Epilog

1 1 0
                                    

Beberapa bulan berlalu, tetapi kesehatan kakek Nana tak kunjung membaik. Bahkan yang awalnya hanya batuk, beberapa Minggu
belakangan ini diselingi juga dengan demam dan beberapa penyakit lainnya. Namun, Nana tetap tak menyerah untuk membantu sang Kakek mendapatkan kesehatannya lagi. Ia terus merawatnya dengan sangat telaten dan selalu menemani kakeknya ke rumah sakit.

Hingga hari yang tak diinginkan menghampiri Nana. Pertahanan hatinya hancur. Pikiran Nana hanya berisikan wajah orang yang
sangat ia sayangi. Tatapan matanya kosong. Jiwa sang Kakek sudah pergi menuju sang pencipta, meninggalkan Nana yang sendirian. Tak ada harapan lagi bagi Nana.

"Na, jangan terlalu berlarut dalam kesedihan, kan masih ada kita," ujar Elissa mencoba menghibur temannya yang nampak tak terurus. Padahal sudah beberapa hari yang lalu kakeknya meninggal, tetapi Nana masih saja seperti raga tanpa jiwa.

"Iya tuh, kamu lupa kalo kamu punya teman yang baik hati kayak kita?" Balas Audrey dengan mengedipkan matanya beberapa kali. Sedangkan Aeri lebih memilih memeluk tubuh dan menepuk pelan lengan temannya.

Seketika tangisan Nana pecah. "A-aku kangen kakek aku," ucap Nana dengan sedikit terputus-putus karena menangis. Ketiga temannya langsung memeluk Nana. Mereka mencoba menenangkan Nana.

Pada akhirnya, Nana berhenti menangis karena lelah dan mencoba berdamai dengan keadaan yang sudah terjadi.

1st, Forbidden Game (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang