2014

97 8 1
                                    

2014

Salah satu tempat makan di kota Malang cukup terkenal dan ramai pembeli, siapa yang tidak kenal dengan WARUNG PAK DAYAT. Warung yang menyediakan makanan prasmanan ini terkenal murah dan nikmat. Tak heran banyak orang lalu lalang membeli dan makan langsung di tempat. Yang berbeda dari prasmanan ditempat lainnya adalah setiap makanan di sana apapun itu menunya harus diberi kuah, meskipun sedikit. Itu adalah ciri khas cita rasa yang diberikan khusus dari Pak Dayat sendiri.

Pak Dayat adalah pria berusia 35 tahun, pekerja keras dan murah senyum. Dia membangun usahanya itu dibantu oleh sang istri, Bu Murti yang karakternya berbanding terbalik dengan Pak Dayat. Bu Murti lebih ke jutek dan ketus dalam berbicara.

Bu Murti dibantu 1 pekerja wanita saja yang dimana itu adalah saudara kandung dari Bu Murti. Terbilang hebat, karena masakan seenak itu dibuat oleh 2 orang saja.

Pak Dayat sangat senang melihat para pelanggan makan di warungnya dengan lahap. Hari demi hari berjalan seperti biasanya, bahkan sesekali membludak pesanan.

Minggu pagi, Pak Robi dan Bu Tina datang ke warung Pak Dayat. Ini adalah kali pertama mereka datang kesini, karena sebelumnya mereka hanya mendengar cerita dari teman-temannya bahkan ingin sekedar mampir beli lauk saja tidak sempat, saking ramainya.

Di dalam ruangan sudah ada sekitar 15 orang makan di tempat itu, padahal masih jam 08.00. Seperti biasa, Pak Dayat menyapa pelanggannya dengan ramah, menanyakan apa yang ingin mereka pesan,
"Sugeng enjing, Buk, Pak. Pesen nopo?,"

Sambil melihat-lihat menu prasmanan yang tersedia,
"Kulo rawon e 2, nambah endok kabeh yo." Ucap Bu Tina.

"Enjih, Buk. Nginum e?,"

"Eumm, es teh siji, teh anget e siji,"

"Siap, Buk. Monggo dirantosi,"

Setelah itu, Pak Dayat menyiapkan makanannya. Sedangkan Pak Robi dan Bu Tina mencari tempat duduk. Beberapa lama kemudian makanan sudah datang, saat dimakan ternyata memang benar kalau rasa dari warung Pak Dayat ini berbeda. Enaknya beda.

"Enak nemen, Pak. Pantes warung e rame,"

Menganggukkan kepala,
"Bener, Buk. Koyoke iki bakal dadi langganan e awak dewe, Buk."

Dengan lahap mereka menghabiskan makanan tidak sampai 30 menit sudah habis. Setelah merasa kenyang, mereka memutuskan untuk meninggalkan tempat tersebut.

"Eh, Pak. Bungkus bali endok e 4, Karo tumis kangkung e se porsi" Ujar Bu Tina ke Pak Dayat.

Pak Dayat menyiapkan menu pilihan Bu Tina,
"Sampun?,"

Bu Tina menganggukkan kepala.

Setelah pembungkusan makanan selesai, Pak Robi menanyakan total pembayarannya,
"Kabeh totale piro?,"

"58.000, Pak."

Pak Robi mengeluarkan dompet, sebelum membayarkan, Pak Dayat menambahkan obrolan,
"Nyang mriki pembayaran e nganggo KTP, Pak. Bapak mbeto KTP?,"

Keduanya tertegun, karena baru kali ini mereka menemui metode pembayaran seperti ini. Melihat Bu Tina dan Pak Robi kebingungan, Pak Dayat menjelaskan,
"Maksud kulo, pinjem KTP badhe kulo catet nami lan alamate mawon, ten mriki tiap akhir bulan wonten pengundian hadiah."

OMAH GETIHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang