Happy reading dear💗
Percaya, lalu dipatahkan lantas di kecewakan adalah luka hati yang sulit sembuh. Berbagai cerita, tawa, suka dan duka telah di lalui bersama ternyata hanya semu.
Terlebih percaya itu dikhianati oleh orang terdekat, sakit yang tak bisa di jabarkan bagaimana rasanya, menangis diam tanpa kata, atau kecewa dengan luka.
Memang, kepercayaan itu di berikan dengan harapan mendapatkan hal yang sama, timbal balik, tapi ternyata salah.
Kesetaraan dalam hal apapun itu di perlukan, bukan membandingkan, tapi agar kedepannya tetap bahagia, senang dengan tawa.
Nathaniel Varendra
Dean Marvelino Anderson.
Ronier Altheya, dan...
Elias William.
Kesamaan perihal menyukai kedamaian, namun benci kebisingan ternyata mampu menjalinkan sebuah tali persahabatan di antara mereka.
Nyata adanya, jika keempatnya sering di sebut sebagai saudara saat sekolah dulu. Karena dimana ada Nathan, maka ada ketiganya.
Mempunyai sifat yang sama, Ron lebih dekat dengan El, bukan tidak dekat dengan Nathan maupun Dean, tapi yang mempunyai pikiran serta tingkah yang sama dengannya adalah Elias.
Umur keduanya juga berjarak tiga hari, dimana Ronier sedikit lebih tua dari Elias.
Menelan kekecewaan, Ronier memilih kembali ke Rusia, ia mengurus segala pekerjaannya disana, menyibukkan diri, berharap bisa sedikit mengobati kecewanya.
Dean, laki-laki itu juga menyibukkan diri dengan perusahaannya, beserta proyek besar yang akan ia bangun.
Sepuluh tahun bersahabat, ternyata tidak ada apa-apanya bagi Elias, hanya dianggapnya sebagai bentuk sebuah permainan.
Lucu ya? Takdir mempertemukan mereka, mengikat mereka dalam sebuah kata indah persahabatan, lalu di lululantahkan oleh satu orang.
Nathan, laki-laki itu menghela napas, ia mengusap kasar wajahnya.
Haruskah seperti ini?
Ingin Nathan menutup semua perilaku Elias, berpura-pura tidak tahu demi tetap utuhnya persahabatan mereka.
Namun, dia tidak bisa. Masa lalu dan dirinya yang kembali mengulang waktu adalah untuk mengungkap segala rahasia hidupnya.
Membalas mereka semua yang terlibat.
Inilah tujuannya.
Tapi... saat semuanya terungkap, ternyata rasanya semenyakitkan ini ya?
"Apa lega?"
Nathan menoleh, di tatapnya wajah cantik perempuannya yang tersenyum manis. Bentuk obat dari segala resah hati dan pikirannya.
"Boleh aku memelukmu?" ujar Nathan ragu, terdengar kelirihan dari nada itu.
Tanpa kata, Bianca memeluk tubuh tegap itu, menyalurkan segala ketenangan yang ia punya. Di usapnya lembut bahu Nathan yang sedikit bergetar, Bianca tahu, lelakinya menangis.
"Menangislah Nath, semua orang berhak akan hal itu saat bibir tidak bisa lagi berkata, betapa kecewanya kamu atas takdir yang ada." ucap Bianca lembut.
"Tidak apa-apa, tidak apa-apa, semuanya akan baik-baik saja." katanya lagi.
"Tinggal dirimu, memaafkan yang sudah berlalu, dan berdamai dengan masa lalu." tambahnya.
Bianca tahu apa yang Nathan lakukan, tapi ia juga peka bagaimana perasaan laki-laki itu sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Figuran : Change Destiny of The Antagonist (END) || Segera Terbit
FantasyDi novel 'Kisah Naqila', Nathaniel Varendra adalah sosok antagonis paling kejam. Ia bahkan tak segan membunuh seseorang yang dianggap mengusik ketenangan pujaan hatinya. Selain kejam, laki-laki itu juga menyandang gelar brengsek dan bajingan. Itu di...