PERLAHAN DATANG

50 4 0
                                    

2024

"Buk, Pak... Adek iki kenopo tangan sikil e?" Teriak Anya memanggil kedua orang tuanya dari dalam kamar Bayu.

Bu Tina dan Pak Robi datang, mereka berdua terkejut melihat kondisi tangan dan kaki Bayu seperti itu. Bentolan besar dan bernanah menggerogoti tangan kaki Bayu.

"Ibuk...," rintihan Bayu, kesakitan karena merasa seluruh badannya gatal.

"Di gowo nang rumah sakit ae, piye?" Ucap Pak Robi.

"Ojo sik, Pak. Diobati biasa ae. Iki rupane Bayu alergi mangkane koyo ngene." Jawab Bu Tina sambil mengambil obat di kotak P3K.

Sambil mengoleskan salep disekitar benjolan tangan dan kaki Bayu, Bu Tina berkata,
"Mariki ojo mangan sing aneh-aneh to, Le. Diloken badanmu, alergi."

Bayu tidak mau berkata panjang karena memang kesakitan dan perih,
"Iyo, Buk."

Pak Dayat cemas, tidak seperti biasanya Bayu seperti ini,
"Iki tenan ora popo a, Buk?"

"Tenan, Pak."

"Jogoen adikmu, mengko lek kate budhal kerjo telepon en ibuk."

Anya menganggukkan kepala.

Pak Robi dan Bu Tina keluar kamar, Anya menatap adiknya yang sedikit sudah tidak merasakan gatal lagi karena efek salep yang Bu Tina oleskan.

"Mbak?"

"Dalem, Dek?"

Tatapan Bayu serius, berkaca-kaca,
"Aku wedi, Mbak."

Anya gak tau apa yang dimaksud Bayu,
"Wedi opo, Dek? Ono mbak dikene."

"Kancani aku yo, Mbak?" Rintih Bayu, sambil menggenggam erat tangan Anya.

Mengelus-elus rambut Bayu,
"Iyo, Mbak njogo sampeyan. Tapi, mengko lek Mbak kerjo, sampeyan dijogo Ibuk."

Bayu tersenyum kecil, menganggukkan kepala,
"Suwon yo, Mbak."

"Podo-podo, Dek."

Bayu sedikit lega dengan kalimat penenang Anya. Entah apa yang ditakutkan, mungkin takut sendirian atau yang lain.

 Entah apa yang ditakutkan, mungkin takut sendirian atau yang lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍

Anya mencium bau anyir dari belakang warung, karena warung Pak Robi sendiri berada di samping rumah nya, membelakangi.

Anya ke dapur menemui ibunya,
"Buk, aku budhal kerjo disek. Adek turu."

"Iyo, mariki ibuk mulih."

Saat hendak keluar dapur, Anya baru ingat dengan bau anyir di belakang warung,
"Oiyo, Buk. Ambu anyir ndek mburi warung iku opo seh? Ambune nyengat."

"Ora weruh, Nduk."

"Paling ambune batang tikus, Nduk." Cetus Bu Utami.

"Mosok anyir ambune batang tikus, Buk Ut."

"Wis ndang budhal, telat ngkok. Ghibah karo Bu Utami ae." Lerai Bu Tina, sedikit tertawa.

"Iyo-iyo."

Anya juga berpamitan ke Pak Robi, berjalan keluar warung. Menghiraukan pikiran mengenai bau anyir di belakang warung tadi.

🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍

Hari ini jadwalnya Anya menjaga laundry sendirian. Ruangan yang minimalis itu membuat Anya terkadang bosan jika tidak ada pesanan laundry.

Tak lama datanglah pelanggan laundry, remaja wanita dengan tubuh tinggi ramping menemui Anya,
"Permisi, Kak. Mau ambil laundry atas nama Maya."

"Boleh lihat struk buktinya?,"

Wanita itu bernama Maya, mengambil selembar kertas kecil di saku celana belakang, lalu ditunjukkan ke Anya. Anya mengiyakan dan berkata,
"Baik, Kak. Ditunggu."

Anya ke ruang belakang, tempat laundry bersih dan kotor ada di belakang ruangan kasir. Sesampainya di ruang belakang, Anya mencari laundry atas nama Maya ditumpukan laundry bersih rak besi.

Sudah menemukan, isinya kemungkinan hanya 1 kg. Saat ingin kembali ke ruang depan, ada suara gemuruh dari dalam mesin laundry. Mesin laundry itu bergerak-gerak, seolah ada sesuatu didalamnya.

Tatapan Maya terus ke arah mesin itu, hingga tak sadar laundry bersih milik Maya tergeletak. Tatapan kosong. Mesin laundry itu semakin keras bergerak.

BRAKKK GUBRAKKKK.....

"Mbak, tolongono Bayu, Mbak...," rintihan Bayu, terdengar jelas dari dalam mesin laundry.

Apa iya Bayu ada di dalam mesin laundry? Sejak kapan? Dan gak mungkin. Tapi, suara itu sangat jelas. Rintihan Bayu semakin mengeras, menganggu telinga Anya.

Anya berjalan pelan mendekat, langkah demi langkah pelan menghampiri mesin laundry. Saat sampai, Anya menyentuh mesin itu. Diam. Mesin laundry terdiam dan sudah tidak bergerak.

Anya melihat dari kaca mesin laundry yang berbentuk lingkaran bagian tengah, memang ada adiknya, menangis menatap pilu ke arah Anya,
"Mbak, aku gurung siap mati, Mbak.."

SSRRRGGGG........

Mesin laundry itu bergerak, menggulung badan Bayu hingga Bayu berteriak kesakitan,
"Mbakk!!!, loro, mbakkk!!!! Aaghhh!!"

Anya langsung tergeletak syok melihat kejadian itu, dia melihat jelas Bayu digulung hingga di dalam mesin laundry tersebut penuh darah dan daging potongan dari mayat Bayu.

"Bayuuu!!!!!," ucap Anya sambil menggedor-gedor mesin cuci yang tidak bisa dibuka.

Anya benar-benar syok, Bayu sudah tewas tergulung mesin laundry, tak bersisa.

Anya memejamkan mata, menggaruk-garuk kepalanya, berharap ini semua hanya halusinasi.

"Kak?,"

Suara Maya memecah konsentrasi Anya, ternyata ini semua hanya halusinasi Anya.

Nafas Anya terengah-engah, tidak beraturan. Maya bertanya,
"Kak, kenapa kak?"

Anya hanya menggelengkan kepala,
"Enggak, gak papa, Kak."

Anya berdiri, mengambil laundry bersih milik Maya,
"Maaf ya, Kak. Menunggu lama."

"Aman, Kak. Kamu jangan banyak ngelamun ya, Kak." Ucap Maya, menerima bingkisan laundry yang diberikan Anya.

"Uangnya sudah saya taruk di depan ya, Kak."

Maya meninggalkan Anya diruangan belakang sendirian. Sedangkan Anya masih terbayang-bayang dengan apa yang dipikirannya barusan. Gila. Tidak pernah ini terjadi dikehidupannya.

 Tidak pernah ini terjadi dikehidupannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍

OMAH GETIHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang