2014 - Part 2

93 6 0
                                    

Sudah sebulan, Pak Dayat dan Bu Murti tidak terlihat di desa ini. Para warga memang berniat mengusir mereka sejak mengetahui apa yang terjadi di warung itu. Namun, tidak ada kabar sama sekali mengenai keberadaan mereka. Seperti hilang tertelan bumi.

Pak Robi ingin membuka usaha warung prasmanan seperti Pak Dayat, namun dia ragu. Dia juga takut di cap sebagai 'plagiat' atau peniru. Ini bukan niat dia menyaingi atau gimana. Pak Robi berniat berjualan prasmanan karena di tempatnya jarang dan langka warung prasmanan.

"Bingung Bapak, Buk." Kata Pak Robi, dengan wajah kebingungan.

Bu Tina mendekati sang suami yang terlihat sedih di teras rumah,
"Bingung opo o, Pak?"

"Emange misal bapak buka prasmanan iku termasuk niru-niru Pak Dayat ora, Buk?"

Bu Tina menggelengkan kepala,
"Yo ora lah, Pak. Usaha Pak Dayat kan wis gulung tikar kasarane. Lek Bapak ape buka yo gak popo, awak dewe nyewo ruko sing cedhak-cedhak kene."

Pak Robi masih bingung.

"Bapak pingin buka usaha prasmanan?"

"Iyo, Buk. Tapi dodolane ning sekitaran deso kene wae, Buk. Sopo ngerti rame koyok Pak Dayat mbiyen."

"Gak popo, Pak. Di sebelah omah iki kan ono lahan kosonge awak dewe. Mulai teko nol yo nggawe usaha bareng-bareng?" Jelas Bu Tina,
"Ibu dukung."

Keraguan sudah sedikit memudar, Pak Robi yakin ingin membuka usaha warung prasmanan itu. Tidak meniru Pak Dayat, tapi akan ada beberapa perbedaan agar tidak terkesan sebagai peniru.

🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍

Beberapa bulan setelah pembangunan usaha prasmanan, akhirnya di bulan ke 3 tempat Pak Robi berjualan sudah resmi dibuka. Tempatnya masih tergolong biasa namun bersih dan tertata rapi. Pak Robi semangat berjualan dibantu Bu Tina dan Bu Utami, rekan kerja baru sekaligus sahabatnya Bu Tina.

Diawal-awal memang sedikit sepi, karena para warga masih ragu dengan usaha yang hampir sama dengan Pak Dayat dulu. Namun, beberapa pengakuan dari para pembeli memang masakan di Warung Pak Robi lebih enak dan lezat. Selain itu, para pembeli juga bisa mengambil kuah sendiri jika mereka membeli rawon maupun soto. Disana tidak menyediakan baso, hanya lauk pauk dan makanan kuah rawon soto saja.

Hari demi hari, para warga maupun pembeli mulai mempercayai kalau warung Pak Robi tidak memakai aneh aneh. Karena rasanya saat dimakan ditempat maupun dirumah masih sama enaknya.

"Alhamdulillah dino iki warunge awak dewe rame yo, Buk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Alhamdulillah dino iki warunge awak dewe rame yo, Buk." Ujar Pak Robi setelah membersihkan meja makannya, bersiap-siap untuk menutup warungnya karena jam sudah menunjukkan pukul 9 malam.

Dibalik etalase makanan, Bu Tina menjawab,
"Iyo, Pak. Usaha bapak wis dipercoyoi wong-wong pisan."

"Dadi, awak dewe kudu luwih semangat yo, Buk?"

"Kudu semangat dong. Iyo opo ora, Ut?"

Dari Dapur, Bu Utami menyaut obrolan,
"Semangat empat lima iki, Tin."

Mereka bertiga menutup warung dengan berbagai obrolan random. Sesederhana itu kebahagiaan Pak Robi. Usaha yang baru dirintis cukup ramai pembeli.

🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍

Sebulan berjalannya usaha Pak Robi masih sama, makin ramai. Sesekali mereka menerima pesanan catering untuk acara besar.

Hari Sabtu pagi, seperti biasanya Pak Robi melayani pelanggan. Masih sedikit sepi karena jam menunjukkan pukul 6 pagi.

Pak Robi dibuat penasaran dengan sosok pria berjaket hitam. Pria itu juga memakai masker dan topi, menutupi identitasnya. Namun, Pak Robi tidak mengenalinya. Yang membuat aneh adalah pria itu sudah berdiri menatap warungnya selama 15 menit.

Setelah melayani pelanggannya, Pak Robi berniat mendekati pria tersebut. Saat sudah keluar warung, pria itu menyadari kalau Pak Robi ingin menghampirinya, kemudian lari dengan cepat, menghilang. Pak Robi bingung, karena dia hanya ingin tahu saja, barang kali pria itu ingin membeli di warungnya namun tidak ada uang, mungkin.

Pak Robi tidak mengambil pusing, menghiraukannya dan kembali ke dalam warung.

🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍

Jam menunjukkan pukul 8 malam, Bu Utami membersihkan teras warung karena kondisi warung saat ini sudah sepi. Pak Robi duduk santai di kursinya sedangkan Bu Tina mencuci piring gelas di Dapur.

Bu Utami adalah wanita periang yang sudah berkeluarga, memiliki 3 anak laki-laki, dan sahabat dekatnya Bu Tina. Jadi keduanya sudah tau karakter satu dengan yang lainnya.

Tengah asyik menyapu teras warung, Bu Utami dibuat curiga dengan gundukan di kanan warung. Seperti baru ada galian kecil disitu. Tanpa mengkonfirmasi ke Pak Robi, Bu Utami langsung membongkar gundukan tanah tersebut.

Ditemukan bungkusan kecil plastik hitam, didalamnya seperti jimat dan sedikit potongan rambut. Bu Utami kaget,
"Tina..., Robi...,"

Bu Tina dan Pak Robi menghampiri Bu Utami,
"Ono opo, Ut?"

Bu Utami mengajak keduanya masuk ke dalam warung, dan memberitahu bukti barang aneh di meja pembeli.

Bu Utami mengajak keduanya masuk ke dalam warung, dan memberitahu bukti barang aneh di meja pembeli

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku nemu iki,"

Sepasang suami istri itu kaget, sejak kapan ada barang aneh seperti ini, karena mereka merasa baik-baik aja.

"Iki ndek endi, Ut?" Tanya Bu Tina.

Pak Robi mengambil salah satu barang tersebut dan melihat-lihat dengan jelas,
"Ini koyoke jimat, tapi ora pati ngerti gawe opo."

"Sak durunge sepurane, Kowe gak nggawe aneh-aneh, kan?"

"Gawe opo, Ut? Kon ero dewe aku koyo yokpo? Gak percoyo ngono iku." Jelas Bu Tina.

"Iyo, kate nggawe ngene iki wedi kedaden koyok Pak Dayat mbiyen. Buktine, makanan digowo mulih pun kabeh pancet aman. Soale sak eruhku, warung sing nggawe penglaris iku lek panganane digowo mulih, rasane bedo." Kata Pak Robi.

Bu Utami mengiyakan, karena memang seperti itu.

Pak Robi mengemasi barang itu,
"Ben aku wae seng mbuwak,"

"Ojo, Pak. Aku ae sing mbuwak, tak obonge ndek dapur. Sampeyan rijik-rijik mejo Kono wae, kon lanjutno nyapu ngarep warung yo, Ut." Ucap Bu Tina, mengambil barang aneh tersebut dan memasukkan ke kantong plastik kecil, berjalan ke arah dapur.

Sedangkan Bu Utami dan Pak Robi melanjutkan tugasnya. Apa yang ditemukan barusan mereka harap tidak diketahui orang lain, agar tidak timbul kecurigaan.

🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍

OMAH GETIHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang