2014 - Part 3

66 5 0
                                    

"Aku pamit ning omahe Bi Inah njih, Pak. Koyok e bahan di nggo mene ono sing entek," Pinta Bu Tina, menyiapkan dompet, berpamitan ke Pak Robi yang duduk santai di Ruang keluarga. Hari ini warung mereka libur.

"Iyo, ojo sui-sui loh. Mengko sampek jam 9 neh koyok wingi, ndisikno ngerumpi."

Bu Tina senyum kecil,
"Ora, yowis Pak aku budal disik."

Bu Tina keluar rumah, menutup pintu. Sedangkan Pak Robi berjalan ke kamar Anya, melihat Anya menghibur adiknya yang kini sudah berusia 6 bulan,
"Gantian Bapak sing njogo adikmu, kowe mangan o sik."

Anya menoleh ke Pak Robi,
"Mengko wae, Pak. Ndelok adik rasane luwe dadi wareg. Seneng aku."

Pak Robi mengelus kepala Anya,
"Aduh, aduh. Anak e Bapak wis pinter omong ngene, tak jawil loh."

Mencolek pinggul Anya, Anya yang merasa geli berkata,
"Pak, geli to."

Pak Robi menggendong Bayu, Bayu juga tipe bayi penurut dan gak rewel.

"Aku metu tumbas jajan sik yo, Pak."

"Iyo, ati-ati."

Anya keluar kamar dan berjalan menuju warung snack yang ada di blok rumahnya. Pak Robi menjaga Bayu, bergiliran dengan Anya maupun Bu Tina.

🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍

Jam menunjukkan pukul 8 malam, sudah 4 jam Bu Tina tidak kunjung kembali ke rumah. Pak Robi tidak terlalu cemas hanya saja tadi pamitnya ke rumah Bi Inah saja, kok selama ini.

Di ruang keluarga, Pak Robi beberapa kali melihat ke arah luar rumah,
"Ibukmu genah e nyang ndi yo, nduk?"

"Biasane njih mulih e mbengi, Pak. Njagong disik karo kanca-kancane."

Dari kejauhan, terlihat Bu Tina tertatih-tatih membawa beberapa bahan belanjaan, berat. Bu Tina meletakkan barang bawaan sebanyak itu di ruang keluarga, nafas tak beraturan,
"Pegel nemen, Pak."

"Pegel ngerumpine ta?"

"Ora, golek sawi iki mang ora nemu-nemu akhire nang deso sebelah diluk."

Sambil membersihkan kotoran debu dibajunya Bu Tina melanjutkan,
"Sik yo, Pak. Ibuk ganti klambi sik. Gatel-gatel rasane."

"Iyowis ndang ganti, iki anakmu rodok rewel diluk nggoleki ibuke."

"Isoae alasane. Nduk, tolong gawakno blonjoane ibuk nang dapur."

"Enjih, Buk."

Anya membawa beberapa barang belanjaan Bu Tina. Memang berat, hingga Anya harus 2 kali membawa barang belanjaan itu semua. Bu Tina adalah wanita yang sedikit cerewet namun sayang sama keluarganya. Apapun dia lakukan agar keluarganya bahagia, itu kunci Bu Tina.

🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍

Suasana pagi ini seperti biasanya di warung Pak Robi, ramai pembeli. Obrolan para pembeli bersahutan, Pak Robi sibuk melayani mereka. Jika jam kerja seperti ini, Bayu dititipkan di rumah neneknya yang tidak jauh dari rumah keluarga Pak Robi. Cukup aman karena selain nenek, ada Tante Aulia yang ikut menjaga Bayu.

Pak Robi dibuat kepo dengan salah satu obrolan pembeli,
"Eh Kon weruh, ora?, Pak Dayat wingi mbengi ganok umur."

"Sedo?, emang wong e sak keluargane manggon ning ndi?," Tanya temannya, pria berkemeja yang sepertinya hendak pergi bekerja.

"Aku oleh info tibake Pak Dayat iku manggon ning Deso Wegalsari,"

Desa Wegalsari, desa sepi penduduk yang jarak dari Desa ini hanya 30 menitan.

"Ohhh, terus-terus."

"Ganok umure medeni, gantung diri diwalik. Sirahe nyang ngisor, sikil e kejiret di nduwor."

"Innalilahi, iki rupane gara-gara penglaris e mbiyen. Saiki kan wong e gak dodolan, medi e njaok tumbal. Ganok sing ditumbalno, yo wong e dewe sing ditandangi jin e."

"Husssttt, gak oleh ngomong ngono. Wes-wes, ayo mangan, entekno."

Innalilahi. Ternyata Pak Dayat sudah meninggal dunia dengan cara yang gak wajar. Entah bagaimana kronologi kejadiannya, semoga ini menjadi pembelajaran buat Pak Robi agar lebih mawas diri.

🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍

"Bapak mang krungu-krungu teko wong tuku mang isuk, lek Pak Dayat wis sedo."

Bu Tina mengetahui ucapan suaminya barusan tidak bereaksi apa-apa,
"Terus?, kenopo pak?"

"Ora popo, Bapak mek kaget ae. Jare ganok umure gak wajar, awake digantung ngewalik."

Masih bebersih etalase,
"Iku polahe dewe, wong sing main barang ra genah, matine pasti yo ora wajar. Awake gak kenal Pak Dayat piye asline, dadi yowis jarne, Pak."

Pak Robi terdiam.

Memang, Pak Robi adalah tipe orang pemikir, apapun itu. Sedangkan Bu Tina, kalau suka ya bilang suka, kalau gak suka pasti bakal berkata panjang lebar.

🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍

Semakin hari semakin rame, bahkan kali ini seminggu bisa sampai 3 kali menerima pesanan catering. Hingga sedikit kuwalahan dan Pak Robi mengajak 1 karyawan laki-laki yang tak lain adalah tetangganya sendiri bernama Pak Awam.

Mereka sangat senang, karena hampir tidak pernah sepi. Kesibukan mereka terus bertambah. Hingga beberapa minggu kemudian, Pak Robi berhasil membeli sepeda motor baru dan memperbaiki rumahnya.

Kehidupan keluarga Pak Robi seketika berubah menjadi lebih baik.

🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍

OMAH GETIHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang