LUWIH NEMEN

7 1 0
                                    

Kehidupan keluarga Pak Robi sedikit lebih membaik selama beberapa hari setelah kepergian Bu Utami.

Tepat jam 4 pagi, Anya terbangun karena ingin ke kamar mandi. Saat keluar kamar, dilihat samar-samar di Dapur ada Bayu berada di depan kompor, rupanya sedang merebus air. Tumben. Biasanya Bayu merebus air jam 5 atau jam 6 pagi.

"Dek?, kok isuk men seh?,"

Bayu menghiraukan pertanyaan Anya. Dengan mata masih sayup, Anya memastikan,
"Mariki mbak bantu, sek entenono."

Anya bergegas ke kamar mandi. Beberapa lama kemudian Anya keluar. Masih melihat adiknya terdiam.

"Dek?,"

Tiba-tiba Bayu memegang keras pegangan panci air tanpa alas. Sangat erat. Kepalanya yang dari tadi tertunduk langsung mendongakkan kepala, menatap Anya,
"Tolongono aku, Mbak."

Panci air diangkat ke atas, dengan kesadaran penuh Bayu menuangkan air panas itu ke sekujur tubuhnya dari kepala. Anya benar-benar kaget dan syok,
"BAYUUUU!!!!,"

Bayu tergeletak pingsan. Anya menghampiri dan memeluk sang adik,
"IBUKKK!!!, BAPAKK!!!, ADEK, BUK!, PAK!."

Bu Tina dan Pak Robi keluar kamar, bergegas membantu. Sama-sama kaget melihat apa yang terjadi subuh ini.

"Opo o adekmu, Nduk?," tanya Pak Robi dengan nada terengah-engah.

Menggelengkan kepala,
"Ora weruh, Pak. Aku weruhe adek ndadak nyiram awak e dewe karo banyu panas iki,"

Pak Robi tau ini sepertinya ada yang tidak beres terjadi,
"Entenono kene, Bapak siapne montor ning njobo sek, digowo ning rumah sakit wae."

Saat Pak Robi ingin beranjak dari Dapur, lampu mendadak berkedip-kedip.

Bayu terbangun, semua mata tertuju ke anak itu. Tapi beda. Kedua matanya melotot memerah, berdiri dan menatap ketiga anggota keluarganya.

"Bayu?,"

Mengambil pisau daging, semuanya panik, Pak Robi berlari ingin menolong tidak bisa, badannya terlempar terpental.

"Keluarga ngapusi, tak pateni anak ragilmu!!," suara wanita meraung keluar dari mulut Bayu. Ternyata Bayu kerasukan sosok wanita tersebut. Mungkin sosok yang dilihat Bu Tina waktu itu.

SSLLLPPP.....

Wanita tersebut mengambil alih badan Bayu, membuat Bayu mengelupas dan menggosok seluruh badannya dengan pisau. Serasa gatal yang tak tertahan hingga pisau pun dijadikan alat menghilangkan gatal sekaligus menghilangkan nyawa.

Bayu terus menggaruk badannya dengan pisau, banyak darah keluar dari kulit-kulit yang terkelupas. Terakhir, Bayu menancapkan pisau itu ke keningnya.

"BAYUUU!!!!,"

Tergeletak.
Bayu tewas ditempat dengan bersimpah darah. Semua syok, terutama Bu Tina. Ia berlari memeluk Bayu,
"Leee!!!!, tangio, leee..,"

Semuanya menangis, terpukul. Kematian macam apa yang mereka lihat barusan, tidak wajar.

"Iki ono opo seh, Buk?," tanya Anya.

"Ibuk ora ngerti, Nduk!,"

Bayu sangat menderita akhir-akhir ini, dan sangat disayangkan ia tidak sembuh malah meninggal dengan cara tidak wajar seperti sekarang.

🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍

Kematian Bayu membuat semuanya bingung, terpukul, emosi, campur aduk. Warung sementara tutup. Tidak ada pengajian, karena memang Pak Robi tidak mengadakan doa bersama. Menurutnya, cukup keluarganya saja yang memberikan doa-doa terbaik buat Bayu. Selain itu, dia ingin sang istri lekas pulih dari insiden yang terjadi tadi pagi.

OMAH GETIHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang