUK PEMENANG".

Nana mendekati peti itu dan membukanya dengan perlahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nana mendekati peti itu dan membukanya dengan perlahan. Ada beberapa dokumen dan foto di sana. Nana mengambil salah satu foto dan langsung mengenali wajah empat orang yang ada di foto itu. Wajah orang-orang yang ikut berpartisipasi dalam game mafia, yaitu Calvin, Kanaya, Azka, dan Dira.

Kemudian, ia mengambil dokumen itu dan membacanya dengan suara yang kecil. Tulisan pertama yang Nana lihat adalah nama-nama orang. "Azka, Kanaya, Dira, dan Calvin sebagai Abi... naya?" Nana membacanya dengan rasa
penasaran.

Saat Nana membalikkan kertas dokumen itu, ia melihat kertas dokumen selanjutnya. Kertas yang menampilkan nama Abinaya dan foto Calvin di sebelahnya. Apa maksud dari nama kakeknya di kertas itu? Kenapa ada foto Calvin di sebelahnya?
Beberapa saat Nana mencoba mencerna semua kejadian yang terjadi, ia perlahan menyadarinya ....

Berawal dari permainan monopoli yang ada di gudang kakek, termasuk ke dunia game, bermain bermacam game, bergabungnya sosok lelaki, bermain mafia dengan orang baru, teman-temannya yang lenyap, hingga fakta bahwa
Calvin sebagai kakeknya merupakan pembuat game monopoli ini? Dia perlahan paham dengan semua ini.

Nana terdiam dan tak bisa berkata-kata, semua ini sangat membuatnya merasa bersalah kepada teman-temannya. Jikalau saja ia tidak pernah penasaran dengan gudang yang tidak pernah dibuka itu, mungkin saja hal ini tidak akan terjadi.

Dengan posisi yang masih terdiam, Nana merasakan ada seseorang menepuk bahunya. "Sudah tau, kan?" Nana menoleh ke belakang. "Kamu, Calvin? Kenapa kamu tiba-tiba ada di sini?"

Calvin hanya diam dan menyeringai jahat. Lelaki itu menyilangkan lengannya di depan dada, menatap Nana yang tampak kaget dan bingung sedang berjalan mundur menjauhi dirinya. "Kau sangat naif, Nana. Aku heran kenapa penerusku di
masa depan sangat mudah dibodohi seperti ini?"

Begitu kata "Penerus" keluar dari mulut Calvin, kaki Nana berhenti berjalan dan tubuhnya menegang. Betul apa yang ia pikirkan tentang semua ini. Kemungkinan terburuk yang ia pikirkan benar-benar terjadi sekarang.

"Calvin... k-kau," ucap Nana dengan gagap. Ia benar-benar tak sanggup untuk melanjutkan perkataannya.
Calvin tersenyum jahat dan berjalan mendekati Nana. "Ya. Betul Nana, aku kakekmu," ujar Calvin yang sekarang semakin dekat dengan Nana.

Lagi-lagi Nana mundur perlahan untuk menjauhkan dirinya dari Calvin. Otak gadis itu bekerja keras, pikirannya sudah bercabang untuk mengelola fakta-fakta yang harus ia terima sekarang. Saat Nana terus mundur, tiba-tiba muncul sosok yang sangat ia sayangi. Itu adalah Kakek Nana yang sudah tua.

1st, Forbidden Game (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang